Paradigma sebagian besar masyarakat tentang bambu masih diyakini dengan pengetahuan turun temurun akan mitos tentang tanaman bambu yang dianggap tidak memiliki manfaat namun malah memberikan unsur mistis.
Paradigma tersebut juga tergambarkan ketika tim Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) pada 2019 memberikan sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan penanaman bambu. Meskipun telah dijelaskan bahwa bambu memiliki banyak manfaat dari berbagai segi.
Salah satunya dari segi lingkungan, bambu memiliki manfaat dalam hal konservasi air, tanah dan udara, seperti sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat, sangat rapat dan menyebar ke segala arah yang saling berhubungan secara horizontal dan vertikal.
Sehingga tanaman bambu tidak mudah putus, tahan terhadap terpaan angin kencang dan mampu berdiri kokoh untuk menahan erosi dan tanah longsor di sekitarnya.
Penjelasan tersebut tidak cukup ampuh untuk merubah paradigma yang sudah terbentuk, yang mereka butuhkan adalah bukti nyata. Kini YABN telah mampu memberikan bukti nyata tersebut. Program penanaman 5.000 bambu yang dilakukan YABN pada lima tahun yang lalu mampu bercerita secara tegas, bahwa tanaman bambu khususnya bambu jenis Betung Hitam mampu mengurangi erosi dan longsor pada tanah di sekitarnya.
Rumpun – rumpun bambu tersebut tampak berdiri dengan kokoh meskipun di lahan yang cukup curam.
Pemandangan berbeda nampak terlihat pada lahan yang tidak terdapat tanaman bambu telah terjadi erosi dan longsor karena tergerus aliran air sungai secara terus menerus.
Bambu memang memiliki kemampuan dalam menjaga ekosistem air.
Sistem perakarannya yang sangat rapat dan menyebar ke segala arah akan membuat lahan yang ditumbuhi bambu sangat stabil, tidak mudah terkena erosi dan air lebih mudah terserap ke dalamnya.
Bambu juga mampu bertahan di lahan kering dan tumbuh di lahan curam pada ketinggian satu hingga 1.500 mdpl, sehingga dapat menjadi opsi tanaman penahan longsor.
Bukti nyata tersebut, menjadi senjata yang sangat ampuh bagi tim YABN, mengajak lebih banyak lagi masyarakat untuk melakukan penanaman bambu, khususnya di wilayah bantaran sungai sebagai salah satu bentuk konservasi lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Dalam upaya penanaman bambu tersebut, tentunya YABN juga bersinergi dengan berbagai pihak yang mempunyai misi yang sama untuk menjaga kelestarian lingkungan, diantarnya Karang Taruna Dewa Ruchi kecamatan Tanta, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Tanta, Komunitas Lingkungan Pusaka Kab. Tabalong, Masyarakat Desa Genta Si Hijau (Gerakan Tabalong Bersih & Hijau) serta tentunya bersinergi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong.
Diharapkan melalui penanaman bambu ini mampu mengurangi lahan kritis DAS akibat longsor di Kabupaten Tabalong.
“Dengan adanya sinergi berbagai pihak, bersama-sama kita dapat mewujudkan lingkungan yang terpelihara dan berkelanjutan," kata Aidah Fitriah selaku PIC Program CSR dari YABN.
Oleh karena itu, sinergisasi merupakan kunci utama agar lingkunganku, lingkunganmu dan lingkungan kita dapat terkelola dan terpelihara dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Paradigma tersebut juga tergambarkan ketika tim Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) pada 2019 memberikan sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan penanaman bambu. Meskipun telah dijelaskan bahwa bambu memiliki banyak manfaat dari berbagai segi.
Salah satunya dari segi lingkungan, bambu memiliki manfaat dalam hal konservasi air, tanah dan udara, seperti sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat, sangat rapat dan menyebar ke segala arah yang saling berhubungan secara horizontal dan vertikal.
Sehingga tanaman bambu tidak mudah putus, tahan terhadap terpaan angin kencang dan mampu berdiri kokoh untuk menahan erosi dan tanah longsor di sekitarnya.
Penjelasan tersebut tidak cukup ampuh untuk merubah paradigma yang sudah terbentuk, yang mereka butuhkan adalah bukti nyata. Kini YABN telah mampu memberikan bukti nyata tersebut. Program penanaman 5.000 bambu yang dilakukan YABN pada lima tahun yang lalu mampu bercerita secara tegas, bahwa tanaman bambu khususnya bambu jenis Betung Hitam mampu mengurangi erosi dan longsor pada tanah di sekitarnya.
Rumpun – rumpun bambu tersebut tampak berdiri dengan kokoh meskipun di lahan yang cukup curam.
Pemandangan berbeda nampak terlihat pada lahan yang tidak terdapat tanaman bambu telah terjadi erosi dan longsor karena tergerus aliran air sungai secara terus menerus.
Bambu memang memiliki kemampuan dalam menjaga ekosistem air.
Sistem perakarannya yang sangat rapat dan menyebar ke segala arah akan membuat lahan yang ditumbuhi bambu sangat stabil, tidak mudah terkena erosi dan air lebih mudah terserap ke dalamnya.
Bambu juga mampu bertahan di lahan kering dan tumbuh di lahan curam pada ketinggian satu hingga 1.500 mdpl, sehingga dapat menjadi opsi tanaman penahan longsor.
Bukti nyata tersebut, menjadi senjata yang sangat ampuh bagi tim YABN, mengajak lebih banyak lagi masyarakat untuk melakukan penanaman bambu, khususnya di wilayah bantaran sungai sebagai salah satu bentuk konservasi lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Dalam upaya penanaman bambu tersebut, tentunya YABN juga bersinergi dengan berbagai pihak yang mempunyai misi yang sama untuk menjaga kelestarian lingkungan, diantarnya Karang Taruna Dewa Ruchi kecamatan Tanta, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Tanta, Komunitas Lingkungan Pusaka Kab. Tabalong, Masyarakat Desa Genta Si Hijau (Gerakan Tabalong Bersih & Hijau) serta tentunya bersinergi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong.
Diharapkan melalui penanaman bambu ini mampu mengurangi lahan kritis DAS akibat longsor di Kabupaten Tabalong.
“Dengan adanya sinergi berbagai pihak, bersama-sama kita dapat mewujudkan lingkungan yang terpelihara dan berkelanjutan," kata Aidah Fitriah selaku PIC Program CSR dari YABN.
Oleh karena itu, sinergisasi merupakan kunci utama agar lingkunganku, lingkunganmu dan lingkungan kita dapat terkelola dan terpelihara dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020