Tetesan air mata Mdnoh Rahidin keturunan Suku Banjar yang lama tinggal di Negeri Johor, Malaysia setelah bertemu dengan rombongan Forum Silaturahmi Kulaan Banjar Banua (FSKB) menggambarkan betapa rindu dirinya akan Kalimantan Selatan tanah nenek moyangnya.

"Saya ingin tahu sekali mengenai juriat keturunan ayah saya yang ada di Desa Paran Kabupaten Balangan di Banua" kata Mdnoh Rahidin saat bertemu dengan 19 anggota FSKB di Kota Melaka dalam perjalanan Batiti Kulaan 17-26 Oktober 2014 lalu.

Menurut Mdnoh Rahidin seorang pegawai Bomba (regu pemadam kebakaran Malaysia) tersebut sudah lama keinginan untuk mencari juriat keturunan di Indonesia tetapi harus bagaimana.

"Bagi Saya Kota Banjarmasin saja tak tahu apalagi Desa Paran Kabupaten Balangan,"katanya seraya menanyakan berapa jarak antara Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin ke desa nenek moyangnya itu.

Ketika diberitahu sejauh sekitar 200 kilometer, ia pun kaget. " wah jauh sekali, seandainya ia mencarinya sendiri ke Banjarmasin jelas sendiri, jelas akan kehilangan jejak," katanya.

Setelah berbincang lebar dengan para anggota FSKB maka ia pun berjanji akan bertandang ke Indonesia untuk mencari pihak keluarga bersama isterinya yang kini bekerja di sebuah perusahaan minyak Malaysia.

Tekad mencari keluarga tersebut didasari pesan almarhum ayahnya Haji Rahidin Bin Masak, agar mencari juriat keluarga di Indonesia, karena pesan itulah ada keinginan kuat mencari jejak keluarga tersebut.

Banyak cerita yang hampir sama dengan kasus Mdnoh Rahidin ini yang semuanya berharap bisa mengetahui keberadaan juriat satu sama lain yang berada di dua negara serumpun ini, setelah puluhan tahun bahkan ratusan tahun tak ada pernah kontak lagi.

Dalam perjalanan "Batiti Kulaan" FSKB tersebut, beberapa lokasi kawasan pemukiman Suku Banjar di Malaysia, seperti di Bukit Malintang Negeri Sembilan, Negeri Johor, Sungai Manik, Began Serai, Bagan Datuk negeri Perak, dan beberapa lokasi lagi.

FSKB sepakat mengeratkan tali persaudaraan dengan Pertubuhan Kulaan Banjar Malaysia setelah melakukan pertemuan di negara jiran tersebut.

Anggota FSKB, Mohamad Ary yang juga ketua rombongan dalam perjalanan Batiti Kulaan atau muhibah ini menuturkan, setelah melakukan perjalanan selama sembilan hari banyak pengalaman yang didapat dalam upaya menyambangi pemukiman-pemukiman Suku Banjar yang berada di negeri seberang tersebut.

Dalam beberapa kali pertemuan antara kedua belah pihak sepakat menjalin persaudaraan yang lebih dekat, dengan tujuan eratkan hubungan kekeluargaan yang selama ini agak terputus, sekaligus sebagai wadah atau wahana bagi siapa saja di kedua belah pihak untuk mencari juriat di dua negara berbeda tersebut.

Menurut Mohamad Ary, banyak Suku Banjar yang sudah lama bermukim di Malaysia ingin mencari juriat keluarga yang ada di banua asal Kalimantan selatan, tetapi setelah hubungan lama terputus sekarang sudah kehilangan jejak untuk mencari juriat tersebut.

Atau sebaliknya warga Banua di kalsel yang sudah kehilangan jejak pula untuk mencari juriat keluarga yang madam (merantau) ke Malaysia puluhan bahkan ratusan tahun silam.

FSKB yang dimotori anggota Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin ini akan menjadi jembatan bagi mereka yang terputus hubungan keluarga tersebut untuk saling mengetahui kedua belah pihak, dan kalau perlu FSKB bisa mempertemukannya.

Sebagai Contoh saja, Pak Mdnoh Rahidin keturunan Banjar Kalsel yang lama tinggal di Negeri Johor Malaysia, yang sempat menitikkan air mata setelah bertemu dengan rombongan FSKB tersebut kini sudah menemukan titik terang keluarganya, setelah anggota FSKB memberitahukan hal tersebut ke keluarga yang ada di Kabupaten Balangan.

Sekarang kedua belahpihak keluarga sudah berhubungan melalui saluran telpon, dan mereka berjanji akan bertemu, kata Mohamad Ary seraya menyebutkan bagi keluarga lain yang ingin mencari keluarga yang terputus silahkan hubungi IKA Unlam di Banjarmasin.

Dalam kunjungan Batiti Kulaan tersebut rombongan FSKB disambut dengan hangat para warga di beberapa lokasi tersebut, bahkan sempat menyaksikan festival budaya Banjar di Bukit Melintang.

Rombongan juga sempat bertemu dengan Mr Criag orang Amerika Serikat yang tinggal di Kedah Malaysia yang ternyata mendalami dan mahir bahasa Banjar.

Rombongan juga bertemu dengan tokoh masyarakat Banjar batu pahat, Jaini Musa yang ingin bertemu dengan para juriatnya yang berada di Kalsel.

Bahkan dalam perjalanan muhibah ini rombongan FSKB ikut dalam parade mobil Kulaan Adventure Team ke lokasi wisata peranginan.

