Wabah virus corona atau COVID-19) yang melanda banyak negara di dunia sejak akhir 2019 berimbas pada semua sektor, terutama sektor ekonomi yang ditandai dengan berubahnya peta perdagangan dunia dan terhambatnya berbagai bidang usaha termasuk di Indonesia.
Salah satu imbas pandemi ini terhadap sektor ekonomi di Indonesia adalah pada bisnis usaha tak terkecuali jual beli karet.
Diketahui sejak pandemi ini terjadi, harga karet di tingkat petani terus merosot hingga separuh dari kondisi normal. Kondisi yang sama ternyata juga dirasakan oleh petani karet yang ada di Desa Kalahiang, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
Harga karet di pengepul tak lebih dari Rp4.000 per kilogramnya, turun hampir empat puluh persen dari harga biasanya yang bisa mencapai Rp7.200 per kilogram.
Himpitan ini tentunya makin menyekik bagi sebagian besar petani karet yang ada di wilayah tersebut, terutama bagi petani karet yang hanya mengandalkan karet sebagai sumber utama penghasilan mereka.
Namun di tengah persoalan tersebut, bisnis usaha jual beli karet yang dijalankan salah satu koperasi asal Desa Kalahiang Kabupaten Balangan justru makin membaik setiap tahunnya.
Koperasi yang sebelumnya hanya terdiri dari kelompok tani Desa Hujan Mas dan Desa Kalahiang ini kemudian memutuskan untuk membentuk badan usaha berbentuk koperasi pada tahun 2018 dan diberi nama Koperasi Sungai Kihung Lestari (SKL).
Koperasi SKL diinisiasi dan dibina oleh tim CSR Adaro.
Sebagai koperasi binaan, koperasi SKL memiliki strategi khusus untuk menghadapi situasi sulit di tengah pandemi, yakni dengan memperkuat hubungan dengan para petani karet yang ada di sekitar dan serta mengutamakan kualitas olahan karet yang dihasilkan petani.
Dengan mengedepankan kualitas karet, hubungan kerjasama koperasi SKL dengan pihak pabrik terus terjalin baik hingga saat ini.
Selain itu, koperasi yang diketuai Arsyad sebagai ketua umum koperasi ini terus meningkatkan jejaring kerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya adalah Dinas Pertanian dan tentunya juga kerja sama dengan pabrik karet.
Salah seorang pengelola Koperasi SKL, Syarifuddin mengaku sangat gembira mendapat kesempatan memperoleh sejumlah pendampingan dan pelatihan yang telah diberikan saat ditemui di gudang karet milik koperasi pada Kamis (5/11).
“Sangat bersyukur dengan pendampingan rutin yang dilakukan tim CSR Adaro, sejak kami belum menjadi koperasi hingga terbentuk koperasi ada banyak sekali pendampingan yang telah dilakukan," ungkapnya.
Perubahan mindset sangat dirasakan anggota koperasi dimana kualitas karet menjadi tolak ukur yang harus dijaga agar harga jual karet dapat tetap bersaing.
“Sebelumnya, kami hanya berpatok pada berat hasil karet yang dihasilkan, makin banyak dan berat maka uang yang diterima juga lebih banyan," jelas Syarifuddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Salah satu imbas pandemi ini terhadap sektor ekonomi di Indonesia adalah pada bisnis usaha tak terkecuali jual beli karet.
Diketahui sejak pandemi ini terjadi, harga karet di tingkat petani terus merosot hingga separuh dari kondisi normal. Kondisi yang sama ternyata juga dirasakan oleh petani karet yang ada di Desa Kalahiang, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
Harga karet di pengepul tak lebih dari Rp4.000 per kilogramnya, turun hampir empat puluh persen dari harga biasanya yang bisa mencapai Rp7.200 per kilogram.
Himpitan ini tentunya makin menyekik bagi sebagian besar petani karet yang ada di wilayah tersebut, terutama bagi petani karet yang hanya mengandalkan karet sebagai sumber utama penghasilan mereka.
Namun di tengah persoalan tersebut, bisnis usaha jual beli karet yang dijalankan salah satu koperasi asal Desa Kalahiang Kabupaten Balangan justru makin membaik setiap tahunnya.
Koperasi yang sebelumnya hanya terdiri dari kelompok tani Desa Hujan Mas dan Desa Kalahiang ini kemudian memutuskan untuk membentuk badan usaha berbentuk koperasi pada tahun 2018 dan diberi nama Koperasi Sungai Kihung Lestari (SKL).
Koperasi SKL diinisiasi dan dibina oleh tim CSR Adaro.
Sebagai koperasi binaan, koperasi SKL memiliki strategi khusus untuk menghadapi situasi sulit di tengah pandemi, yakni dengan memperkuat hubungan dengan para petani karet yang ada di sekitar dan serta mengutamakan kualitas olahan karet yang dihasilkan petani.
Dengan mengedepankan kualitas karet, hubungan kerjasama koperasi SKL dengan pihak pabrik terus terjalin baik hingga saat ini.
Selain itu, koperasi yang diketuai Arsyad sebagai ketua umum koperasi ini terus meningkatkan jejaring kerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya adalah Dinas Pertanian dan tentunya juga kerja sama dengan pabrik karet.
Salah seorang pengelola Koperasi SKL, Syarifuddin mengaku sangat gembira mendapat kesempatan memperoleh sejumlah pendampingan dan pelatihan yang telah diberikan saat ditemui di gudang karet milik koperasi pada Kamis (5/11).
“Sangat bersyukur dengan pendampingan rutin yang dilakukan tim CSR Adaro, sejak kami belum menjadi koperasi hingga terbentuk koperasi ada banyak sekali pendampingan yang telah dilakukan," ungkapnya.
Perubahan mindset sangat dirasakan anggota koperasi dimana kualitas karet menjadi tolak ukur yang harus dijaga agar harga jual karet dapat tetap bersaing.
“Sebelumnya, kami hanya berpatok pada berat hasil karet yang dihasilkan, makin banyak dan berat maka uang yang diterima juga lebih banyan," jelas Syarifuddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020