Upaya untuk melakukan perbaikan dalam pengelolaan lingkungan di Kabupaten Tabalong terus dilakukan salah satunya melalui Gerakan Bersih dan Hijau.

Sserangkaian agenda dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat cara pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.

Fokus kegiatan berupa pembentukan pemahaman bagi masyarakat bagaimana mengolah hingga memilah sampah rumah tangga dan kelompok yang dihasilkan setiap harinya.

Baca juga: YABN helps farmers develop organic farming

Melalui bidang lingkungannya, Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) ikut serta dalam melakukan perubahan lingkungan.

Terhitung sejak tahun pertama program berjalan ada lima desa yang mengalami perubahan pasca rutin mendapat pendampingan, keanggotaan pengelola lingkungan dibentuk melalui kader desa sebagai penggerak.
 
Foto Antaranews.Kalsel/ist (Istimewa)

 Perubahan perilaku masyarakat Desa Jangkung, Desa Kuranji, Desa Kambitin Raya, Desa Warukin dan Komplek Maluyung Kabupaten Tabalong mulai terlihat dengan berkurangnya sampah berserak dan dibentuknya bank sampah di setiap desa.

Sebagai contoh Tuti Mardiani, Ketua Bank Sampah Anggrek Desa Kuranji Kecamatan Tanjung setelah menjalankan program, masyarakat dilingkungannya mulai tergerak untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Serangkaian pendampingan dan sosialisasi diberikan kepada masyarakat desa dan komplek melalui pengenalan cara pemilahan sampah hingga jenisnya.

 Hampir tiap hari nasabah datang untuk menyetorkan sampah rumah tangga yang dihasilkan.

Baca juga: YABN tingkatkan minat baca melalui perpustakaan keliling
 
Menurutnya masyarakat makin sadar dengan mulai memilah sampah dan aktif menjadi nasabah tetap bank sampah yang ada di daerahnya mulai terasa manfaat ekonominya.

 “Tiap bulannya setidaknya hampir setengah ton sampah yang masuk ke bank sampah Anggrek untuk ditimbang dan kemudian dijual kembali ke pengepul," tutur Tuty.

Dari sini tentu secara tidak langsung masyarakat sudah membantu mengurangi sampah ke TPA dan memanfaatkannya sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomi sebelum akhirnya di daur ulang.

Kesuksesan dalam menjalankan program coba dikembangkan Tuti dan YABN kembali di sejumlah desa lain, 5 lokasi baru yakni Komplek Bougenvile, Desa Garunggung, Desa Karangan Putih, Desa Puaini Kiwa dan Desa Gunung Sari ditetapkan daerah sasaran baru program desa bersih dan hijau.

“Sosialisasi ke desa sasaran baru dengan tujuan memberikan edukasi awal bagi masyarakat melalui forum diskusi langsung," jelasnya.

Baca juga: Pendampingan YABN ajak petani karet tingkatkan kualitas Bokar
Baca juga: Pengunjung pameran bisa bermain sains di stand Adaro
Penjelasan tentang jenis sampah dan cara pengelolaannya secara langsung kepada masyarakat dan pembentukan keanggotaan program juga disampaikan Tuti.

Dengan harapan membuka wawasan masyarakat mengenai bahaya pengelolaan lingkungan yang buruk dan cara pencegahannya.
 
Foto Antaranews.Kalsel/ist (Istimewa)

Setelah sosialisasi ditargetkan sejumlah desa yang belum memiliki bank sampah akan dibentuk bank sampah baru dan sejumlah kader setiap desa akan mendapatkan pelatihan pengelolaan sampah.

 Sehingga makin banyak masyarakat peduli terhadap lingkungannya dan muncul lebih banyak tokoh yang mau menggerakan masyarakat untuk mulai memilah dan mengurangi sampah di desa sasaran baru.

Mengingat permasalahan sampah bukan semata urusan pemerintah atau lembaga terkait dalam ruang lingkup pengelolaan lingkungan saja.

Bahkan sejak puluhan tahun lalu hingga saat ini pengelolaan sampah masih menjadi salah satu permasalahan yang terus bergulir di Indonesia.

 Berdasarkan riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) sebanyak 24 persen sampah di Indonesia tidak terkelola dengan baik.

Hal tersebut berarti dari 65 juta ton sampah yang dihasilkan di Indonesia setiap hari, 15 juta ton tidak dapat ditangani dan berpotensi mencemari ekosistem dan lingkungan.

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019