Kemudian bertemu dengan para pengerusi koperasi Kulaan Banjar Malaysia di Bangi, Mohamad Saleh dan Kamar Mohamad Zaman dan beberapa pengerusi koperasi lainnya.

Di Bukit Melintang, rombongan sempat menjenguk dua orang sepuh Suku Banjar yang sudah ujur dengan usia hampir satu abad yang dipercaya sebagai sepuh Suku Banjar yang dulunya membuka hutan wilayah Bukit Melintang sebagai kawasan pemukiman Suku Banjar.

FSKB juga bertemu dengan Rektor Universitas Islam Azlan Shah Nordin Kardi asli suku Banjar, serta Prof Jamil Hasim yang juga keturunan Banjar asal Lampihong, sepakat melakukan kerjasam pendidikan dengan FSKB yang sebagian anggotanya adalah anggota Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin.

Rompongan juga disambut hangat kulaan Banjar Malaysia di Desa Sungai Manik yang 80 persen penduduknya juga sebagai petani padi atau disebut pekerja bandang adalah orang Banjar yang membuka lahan sejak ratusan tahun silam.

Hanya saja pertanian di lokasi ini tak lagi menggunakan sistem tradisional khas Banjar di Kalsel, seperti menyemai atau menaradak, merincah, memuntal,meampar, merumput, kemudian menanjang lalau mengatam.

Sistem yang digunakan petani ini sudah berubah hampir semuanya pakai mekanik, sehingga satu hektare menghasilkan 10 ton, dan setiap petani sekurangnya memiliki bandang sepuluh hektare dan mamppu panen dua kali setahun.

Istimewanya lagi warga Banjar yang menggarap bandang (sawah) di Malaysia ini selain menjual padinya sendiri, oleh karajaan Malaysia mereka juga mendapat insentif, setiap ton dihargai 250 ringgit Malaysia, jika setiap heltare bandang menghasilkan 10 ton maka petani akan memperoleh insentif atau bonus dari kerajaan 2500 ringgit,maksudnya untuk menggairahkan petani untuk menanam padi.

Namun banyak pula dari keturunan Banjar di Malaysia ini tak lagi mengelola bandang namun beternak ayam, berkebun sawit, berkebun getah karet, dan tak sedikit pula yang sudah menjadi pejabat, pengusaha, atau seniman dan olahragawan terkenal.

Keturunan atau juriat Suku Banjar Kalimantan Selatan yang tinggal di Malaysia dan kiprahnya mulai kelihatan di berbagai sektor kehidupan di negara tetangga itu bisa menjadi generasi Melayu Baru.

Seperti diutarakan seorang tokoh masyarakat Banjar di Teluk Intan, Negeri Perak Malaysia, Muhamad Isa,

Dalam perbincangan dengan rombongan FSKB, Mohamad Isa yang juga dikenal sebagai guru dan anggota pemerhati sejarah Malaysia tersebut di rumahnya di Malaysia pekan lalu, mengatakan sekarang keturunan suku Banjar Kalimantan Selatan di Malaysia setelah puluhan bahkan ratusan tahun banyak yang melakukan kawin silang.

Banyak suku Banjar yang kawin dengan sesama Banjar atau kawin silang dengan suku melayu Malaysia, dengan suku Jawa Minang, Bugis, dan etnis lain yang kini populasinya berkembang pesat dan menjadi sebuah kekuatan baru yang disebut Melayu Baru.

Keturunan mereka ini sekarang berlomba menimba ilmu di berbagai lembaga pendidikan dan banyak di antara mereka yang sudah menjadi kamum intelektual, baik di pemerintahan, akademisi, politik, olahragawan, seniman, bahkan usahawan.

Bahkan posisi kelompok ini dinilai sebuah kekuatan baru dan menjadi saingan kuat dari kelompok lain yang juga dikenal kuat di negeri tersebut, seperti kelompok keturunan India muslim, yang di antaranya terdapat Mahathir Mohamad.

Berdasarkan catatan Keturunan Banjar di Malaysia sudah sulit di data tetapi sekitar dua juta jiwa karena sudah beranak pinak dan kawin silang dengan suku bangsa atau etnis lain.

Kedatangan Suku Banjar ke semenanjung itu ditaksir sudah ratusan tahun lalu, sejak penjajahan Belanda, ada yang langsung dari Banua ke Malaysia, ada pula yang sebelum ke Malaysia datang dulu ke Tembilahan Riau, atau ke Kuala Tungkal Provinsi Jambi serta dari Dili Serdang Sumatera Utara. Merasa kurang cocok di sana lalu berlayar lagi mencari penghidupan hingga ke Malaysia ini.

Di antara keturunan Banjar yang sudah berkiprah di negara tersebut, seperti Menteri Besar Johor Datuk Seri Hj Mohamad Khalid Nordin, penyanyi Malaysia Sarimah Ibrahim, mantan Kepala Kepolisian Tan Sri Musa Dato` Hj Hassan, Malik Noor merupakan juara bina badan Asia peringkat heavyweight sebanyak 6 kali, Rektor Universiti Islam Azlan Shah Tan Sri Nordin Kardi.

Kemudian juga ada nama Datuk Jamal Abdilah bintang film dan penyanyi, jabatan lainnya yang pernah dipegang orang banjar mantan Menteri Pengajaran, Mufti Negeri Perak, Wakil Menteri Kewangan, dan lainnya .

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014