Penduduk asli Karibia kembali bertani dan menangkap ikan untuk mata pencaharian akibat  pendapatan mereka yang bergantung pada pariwisata dirusak oleh pandemi COVID-19.

Penduduk asli Karibia dipaksa untuk kembali ke cara bertahan hidup yang lebih tua dikarenakan pandemi COVID-19, ujar para ahli setempat dalam pertemuan daring yang diadakan oleh Organisasi Negara-negara Amerika (OAS).

Negara-negara Karibia, yang sangat bergantung secara ekonomi pada pariwisata, telah mengalami penurunan pengunjung karena penguncian, perbatasan tertutup dan penutupan bandara di seluruh wilayah.

Kebijakan karantina wilayah karena virus corona diperkirakan akan menyebabkan kontraksi 6,2 persen dari ekonomi Karibia pada 2020, sebagian besar didorong oleh penghentian pariwisata, menurut Dana Moneter Internasional.

Baca juga: Kemenparekraf mendukung "Banyuwangi Rebound" untuk pulihkan pariwisata

Negara-negara Karibia telah melaporkan lebih dari 120.000 kasus COVID-19 dan lebih dari 2.000 kematian.

"COVID telah memberi kami kesempatan untuk benar-benar mengevaluasi diri kami sendiri," kata Uwahnie Martinez, anggota masyarakat Garifuna, yang merupakan keturunan dari penduduk asli Amerika Tengah.

"Kita telah jauh meninggalkan budaya kita, dan inilah saatnya kita benar-benar dapat melihat ke dalam dan menggabungkan apa yang telah ditinggalkan nenek moyang untuk kita," kata Martinez, yang mengelola dan memiliki Palmento Grove Garifuna EcoCultural & Fishing Institute , bisnis pariwisata pribumi di Belize.

“Mengingat mata pencaharian kami menangkap ikan dan bertani, kami sebenarnya kembali seperti ini. Kami melihat lebih banyak nelayan keluar menangkap ikan,” katanya. "Kami kembali ke pertanian kami."

Menghadapi penurunan pendapatan pariwisata, komunitas Garifuna di Belize selatan, beternak ayam untuk memberi makan keluarga mereka atau menjual dan menanam kebun herbal untuk pengobatan tradisional, katanya.

"Saya suka ide untuk kembali bertani. Saya banyak mendengarnya dari negara-negara Karibia," kata Kim Hurtault-Osborne, kepala pengembangan integral di OAS, yang mempromosikan bisnis dan pariwisata regional.

Baca juga: Kemenparekraf memulihkan wisata lewat program adaptasi kebiasaan baru

Penduduk setempat kembali menangkap ikan untuk makan, katanya.

Kurang dari lima orang telah meninggal karena COVID-19 di Belize.

Kembali ke akar budaya dapat memberdayakan masyarakat dan mengurangi ketergantungan ekonomi mereka pada sektor pariwisata, kata Martinez.

"Wisata budaya memiliki begitu banyak hal untuk ditawarkan ... tetapi kami sangat fokus pada hanya menempatkan penduduk asli di luar sana sebagai badut sirkus, dan itu harus dihentikan," katanya.

Wisata adat biasanya mencakup kunjungan ke desa Garifuna di mana pengunjung belajar tentang budaya musik drum dan tradisi pembuatan roti singkong, kata Martinez.

Di Guyana, di pantai Karibia Amerika Selatan, pemerintah bekerja sama dengan masyarakat adat sehingga mereka dapat membuka kembali penginapan dan bisnis pariwisata mereka dengan aman, kata Carla James, Kepala Otoritas Pariwisata Guyana.

Sekitar dua lusin kematian akibat COVID-19 telah dilaporkan di Guyana.

Komunitas lokal mendapatkan pelatihan gratis tentang protokol keamanan COVID-19, bersama dengan produk pembersih, masker, dan peralatan pelindung lainnya, kata James.

Tur telah dijalankan secara virtual, dan seni serta kerajinan asli dijual secara daring  selama pandemi, katanya.

Keputusan tentang membuka kembali pariwisata belum dibuat, katanya.

"Ketika komunitas memutuskan bahwa mereka siap, ketika mereka cukup percaya diri untuk menerima tamu, saat itulah mereka akan buka kembali," kata James.

Reuters


 

Pewarta: Azis Kurmala

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020