Mayoritas masyarat Desa Kalahiang Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan menggantungkan hidup sebagai petani karet dari total jumlah penduduk 644 jiwa.
Secara turun temurun petani karet masih menerapkan metode tradisional yakni merendam bahan olahan karet hasil sadapan ke sungai.
Dengan perlahan metode ini berdampak pada pencemaran lingkungan akibat terpapar zat kimia pengentel.
Padahal air sungai masih dimanfaatkan warga sekitar bantaran sungai sebagai sumber keperluan sehari - hari.
Kondisi tersebut memotivasi PT Adaro Indonesia melalui Yayasan Adaro Bangun Negeri bersama dengan Koperasi Sungai Kihung Lestari di Desa Kalahiang dan masyarakat merumuskan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Dengan tujuan mencari alternatif bahan pengental karet yang ramah lingkungan sekaligus dapat meningkatkan harga jual Bahan Olahan Karet (Bokar) di pasaran.
Selanjutnya melalui serangkaian pendampingan para petani Desa Kalahiang dan Desa Hujan Mas yang saling berdekatan memutuskan membentuk lembaga Koperasi Serba Usaha (KSU) Sungai Kihung Lestari dengan beranggotakan lebih dari 40 orang petani karet.
Penguatan administrasi dan pendampingan pengembangan unit usaha diberikan. YABN mengenalkan teknologi pirolisis kepada para petani.
Pirolisis adalah teknologi untuk menghasilkan asap cair (ecodeorub) dengan metode penyublim hingga merubah bahan baku menjadi asap dan cairan.
Cangkang biji karet menjadi bahan utama proses pembuatan asap cair karena mudah ditemukan.
“Bahan baku cangkang biji karet sangat mudah ditemukan namun belum dimanfaatkan secara maksimal,” ungkap Ketua Koperasi Sungai Kihung Lestari Arsyad.
Setelah dilakukan serangkaian uji, lanjut Arsyad produksi asap cair menggunakan bahan baku cangkang biji karet tergolong cukup banyak daripada bahan lain.
Selain itu setelah melalui masa pengujian waktu pembekuan lateks menggunakan asap cair berbahan baku cangkang biji karet ini tergolong sangat cepat.
"Kurang 4 menit karet yang diberi asap cair bisa langsung beku dengan kadar kering mencapai 80 persen," jelas Arsyad.
Tak heran nilai jual karet pun karet mengingat kualitasnya lebih baik dibanding dengan metode lama.
Keuntungan penggunaan asap cair lainnya tidak menimbulkan bau menyengat pada karet dibanding jika menggunakan pupuk.
Sebelum menggunakan ecodeorub, harga jual karet di pasaran hanya berkisar antara Rp6.000 ribu per kilogramnya.
Pasca menggunakan ecodeorub, harga karet meningkat hingga Rp10 ribu bahkan lebih dan dampaknya pendapatan petani pun ikut meningkat.
Tak hanya memproduksi asap cair, Koperasi Sungai Kihung Lestari juga mengembangkan pembibitan karet unggul menggunakan metode okulasi, tercatat sudah ada ribuan bibit yang dijual belikan.
Kegiatan pemberdayan masyarakat ini selain mampu meningkatkan ekonomi masyarakat dan juga telah berhasil mengubah perilaku petani karet di Desa Kalahiyang dan sekitarnya.
Dari yang awalnya melakukan perendaman karet di sungai menjadi menggunakan ecodeorub yang lebih ramah lingkungan dan bernilai ekonomi lebih tinggi.
Termasuk berhasil memperbaiki kualitas air sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat di desa Kalahiyang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Secara turun temurun petani karet masih menerapkan metode tradisional yakni merendam bahan olahan karet hasil sadapan ke sungai.
Dengan perlahan metode ini berdampak pada pencemaran lingkungan akibat terpapar zat kimia pengentel.
Padahal air sungai masih dimanfaatkan warga sekitar bantaran sungai sebagai sumber keperluan sehari - hari.
Kondisi tersebut memotivasi PT Adaro Indonesia melalui Yayasan Adaro Bangun Negeri bersama dengan Koperasi Sungai Kihung Lestari di Desa Kalahiang dan masyarakat merumuskan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Dengan tujuan mencari alternatif bahan pengental karet yang ramah lingkungan sekaligus dapat meningkatkan harga jual Bahan Olahan Karet (Bokar) di pasaran.
Selanjutnya melalui serangkaian pendampingan para petani Desa Kalahiang dan Desa Hujan Mas yang saling berdekatan memutuskan membentuk lembaga Koperasi Serba Usaha (KSU) Sungai Kihung Lestari dengan beranggotakan lebih dari 40 orang petani karet.
Penguatan administrasi dan pendampingan pengembangan unit usaha diberikan. YABN mengenalkan teknologi pirolisis kepada para petani.
Pirolisis adalah teknologi untuk menghasilkan asap cair (ecodeorub) dengan metode penyublim hingga merubah bahan baku menjadi asap dan cairan.
Cangkang biji karet menjadi bahan utama proses pembuatan asap cair karena mudah ditemukan.
“Bahan baku cangkang biji karet sangat mudah ditemukan namun belum dimanfaatkan secara maksimal,” ungkap Ketua Koperasi Sungai Kihung Lestari Arsyad.
Setelah dilakukan serangkaian uji, lanjut Arsyad produksi asap cair menggunakan bahan baku cangkang biji karet tergolong cukup banyak daripada bahan lain.
Selain itu setelah melalui masa pengujian waktu pembekuan lateks menggunakan asap cair berbahan baku cangkang biji karet ini tergolong sangat cepat.
"Kurang 4 menit karet yang diberi asap cair bisa langsung beku dengan kadar kering mencapai 80 persen," jelas Arsyad.
Tak heran nilai jual karet pun karet mengingat kualitasnya lebih baik dibanding dengan metode lama.
Keuntungan penggunaan asap cair lainnya tidak menimbulkan bau menyengat pada karet dibanding jika menggunakan pupuk.
Sebelum menggunakan ecodeorub, harga jual karet di pasaran hanya berkisar antara Rp6.000 ribu per kilogramnya.
Pasca menggunakan ecodeorub, harga karet meningkat hingga Rp10 ribu bahkan lebih dan dampaknya pendapatan petani pun ikut meningkat.
Tak hanya memproduksi asap cair, Koperasi Sungai Kihung Lestari juga mengembangkan pembibitan karet unggul menggunakan metode okulasi, tercatat sudah ada ribuan bibit yang dijual belikan.
Kegiatan pemberdayan masyarakat ini selain mampu meningkatkan ekonomi masyarakat dan juga telah berhasil mengubah perilaku petani karet di Desa Kalahiyang dan sekitarnya.
Dari yang awalnya melakukan perendaman karet di sungai menjadi menggunakan ecodeorub yang lebih ramah lingkungan dan bernilai ekonomi lebih tinggi.
Termasuk berhasil memperbaiki kualitas air sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat di desa Kalahiyang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019