Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Jawa Barat, mengingatkan warga untuk mewaspadai penyakit infeksi menular seksual (IMS) karena tren naiknya jumlah penderita penyakit itu sepanjang Tahun 2019 ini.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezy Syukrawati di Bekasi, Selasa mengatakan hingga Bulan Agustus 2019 jumlah penderita penyakit IMS di Kota Bekasi mencapai 696 kasus dan setiap bulannya tercatat mengalami kenaikan.
"Meski angkanya masih jauh dari tahun sebelumnya, penyakit ini perlu diwaspadai warga Bekasi karena mudah menular melalui perilaku seks bebas, gonta-ganti pasangan tanpa mengindahkan norma agama dan sosial," katanya.
Dari 696 kasus selama 2019, 256 di antaranya telah berhasil disembuhkan, sementara 440 lainnya belum tertangani. Jika dibandingkan dengan Tahun 2018, memang belum sebanyak tahun lalu yang mencapai 760 kasus.
Baca juga: 21 pelajar di Tulungagung positif tertular HIV
Menurut Dezy, faktor kemajemukan masyarakat turut berpengaruh terhadap perilaku dan gaya hidup sehingga mereka dengan bebas melakukan tindakan apapun. Seks bebas berakibat memunculkan sejumlah penyakit, namun yang paling sering adalah klamidia, yakni penyakit menular seksual yang berasal dari bakteri chlamydia trachomatis.
Penyakit ini menular melalui hubungan seksual maupun diturunkan oleh ibu kepada bayinya. Meski penyakit menular seksual ini bisa disembuhkan, namun penderitanya rentan tertular HIV/AIDS.
"Penyakit infeksi seks menular ini pada dasarnya bisa disembuhkan dengan cara meminum obat rutin yang sudah diberikan dokter, yang lebih baik lagi tidak melakukan seks secara bebas," katanya.
Pihaknya tengah mendorong program Kementerian Kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kepada kelompok berisiko tinggi penyakit tersebut, yakni wanita pekerja seksual, lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) atau penyuka sesama jenis dan kalangan ibu hamil.
"Pemeriksaan kepada kelompok-kelompok berisiko tinggi ini sudah dilakukan terhadap pekerja seksual maupun komunitas yang terdeteksi LGBT," katanya.
Baca juga: IAC gandeng media sosialisasi terkait HIV/AIDS di enam kota
Pemeriksaan terhadap ibu hamil juga diperlukan untuk pencegahan sebab mereka yang sudah positif menderita IMS dan tengah mengandung akan rentan menularkan penyakit tersebut kepada anak yang dikandungnya.
Kabid Perawatan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi Sudirman mengatakan kebanyakan perilaku seks bebas menyebabkan HIV/AIDS. Biasanya, penderitanya selalu berganti pasangan dalam berhubungan badan.
Meski begitu para penderita penyakit HIV/AIDS bisa mendatangi langsung klinik VCT yang sudah tersedia di beberapa puskesmas dan RSUD Kota Bekasi. Menurut dia juga, klinik-klinik tersebut memiliki program konseling.
"Di RSUD, Klinik VCT banyak dikunjungi pasien yang menderita HIV/AIDS," kata Sudirman.
Baca juga: PKK: prevent HIV/AIDS transmission from mother to child
Baca juga: Wakil Ketua PKK ikut sosialisasi penularan HIV/AIDS
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezy Syukrawati di Bekasi, Selasa mengatakan hingga Bulan Agustus 2019 jumlah penderita penyakit IMS di Kota Bekasi mencapai 696 kasus dan setiap bulannya tercatat mengalami kenaikan.
"Meski angkanya masih jauh dari tahun sebelumnya, penyakit ini perlu diwaspadai warga Bekasi karena mudah menular melalui perilaku seks bebas, gonta-ganti pasangan tanpa mengindahkan norma agama dan sosial," katanya.
Dari 696 kasus selama 2019, 256 di antaranya telah berhasil disembuhkan, sementara 440 lainnya belum tertangani. Jika dibandingkan dengan Tahun 2018, memang belum sebanyak tahun lalu yang mencapai 760 kasus.
Baca juga: 21 pelajar di Tulungagung positif tertular HIV
Menurut Dezy, faktor kemajemukan masyarakat turut berpengaruh terhadap perilaku dan gaya hidup sehingga mereka dengan bebas melakukan tindakan apapun. Seks bebas berakibat memunculkan sejumlah penyakit, namun yang paling sering adalah klamidia, yakni penyakit menular seksual yang berasal dari bakteri chlamydia trachomatis.
Penyakit ini menular melalui hubungan seksual maupun diturunkan oleh ibu kepada bayinya. Meski penyakit menular seksual ini bisa disembuhkan, namun penderitanya rentan tertular HIV/AIDS.
"Penyakit infeksi seks menular ini pada dasarnya bisa disembuhkan dengan cara meminum obat rutin yang sudah diberikan dokter, yang lebih baik lagi tidak melakukan seks secara bebas," katanya.
Pihaknya tengah mendorong program Kementerian Kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kepada kelompok berisiko tinggi penyakit tersebut, yakni wanita pekerja seksual, lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) atau penyuka sesama jenis dan kalangan ibu hamil.
"Pemeriksaan kepada kelompok-kelompok berisiko tinggi ini sudah dilakukan terhadap pekerja seksual maupun komunitas yang terdeteksi LGBT," katanya.
Baca juga: IAC gandeng media sosialisasi terkait HIV/AIDS di enam kota
Pemeriksaan terhadap ibu hamil juga diperlukan untuk pencegahan sebab mereka yang sudah positif menderita IMS dan tengah mengandung akan rentan menularkan penyakit tersebut kepada anak yang dikandungnya.
Kabid Perawatan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi Sudirman mengatakan kebanyakan perilaku seks bebas menyebabkan HIV/AIDS. Biasanya, penderitanya selalu berganti pasangan dalam berhubungan badan.
Meski begitu para penderita penyakit HIV/AIDS bisa mendatangi langsung klinik VCT yang sudah tersedia di beberapa puskesmas dan RSUD Kota Bekasi. Menurut dia juga, klinik-klinik tersebut memiliki program konseling.
"Di RSUD, Klinik VCT banyak dikunjungi pasien yang menderita HIV/AIDS," kata Sudirman.
Baca juga: PKK: prevent HIV/AIDS transmission from mother to child
Baca juga: Wakil Ketua PKK ikut sosialisasi penularan HIV/AIDS
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019