Barito Kuala,  (Antaranews Kalsel) -  Saudara kembar pelajar SMA  Global Jaya Jakarta yang tergabung dalam "The Bekantan Twins Project"  melepas liarkan bekantan di habitat aslinya di Pulau Bakut Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.

    
Pelepasan bekantan yang dilakukan oleh si kembar Gabriella dan Giovanna Thohir di Pulau Bakut, Minggu, merupakan salah satu bukti kepedulian remaja yang duduk di bangku SMA tersebut, terhadap kelestarian monyet berhidung besar khas Kalimantan tersebut.
    
"Populasi bekantan masuk dalam kelompok terancam punah, melalui program ini kami berharap dapat mendorong status bekantan tidak lagi masuk kategori terancam," kata Gabriel Thohir.
    
Gabriel mengaku sangat senang dan bangga, melihat bekantan yang berlari ke alam bebas, sesaat kandang yang mengerangkengnya dibuka.
    
Si kembar Gabriella dan Giovanna Thohir membentuk The Bekantan Twins Project ditengah kesibukannya sebagai pelajar untuk mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung peningkatan populasi bekantan (Nasalis Larvatus), monyet berbulu kuning keemasan dengan hidung besar.
    
Bukan hanya melepas bekantan, si kembar juga peduli dengan lingkungan tempat tinggal "si hidung besar tersebut" dengan menanam pohon mangrove dan rambai bersama dengan Sahabat Bekantan Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat.
    
Sebelumnya di lahan reklamasi PT Adaro Indonesia di Paringin, si kembar melakukan observasi terhadap lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup hewan endemik kalimantan tersebut.
    
Pulau Bakut dianggap memiliki potensi, untuk dikembangkan lagi sebagai wilayah pendukung pelestarian Bekantan.
    
"Jika setiap orang mencari lokasi potensial dan menanam pohon untuk hidup bekantan, kita dapat bersama-sama mencegah kepunahan," kata Giovanna Thohir.
    
Penanaman 500 bibit pohon penunjang kehidupan Bekantan seperti rambai dan mangrove dilakukan di taman wisata alam pulau Bakut, Minggu (21/9).
    
Upaya pelestarian tersebut, dilakukan si kembar dengan menggandeng Pemprov Kalsel, BKSDA Kalsel, Sahabat Bekantan Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat dan masyarakat umum, untuk penanaman bibit pohon penunjang hidup dan pelepasliaran bekantan di lakukan.
   
 Kepala BKSDA Kalsel Supriyanto mengungkapkan, terpat hidup dan berkembangnya bekantan di Kalimantan Selatan kini sudak banyak yang terganggu, termasuk di Pulau Bakut, sehingga perlu upaya  terus menerus dari seluruh untuk menjaganya.
    
"Perlu sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat mangrove dan rambai serta keberadaan bekantan, sebagai upaya meningkatkan populasi hewan maskot Kalimantan Selatan ini," kata Supriyanto,
   
 Menurut dia, di Pulau Bakut, kini terdapat 26 ekor bekantan, burung, reftil, ikan dan 15 jenis flora. Sementara di 10 kawasan konservasi yang dikelola pemprov Kalsel terdapat 450-500 ekor bekantan, dimana total populasi se kalsel 1100-1200 ekor baik didalam ataupun di luar kawasan.
    
Dengan jumlah populasi tersebut, hewan ini masuk kategori terancam kepunahan dan telah di tetapkan Lembaga Konservasi Dunia (IUCN) dan tidak boleh diperdagangkan secara internasional sejak 2010.
   
 Faktor penghambat peningkatan populasi bekantan diantaranya berkurangnya daya dukung keamanan, sumber makanan, tempat kembang biak hingga perilaku masyarakat.
   
 Ketua Sahabat Bekantan Indonesia Kalsel Amalia Rezeki, mengatakan, menyambut baik upaya yang dilakukan oleh seluruh pihak yang peduli terhadap kelestarian bekantan ini.
    
"Kegiatan ini nantinya akan dilanjutkan Sahabat Bekantan Indonesia dari beberapa negara seperti Amerika, Belgia, Australia, Kanada dan Swedia.
    
Mereka akan melakukan perawatan bibit tumbuhan yang ditanam dan memantau populasi bekantan khusus di pulau Bakut selama satu bulan penuh sejak tanggal 25 September mendatang.
    
Penanaman di pulau Bakut ini menjadi langkah awal program penyelamatan The Bekantan Twins Project dan diharapkan menjadi inspirasi remaja banua lainnya untuk peduli terhadap ekosistem./B

Pewarta: Herry Murdy Hermawan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014