Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Sabtu, meninjau dua lokasi lahan rawa di Kalimantan Selatan yang akan dilakukan pengoptimalan menjadi lahan pertanian guna meningkatkan produktivitas pangan.
Kedua lokasi tersebut yakni di Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala dan Desa Manarap Baru, Kecamatan Kertak Hanyak, Kabupaten Banjar.
"Diperlukan upaya optimasi lahan pertanian di lahan rawa dengan mengoptimalkan pertanian di lahan rawa menjadi lahan pertanian produktif, yaitu melalui penataan sistem tata air dan penataan lahan," kata Mentan Syahrul melalui keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Mentan menjelaskan saat ini luas baku sawah eksisting sebesar 7,4 juta hektare (ha) telah dimanfaatkan secara maksimal.
Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi lahan rawa sebesar 33,4 juta ha, namun terdapat beberapa faktor pembatas dalam pengelolaannya.
Faktor pembatas dalam peningkatan indeks pertanaman dan produktivitas di lahan rawa antara lain tingkat kesuburan lahan yang rendah, keasaman tanah yang tinggi, dan rezim air yang fluktuatif dengan genangan air biasanya tinggi pada saat banjir/pasang, serta dangkal dan mengalami kekeringan pada saat musim kemarau.
Menurut Mentan, infrastruktur lahan rawa dan air juga masih sangat terbatas dan belum berfungsi dengan optimal. Biaya usaha tani di lahan rawa menjadi lebih tinggi daripada di lahan basah pada umumnya.
Rendahnya produktivitas tanaman di daerah rawa dapat disebabkan oleh kurangnya suplai air ke sawah dan pupuk dolomit untuk menyuburkan lahan.
Dengan teknologi, riset, pupuk yang bagus, dan mekanisasi pertanian, maka lahan rawa dapat dimaksimalkan.
Oleh karena itu, kegiatan pengoptimalan lahan rawa berfokus pada perbaikan infrastruktur lahan dan air.
Hal itu dilakukan dengan prioritas pada kegiatan perbaikan tata air mikro, rehabilitasi atau pembangunan pintu-pintu air, pembangunan atau pembenahan infrastruktur lainnya di lahan rawa, serta peningkatan kualitas atau kesuburan lahan rawa.
"Optimasi lahan rawa kini jawaban untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia terus terjaga di masa depan. Terutama dengan terus meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat," kata Syahrul.
Sementara itu, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan pada 2019, Provinsi Kalimantan Selatan dialokasikan kegiatan optimasi lahan rawa seluas 120.000 ha di sembilan kabupaten.
Dengan teknologi, lahan rawa mampu meningkatkan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200, dan juga produktivitas, manfaatnya terasa bahkan hingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
"Jika minimal luasan yang ditanam mencapai 80.000 ha dengan provitas 5 ton per hektare maka dapat menambah produksi mencapai 400.000 ton. Jika terus bisa dilakukan pertanaman kembali di musim tanam kedua program rawa ini dapat memberikan nilai tambah bagi petani," kata Sarwo.
Ia menjelaskan lokasi-lokasi yang masuk ke wilayah pengoptimalan lahan rawa akan mendapatkan bantuan sarana produksi pertanian seperti herbisida, dolomit, benih, pupuk hayati, dan bantuan lainnya dari pemerintah.
Program ini merupakan upaya peningkatan peran petani dan kelompok tani/gabungan kelompok tani, penumbuhan dan pengembangan kelompok tani untuk melaksanakan usaha tani, serta pengembangan kawasan dan/atau klaster berbasis korporasi petani.
"Dengan pengelolaan air yang lebih baik, harapannya sawah rawa bisa digarap sepanjang tahun, baik musim kemarau maupun musim hujan. Dengan begitu, petani bisa tidak hanya menanam padi sekali dalam setahun, tetapi dua atau tiga kali setahun," jelas Sarwo.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Kedua lokasi tersebut yakni di Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala dan Desa Manarap Baru, Kecamatan Kertak Hanyak, Kabupaten Banjar.
"Diperlukan upaya optimasi lahan pertanian di lahan rawa dengan mengoptimalkan pertanian di lahan rawa menjadi lahan pertanian produktif, yaitu melalui penataan sistem tata air dan penataan lahan," kata Mentan Syahrul melalui keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Mentan menjelaskan saat ini luas baku sawah eksisting sebesar 7,4 juta hektare (ha) telah dimanfaatkan secara maksimal.
Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi lahan rawa sebesar 33,4 juta ha, namun terdapat beberapa faktor pembatas dalam pengelolaannya.
Faktor pembatas dalam peningkatan indeks pertanaman dan produktivitas di lahan rawa antara lain tingkat kesuburan lahan yang rendah, keasaman tanah yang tinggi, dan rezim air yang fluktuatif dengan genangan air biasanya tinggi pada saat banjir/pasang, serta dangkal dan mengalami kekeringan pada saat musim kemarau.
Menurut Mentan, infrastruktur lahan rawa dan air juga masih sangat terbatas dan belum berfungsi dengan optimal. Biaya usaha tani di lahan rawa menjadi lebih tinggi daripada di lahan basah pada umumnya.
Rendahnya produktivitas tanaman di daerah rawa dapat disebabkan oleh kurangnya suplai air ke sawah dan pupuk dolomit untuk menyuburkan lahan.
Dengan teknologi, riset, pupuk yang bagus, dan mekanisasi pertanian, maka lahan rawa dapat dimaksimalkan.
Oleh karena itu, kegiatan pengoptimalan lahan rawa berfokus pada perbaikan infrastruktur lahan dan air.
Hal itu dilakukan dengan prioritas pada kegiatan perbaikan tata air mikro, rehabilitasi atau pembangunan pintu-pintu air, pembangunan atau pembenahan infrastruktur lainnya di lahan rawa, serta peningkatan kualitas atau kesuburan lahan rawa.
"Optimasi lahan rawa kini jawaban untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia terus terjaga di masa depan. Terutama dengan terus meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat," kata Syahrul.
Sementara itu, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan pada 2019, Provinsi Kalimantan Selatan dialokasikan kegiatan optimasi lahan rawa seluas 120.000 ha di sembilan kabupaten.
Dengan teknologi, lahan rawa mampu meningkatkan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200, dan juga produktivitas, manfaatnya terasa bahkan hingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
"Jika minimal luasan yang ditanam mencapai 80.000 ha dengan provitas 5 ton per hektare maka dapat menambah produksi mencapai 400.000 ton. Jika terus bisa dilakukan pertanaman kembali di musim tanam kedua program rawa ini dapat memberikan nilai tambah bagi petani," kata Sarwo.
Ia menjelaskan lokasi-lokasi yang masuk ke wilayah pengoptimalan lahan rawa akan mendapatkan bantuan sarana produksi pertanian seperti herbisida, dolomit, benih, pupuk hayati, dan bantuan lainnya dari pemerintah.
Program ini merupakan upaya peningkatan peran petani dan kelompok tani/gabungan kelompok tani, penumbuhan dan pengembangan kelompok tani untuk melaksanakan usaha tani, serta pengembangan kawasan dan/atau klaster berbasis korporasi petani.
"Dengan pengelolaan air yang lebih baik, harapannya sawah rawa bisa digarap sepanjang tahun, baik musim kemarau maupun musim hujan. Dengan begitu, petani bisa tidak hanya menanam padi sekali dalam setahun, tetapi dua atau tiga kali setahun," jelas Sarwo.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020