Bank Kalsel yang merupakan bank pemerintah daerah di Kalimantan Selatan menyiapkan dana kredit untuk petani di Kabupaten Barito Kuala (Batola) sebesar Rp3 miliar melalui program resi gudang.
Analis Pengembangan Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Bank Kalsel Taufik Rahmatullah di Banjarmasin Senin mengatakan, program pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu program unggulan Bank Kalsel, untuk bisa membantu petani mengembangkan sektor pangan daerah.
"Melalui program resi gudang ini, kami ingin membantu petani untuk bisa menyimpan gabahnya pada saat panen, sambil menunggu harga gabah membaik pascapanen," katanya.
Biasanya, tambah Taufik, pada saat panen harga gabah akan jatuh. Karena petani memerlukan biaya untuk tanam kembali, sehingga tidak sedikit petani harus menjual hasil panennya dengan harga murah.
Baca juga: 19 daerah ikuti festival ekonomi syariah
Kondisi tersebut, membuat keuntungan yang didapat petani dari hasil panen cukup minim, sehingga sulit untuk meningkatkan kesejahteraan.
Membantu petani agar bisa mendapatkan harga gabah dengan baik, Pemerintah Kabupaten Barito Kuala bersama dengan Bank Indonesia dan Bank Kalsel, membangun sistem resi gudang tersebut.
Melalui sistem tersebut, petani bisa menyimpan gabahnya di gudang dan menjadikannya agunan, untuk bisa meminjam uang di Bank Kalsel dengan suku bunga rendah, yaitu enam persen selama satu tahun atau tiga persen per bulan selama enam bulan.
"Suku bunga kredit yang kami tawarkan dari program ini cukup rendah, bahkan lebih rendah dibanding KUR," katanya,
Proses peminjaman juga cukup mudah. Setelah petani terdaftar sebagai anggota koperasi, dia bisa menyimpan gabahnya di gudang.
Baca juga: Bank Kalsel gelar "literasi" keuangan di Sekolah Dasar
Begitu gabahnya masuk gudang, petani akan mendapatkan bukti penyimpanan berupa resi. Resi gudang tersebut, bisa dibawa ke bank untuk meminjam uang senilai 70 persen dari total gabah yang disimpan.
Peminjaman secara per orangan, tambah Taufik, maksimal hingga Rp75 juta dan kelompok maksimal Rp500 juta.
"Rata-rata petani meminjam antara Rp30 juta hingga Rp75 juta. Sedangkan untuk kelompok sudah jarang," katanya.
Biasanya, petani sudah bisa melunasi pinjaman tersebut, dalam jangka waktu lima bulan, atau menjelang musim panen berikutnya.
Sayangnya, program resi gudang tersebut, belum bisa dimanfaatkan petani secara maksimal, sehingga dana yang disiapkan Rp3 miliar, realisasinya rata-rata hanya Rp1 miliar. Bahkan 2019 hanya sekitar Rp700 juta.
Hal tersebut terjadi, karena gudang yang disipakan, kini justru banyak dimanfaatkan oleh tengkulak, sehingga kesempatan petani untuk menyimpan hasil pertaniannya menjadi berkurang.
"Kalau tengkulak, biasanya sudah banyak uang, jadi tidak mungkin meminjam ke Bank, makanya penyaluran akhirnya tidak maksimal," katanya.
Baca juga: Bank Kalsel raih Infobank Award
Baca juga: Bank Kalsel dorong pertumbuhan ekonomi melalui penguatan IT
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Analis Pengembangan Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Bank Kalsel Taufik Rahmatullah di Banjarmasin Senin mengatakan, program pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu program unggulan Bank Kalsel, untuk bisa membantu petani mengembangkan sektor pangan daerah.
"Melalui program resi gudang ini, kami ingin membantu petani untuk bisa menyimpan gabahnya pada saat panen, sambil menunggu harga gabah membaik pascapanen," katanya.
Biasanya, tambah Taufik, pada saat panen harga gabah akan jatuh. Karena petani memerlukan biaya untuk tanam kembali, sehingga tidak sedikit petani harus menjual hasil panennya dengan harga murah.
Baca juga: 19 daerah ikuti festival ekonomi syariah
Kondisi tersebut, membuat keuntungan yang didapat petani dari hasil panen cukup minim, sehingga sulit untuk meningkatkan kesejahteraan.
Membantu petani agar bisa mendapatkan harga gabah dengan baik, Pemerintah Kabupaten Barito Kuala bersama dengan Bank Indonesia dan Bank Kalsel, membangun sistem resi gudang tersebut.
Melalui sistem tersebut, petani bisa menyimpan gabahnya di gudang dan menjadikannya agunan, untuk bisa meminjam uang di Bank Kalsel dengan suku bunga rendah, yaitu enam persen selama satu tahun atau tiga persen per bulan selama enam bulan.
"Suku bunga kredit yang kami tawarkan dari program ini cukup rendah, bahkan lebih rendah dibanding KUR," katanya,
Proses peminjaman juga cukup mudah. Setelah petani terdaftar sebagai anggota koperasi, dia bisa menyimpan gabahnya di gudang.
Baca juga: Bank Kalsel gelar "literasi" keuangan di Sekolah Dasar
Begitu gabahnya masuk gudang, petani akan mendapatkan bukti penyimpanan berupa resi. Resi gudang tersebut, bisa dibawa ke bank untuk meminjam uang senilai 70 persen dari total gabah yang disimpan.
Peminjaman secara per orangan, tambah Taufik, maksimal hingga Rp75 juta dan kelompok maksimal Rp500 juta.
"Rata-rata petani meminjam antara Rp30 juta hingga Rp75 juta. Sedangkan untuk kelompok sudah jarang," katanya.
Biasanya, petani sudah bisa melunasi pinjaman tersebut, dalam jangka waktu lima bulan, atau menjelang musim panen berikutnya.
Sayangnya, program resi gudang tersebut, belum bisa dimanfaatkan petani secara maksimal, sehingga dana yang disiapkan Rp3 miliar, realisasinya rata-rata hanya Rp1 miliar. Bahkan 2019 hanya sekitar Rp700 juta.
Hal tersebut terjadi, karena gudang yang disipakan, kini justru banyak dimanfaatkan oleh tengkulak, sehingga kesempatan petani untuk menyimpan hasil pertaniannya menjadi berkurang.
"Kalau tengkulak, biasanya sudah banyak uang, jadi tidak mungkin meminjam ke Bank, makanya penyaluran akhirnya tidak maksimal," katanya.
Baca juga: Bank Kalsel raih Infobank Award
Baca juga: Bank Kalsel dorong pertumbuhan ekonomi melalui penguatan IT
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019