Keberadaan petugas penyuluh lapangan (PPL) turut berperan mensosialisasikan mengenai wabah Virus Corona (Covid-19) khususnya kepada kelompok tani, tak terkecuali bagi wanita yang satu ini.

Fahnida Maulidya petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) teladan tingkat Nasional 2018 mengaku turut mensosialisasikan mengenai Covid 19 dengan pengetahuan yang ia peroleh dari internet dan media sosial.

Pihak pimpinan  memberii instruksi bagi PPL untuk turut berperan mensosialiasikan wabah Virus Corona kepada para petani.

Meski demikian, wanita berhijab ini tidak bisa memungkiri ada perasaan takut juga setiap kali turun bekerja kelapangan menemui para petani ditengah wabah Covid-19.

"Ya...ada rasa takut juga sih, namun terpenting kita selalu waspada, karena bagaimana pun sebagai PPL kita harus terjun ke masyarakat dalam melaksanakan tugas," ujar Fahnida.di Amuntai, Senin.

Menurutnya rasa takut tersebut manusiawi apalagi virus Corona sangat mudah menular sehingga menjadi pandemi yang ditakuti dan sudah banyak menelan korban jiwa diseluruh dunia.
 
. (Antaranews Kalsel/Eddy Abdillah)

Namun rasa takut dan khawatir akan penyebaran Covid 19 dia atasi dengan menerapkan 'Social Distancing' misal dengan meniadakan pertemuan yang sifatnya massal dengan kelompok tani, tetap menjaga jarak saat melakukan kunjungan dan pembinaan.

"Ya selalu waspadalah, agar kita tetap bisa melaksanakan tugas sebagai penyuluh," katanya.

Namun bukan hanya masalah wabah Covid 19 yang menjadi perhatian Fahnida dan jajaran Dinas Pertanian, melainkan juga tantangan sektor pertanian kedepan seperti ancaman kemarau panjang.

Fahnida mengaku tak begitu khawatir jika sektor pertanian didaerahnya dihadapkan pada kemarau panjang di tahun-tahun mendatang.

"Kelompok tani di Kabupaten Hulu Sungai Utara sudah dibekali dengan pompa-pompa air, membuat embung ataupun pembuatan saluran-saluran air," ujar Fahnida.

Selaku penyuluh, ibu dua anak ini menyediakan waktu tiga hingga empat hari berada dilapangan untuk menemui petani dan satu hari lagi berada.di Balai Pelatihan Pertanian (BPP) memberikan pelatihan dan konsultasi.

Dalam satu pekan begitulah petugas PPL pertanian di Kabupaten HSU dituntut menjalani tugasnya, mengingat jumlah PPL yang tak sebanding dengan jumlah desa yang mencapai 214 desa.
. (Antaranews Kalsel/Eddy Abdillah)

Setiap hari, Fahnida mengunjungi satu desa dan hari berikutnya didesa lainnya., sehingga dalam satu pekan setiap desa mendapat kunjungan petugas PPL.

"Setiap PPL harus ada jadwal kunjungan ke lapangan setiap hari, jadwalnya sudah dsepakti antara PPL dengan petani, dalam seminggu paling tidak 3-4 hari ke lapangan,  dan satu hari khusus berada di BPP untuk kegiatan latihan dan konsultasi penyuluh," terang Fahnida.

Dengan sistem seperti itu tidak ada alasan petugas PPL tidak mengetahui permasalahan yang dihadapi para petani yang berada diwilayah kerjanya.

"Kendala yang dihadapi petani saat masa tanam lebih ke arah sistem pengairan karena rata-rata lahan petani di HSU belum punya tata kelola air yang baik," katanya.

Sehingga, lanjutnya, kalau musim kemarau kekeringan, sedangkan musim hujan kebanjiran.

Wanita kelahiran Haruai 30 Desember 1983 melihat potensi pertanian di HSU cukup banyak meski berada dilahan rawa.

Menurutnya, petani bisa bertanam hortikultura atau yang memiliki keahlian di bidang peternakan bisa juga sambil beternak.

Bagi kaum wanitanya bisa memanfaatkan  pekarangan dengan menanam sayur-sayuran baik dengan cara polybag, sistem vertikulture, hidroponik atau aquaponik.

"Sebagai petugas PPL kita selalu memotivasi petani agar tidak mudah menyerah dengan kegagalan panen dan sebagainya, petani harus jeli melihat peluang lainnya," katanya.

Dikatakannya, di lahan rawa lebak, kegiatan tanam rata-rata dilakukan sekali musim tanam, namun di beberapa wilayah sudah ada lahan tadah hujan atau polder sehinga bisa tanam dua kali setahun.

Kalau kondisi pertanian setiap tahunnya mungkin banyak mengalami alih fungsi lahan, tapi kita coba memaksimalkan lahan-lahan yang ada atau bisa juga dengan membuka lahan-lahan yang belum tergarap.

Banyak program pemerintah yang sudah dijalankn untuk membantu petani diantaranya program BEKERJA, SERASI, hingga Asuransi di bidang pertanian (AUTP)
 
Fahnida bersama suami dan anak. (Antaranews Kalsel/Eddy Abdillah)

Sedang di wilayah Fahnida bertugas yakni di Kecamatan Amuntai Tengah sektor pertanian dominan tanaman padi dan peternakan itik, selain itu juga  terus dikembangjan usaha hortikultura khususnya di Desa Pinangkara  dan Desa Mawar Sari.

"Di wilayah kerja saya di Kelurahan Sungai Malang saya juga dapat tugas di BPP Kecamatan Amuntai Tengah ssebagai programer  dan KJF kecamatan," katanya.

Sang suami Dedy Supriatna pun sangat memaklumi kesibukan isterinya, namun demikian Fahnida selaku ibu rumah tangga juga selalu berupa menyempatkan diri mendamping suami dan anak semata wayangnya Muhammad Rif'at Ghaisan Athari.

Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjrbaru Kalsel 2002 ini sudah berkecimpung menjadi PPL di Kabupaten HSU sejak 2007 sebagai Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP) kemudian lolos menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada 2009 sebagai Tenaga Penyuluh.

Penghargaan PPL teladan Nasiona diraihnya pada 17 Agustus 2018 di Jakarta dan berkesempatan ikut menghadiri menghadiri Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta kala itu seiring Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73.

 

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020