Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan bantuan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai upaya pemerintah untuk mendukung petani dalam menyediakan pupuk organik secara mandiri dan meningkatkan produktivitas tanaman.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pada tahun 2020 Kementan akan mengadakan pengolah pupuk organik sebanyak 500 unit untuk seluruh Indonesia. Khusus di Yogyakarta, Kementan mengalokasikan 9 UPPO dan 6 unit di antaranya diberikan pada Kabupaten Gunung Kidul.

"Dengan bantuan UPPO ini diharapkan petani dapat memproduksi serta menggunakan pupuk organik dan meningkatkan produksi pertanian juga pendapatan petani," kata Syahrul melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Pembangunan UPPO diarahkan pada lokasi yang memiliki potensi sumber bahan baku pembuatan kompos, terutama limbah organik/limbah panen tanaman, kotoran hewan/limbah ternak dan sampah organik rumah tangga pada sub sektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan rakyat, dan peternakan terutama pada kawasan pengembangan Desa Organik.

Baca juga: Petani di Mongolia Dalam raup untung Rp5,9 miliar dari jeremia

Sementara itu  Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan UPPO terdiri dari bangunan rumah kompos, bangunan bak fermentasi, Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO), kendaraan roda 3, bangunan kandang ternak komunal dan ternak sapi.

"Hingga April ini, sudah ada 125 unit berproses untuk mendapatkan bantuan UPPO ini," kata Sarwo Edhy.

Ada pun alasan Kementan mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik adalah untuk turut merehabilitasi tanah. Pupuk organik dapat menyediakan hara tanaman dan memperbaiki struktur tanah, baik dalam memperbaiki drainase dan pori-pori tanah.

Sarwo Edhy mengatakan Kementan bukan mendorong substitusi pupuk kimia ke pupuk organik, namun mendorong penggunaan pupuk secara berimbang. Menurut dia, zat hara yang dibutuhkan tanaman juga terdapat dalam pupuk anorganik.

"Karenanya, petani harus seimbang dalam menggunakan kedua pupuk tersebut agar lahan sehat, produksi meningkat dan produktivitas melesat," kata dia.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnubroto mengatakan Gunung Kidul merupakan gudang ternak sapi di DIY, sehingga perlu adanya dukungan pakan ternak sapi.

Baca juga: Tanah Bumbu latih masyarakat produksi pupuk organik

Untuk itu Kementan memberikan stimulan bantuan kepada kelompok tani (poktan), yang dikelola secara swadaya berupa UPPO untuk produksi pupuk kandang sebagai pupuk dasar tanaman.

"Harapannya, pupuk kandang ini mampu mempercepat pertumbuhan pakan ternak," kata Bambang.

Bambang mengatakan tiga kelompok tani yang mendapat bantuan, yakni Kelompok Tani Karangjambu, Peron, Bleberan, Playen; Kelompok Tani Karangrejo, Sawahan 2, Bleberan, Playen, dan Kelompok Tani Ngudi Rejeki, Bandung, Bandung, Playen.

Ia menambahkan bahwa pupuk kandang yang akan diproduksi adalah pupuk organik berbahan dasar kotoran hewan (kohe) merupakan bahan utama kesuburan lahan pada setiap musim tanam.

Kebutuhan pupuk kandang atau kompos setiap tahunnya selalu bertambah, sehingga beberapa kelompok tani berharap mendapatkan bantuan UPPO untuk mencukupi kebutuhan pupuk kompos bagi anggotanya atau untuk usaha produksi dan dipasarkan.

Menghadapi musim kemarau, ia mengimbau kepada petani untuk segera mengolah lahan dan percepatan tanam di musim kedua dengan menanam padi di daerah sumber air dan palawija berumur pendek di daerah tergantung curah hujan. Petani juga diminta menyimpan sebagian hasil panen musim pertama sebagai cadangan pangan ke depan.
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020