Harga ikan kering hasil pekerjaan ibu rumah tangga dan istri para nelayan di pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan sebulan terakhir turun tajam.
"Misalnya cumi-cumi kering biasanya Rp50-Rp60 ribu perkilogram tetapi kali ini hanya kisaran Rp45 ribu pekilogram," kata Aluh, nelayan Sarang Tiung, Kotabaru.
Menurut sejumlah nelayan salah satu faktor turunnya harga ikan asin disebabkan kualitas menurun karena curah hujan cukup tinggi.
Biasanya hanya dua sampai tiga hari ikan sudah kering tetapi kali ini tidak dapat kering karena curah hujan cukup tinggi.
Hal itu membuat harga ikan asin turun drastis, tandasnya.
Menurut Sholekah yang juga nelayan Sarang Tiung, membuat ikan asin merupakan usaha ibu rumah tangga atau para istri nelayan lokal untuk membantu suami mendapatkan penghasilan tambahan.
Agar mendapatkan penghasilan tambahan, mereka membuat ikan asin dari cumi-cumi, teri/bilis, belanak, bandeng, tongkol, atau ikan jenis yang lainnya.
Namun karena harganya turun kini mereka mulai enggan membuat ikan asin karena hasilnya minim bahkan untuk jenis ikan tertentu malah merugi.
Dia menuturkan, untuk dua sampai tiga kilogram ikan cumi-cumi basah dapat menghasilkan satu kilogram ikan kering.
Selain untuk penghasilan tambahan membuat ikan asin juga bertujuan meningkatkan nilai jual hasil tangakapan nelayan.
Jika hasil tangkapan ikan itu dijual dalam kondisi masih basah harganya jauh lebih murah, Sedangkan jika dijual dalam bentuk kering harganya bisa dua kali lipat.
Sholekah mengaku, dalam satu pekan bisa membuat sekitar 50 kg ikan kering cumi-cumi dan bebepara kilogram ikan kering yang lainnya.(C/A)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011
"Misalnya cumi-cumi kering biasanya Rp50-Rp60 ribu perkilogram tetapi kali ini hanya kisaran Rp45 ribu pekilogram," kata Aluh, nelayan Sarang Tiung, Kotabaru.
Menurut sejumlah nelayan salah satu faktor turunnya harga ikan asin disebabkan kualitas menurun karena curah hujan cukup tinggi.
Biasanya hanya dua sampai tiga hari ikan sudah kering tetapi kali ini tidak dapat kering karena curah hujan cukup tinggi.
Hal itu membuat harga ikan asin turun drastis, tandasnya.
Menurut Sholekah yang juga nelayan Sarang Tiung, membuat ikan asin merupakan usaha ibu rumah tangga atau para istri nelayan lokal untuk membantu suami mendapatkan penghasilan tambahan.
Agar mendapatkan penghasilan tambahan, mereka membuat ikan asin dari cumi-cumi, teri/bilis, belanak, bandeng, tongkol, atau ikan jenis yang lainnya.
Namun karena harganya turun kini mereka mulai enggan membuat ikan asin karena hasilnya minim bahkan untuk jenis ikan tertentu malah merugi.
Dia menuturkan, untuk dua sampai tiga kilogram ikan cumi-cumi basah dapat menghasilkan satu kilogram ikan kering.
Selain untuk penghasilan tambahan membuat ikan asin juga bertujuan meningkatkan nilai jual hasil tangakapan nelayan.
Jika hasil tangkapan ikan itu dijual dalam kondisi masih basah harganya jauh lebih murah, Sedangkan jika dijual dalam bentuk kering harganya bisa dua kali lipat.
Sholekah mengaku, dalam satu pekan bisa membuat sekitar 50 kg ikan kering cumi-cumi dan bebepara kilogram ikan kering yang lainnya.(C/A)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011