Para tetua Adat Dayak Meratus, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) melaksanakan ritual tolak bala dalam mencegah berbagai penyakit, termasuk maraknya pandemik penyebaran virus Corona (COVID-19).

Ketua BPH Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN) Kabupaten Hulu Sungai Tengah(HST), Robby, di Barabai, Minggu (12/4), mengatakan masyarakat adat Dayak Meratus Kalsel cepat tanggap dalam menghadapi persoalan penangangan penyebaran virus ini.

"Wilayah-wilayah perkampungan disepakati untuk ditutup sementara dari kunjungan atau kegiatan dari pihak luar, seperti halnya di wilayah Meratus Kabupaten HST," katanya.

Dijelaskan dia, AMAN HST bersama tetua adat telah memberikan himbauan atau sosialisasi kepada masyarakat di kampung-kampung dan umum, baik secara langsung maupun edaran di media sosial, agar aktifitas di kampung dapat dibatasi untuk sementara dan dalam waktu yang tidak ditentukan. 
 
Ritual tolak bala masyarakat adat Dayak Meratus, di Kabupaten HST (Fathurrahman/AMAN HST/Antarakalsel)

Baca juga: AMAN HST Tolak Izin Perusahaan Tambang

Semua kegiatan yang melibatkan atau mengumpulkan orang banyak dari dalam maupun luar Kabupaten HST menuju Meratus, baik wisatawan maupun lainnya, terutama jalur Gunung Halau-halau (Bantai) untuk sementara ditutup, kecuali untuk Tim Kesehatan yang melakukan Poskesmas Keliling (Posling).

Begitupun ketika ada beberapa pendaki yang berencana ingin melakukan kegiatan ke Desa Juhu beberapa waktu lalu, karena saat ini tidak diizinkan dan terpaksa mereka harus kembali.

Tidak hanya itu, berdasarkan Edaran Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi, AMAN HST menutup sementara aktifitas dan pelayanan di Sekretariat AMAN dan Toko Kita.

Toko Kita  merupakan Badan Usaha Koperasi Produsen AMAN Mandiri Cabang Daerah HST secara offline, namun masih bisa dibuka melalui online oleh pengelola Tokit.

Hal ini adalah langkah utama yang harus dilakukan masyarakat adat Meratus, karena tidak menutup kemungkinan penyebaran COVID-19 tersebut dibawa oleh orang luar ke dalam kampung.

"Sehingga dikhawatirkan akan mengancam kehidupan masyarakat di sana, selain infrastruktur yang sulit, akses kesehatan pun masih belum memadai untuk menghadapi serangan penyakit seperti ini, sehingga para tetua bersepakat untuk melakukan langkah cepat," katanya.
 
Ritual tolak bala masyarakat adat Dayak Meratus, di Kabupaten HST (Fathurrahman/AMAN HST/Antarakalsel)

Baca juga: Demokrasi Makin Berkembang Di Wilayah Masyarakat Adat

Selain dari membatasi jalur keluar masuk kampung, masyarakat pun mulai menyiapkan kebutuhan sehari-hari untuk menghadapi jika nanti sampai pada masa-masa tersulit.

Berupa ketersediaan pangan dan obat-obatan tradisional di setiap kampung-kampung, dan melaksanakan berbagai ritual baik untuk penolak bala dan meminta keselamatan dari para leluhur, nenek moyang, dan Tuhan YME.

Ritual tolak bala dilakukan, mengingat informasi terupdate saat ini tentang data penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) yang sudah masuk ke wilayah Provinsi Kalsel, termasuk di kawasan banua enam.

"Masyarakat adat pegunungan Meratus menjadi lebih waspada dan hati-hati sampai dengan waktu yang diprediksi hingga bulan Mei nanti sebagai puncak penyebaran COVID-19, sampai saat ini di Kampung atau Balai masih aman dan kondusif serta tidak ada terindikasi OPD atau PDP," katanya. 

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020