Suara bising dari hembusan udara yang keluar sesekali muncul ketika wartawan Antara berbincang dengan Muhammad Rosyid, pekerja di Anjungan Lepas Pantai Ruby, milik Mubadala Petroleum di Selat Makassar.
"Itu suara dari mesin dryer untuk pengering udara. Jadi dipisahkan antara air, gas dan kondesat dialirkan menggunakan kompresor," ucap Rosyid menjelaskan ketika ditanya Antara suara yang terus muncul tersebut.
Rosyid adalah satu dari sekitar 30 pekerja yang sedang bertugas di Ruby gas field, fasilitas produksi gas yang hasilnya dialirkan melalui pipa bawah laut sejauh 312 kilometer ke fasilitas pengolahan gas di Senipah Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Sebagai putra daerah Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, pria 33 tahun ini telah membuktikan diri bisa bersaing dengan pekerja lainnya, terutama dari Pulau Jawa yang selama ini dikenal sudah lebih dulu maju dan kompetitif dari daerah lainnya di Indonesia.
Bisa masuk bekerja di perusahaan migas internasional sekelas Mubadala Petroleum tentu tidaklah mudah. Selain kompetensi dari kualifikasi pendidikan memenuhi syarat atau sesuai dengan yang dicari, sebuah perusahaan besar biasanya juga melihat keuletan dan loyalitas teruji dari seorang pekerjanya.
Bergabung sejak 2015, Rosyid bekerja sebagai mekanik untuk maintenance (pemeliharaan). Tugasnya sangat vital, memastikan semua peralatan operasi produksi dan lainnya berfungsi sesuai yang diharapkan.
Baca juga: Ruby produksi gas secara aman tanpa "accident"
"Saya banyak belajar dari para mekanik senior di sini. Kawan-kawan yang sudah terlebih dahulu bekerja di Ruby selalu membimbing agar kita yang junior tidak melakukan kesalahan," tutur pria kelahiran Kotabaru 12 November 1986 ini.
Berbekal ijazah Program Studi Teknik Mesin Politeknik Kotabaru, Rosyid mengaku senang dan bersyukur sekaligus bangga dapat bekerja di Ruby.
Meski tugas utamanya perawatan, namun semua bidang pekerjaan lainnya di Ruby juga harus dipelajari. Sehingga dia mendapat banyak ilmu dan pengalaman selama empat tahun bekerja.
"Pokoknya kita dibekali semua jadi di sini benar-benar satu tim yang tidak terpisahkan antara tugas operasi dan maintenance. Kemudian tugas-tugas tambahan seperti standar operasi helideck kita juga di-training untuk Offshore Helideck Assistant (HDA), assistant crane operator atau asisten operator derek hingga training untuk memasuki tangki vessel dan juga bikin perancah," paparnya.
Selanjutnya yang tak kalah pentingnya harus dikuasai yaitu penanggulangan keadaan darurat seperti jika terjadi kebakaran atau kebocoran gas, hingga memberikan pertolongan pertama kepada rekan kerja yang mengalami kecelakaan.
Baca juga: Merah Putih berkibar di Anjungan Lepas Pantai Ruby
Terletak di antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi, berjarak 275 kilometer dari tenggara kota Balikpapan dan 90 kilometer dari timur Kotabaru, menuju lokasi Ruby gas field memang paling efektif ditempuh melalui jalur udara menggunakan helikopter. Sedangkan jika harus jalur laut, maka waktu tempuhnya terbilang cukup lama dan tidak efektif bagi pekerja saat pergantian sif kerja, apalagi jika dalam kondisi darurat seperti kecelakaan dan sebagainya.
Rosyid pun menikmati pekerjaannya sekarang. Meski jauh di tengah laut, namun pengaturan sif kerja dua minggu masuk dan dua minggu libur, terasa nyaman baginya jika dibanding pada pekerjaan sebelumnya sebagai operator di tambang batubara yang dua bulan kerja dan 15 hari libur.
Suka dua diakuinya pasti ada dalam setiap pekerjaan. Apalagi harus jauh dari sang istri, Nia Nurmaya yang baru dinikahinya tahun 2018 lalu.
"Kalau duka jelas jauh dari keluarga. Rasa jenuh pasti ada di tengah laut begini. Namun alhamdulilah perusahaan juga memfasilitasi dengan jaringan internet khusus hingga kita tetap bisa komunikasi dengan istri dan kawan-kawan di darat," bebernya.
Rosyid kini tak sendiri. Ada dua putra Kotabaru lainnya juga mengikuti jejaknya, yakni David Supriyadi dan Sahriwan. Dia pun berharap ke depannya semakin banyak pemuda di Bumi Saijaan bisa bergabung.
Baca juga: Kementerian ESDM menasionalkan pengelolaan migas
"Kita harus bisa buktikan, putra daerah bisa bersaing. Insya Allah risiko pekerjaan di tengah laut sesuai dengan kesejahteraan yang diperoleh, jadi saya sendiri sangat terbantu adanya perusahaan ini," tuturnya.
Harapan Rosyid dan juga pekerja lainnya di Ruby, masih bisa bekerja terus selama sumber gas masih ada dan bahkan bisa semakin bertambah pengeborannya untuk mendukung ketahanan energi nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"Itu suara dari mesin dryer untuk pengering udara. Jadi dipisahkan antara air, gas dan kondesat dialirkan menggunakan kompresor," ucap Rosyid menjelaskan ketika ditanya Antara suara yang terus muncul tersebut.
Rosyid adalah satu dari sekitar 30 pekerja yang sedang bertugas di Ruby gas field, fasilitas produksi gas yang hasilnya dialirkan melalui pipa bawah laut sejauh 312 kilometer ke fasilitas pengolahan gas di Senipah Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Sebagai putra daerah Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, pria 33 tahun ini telah membuktikan diri bisa bersaing dengan pekerja lainnya, terutama dari Pulau Jawa yang selama ini dikenal sudah lebih dulu maju dan kompetitif dari daerah lainnya di Indonesia.
Bisa masuk bekerja di perusahaan migas internasional sekelas Mubadala Petroleum tentu tidaklah mudah. Selain kompetensi dari kualifikasi pendidikan memenuhi syarat atau sesuai dengan yang dicari, sebuah perusahaan besar biasanya juga melihat keuletan dan loyalitas teruji dari seorang pekerjanya.
Bergabung sejak 2015, Rosyid bekerja sebagai mekanik untuk maintenance (pemeliharaan). Tugasnya sangat vital, memastikan semua peralatan operasi produksi dan lainnya berfungsi sesuai yang diharapkan.
Baca juga: Ruby produksi gas secara aman tanpa "accident"
"Saya banyak belajar dari para mekanik senior di sini. Kawan-kawan yang sudah terlebih dahulu bekerja di Ruby selalu membimbing agar kita yang junior tidak melakukan kesalahan," tutur pria kelahiran Kotabaru 12 November 1986 ini.
Berbekal ijazah Program Studi Teknik Mesin Politeknik Kotabaru, Rosyid mengaku senang dan bersyukur sekaligus bangga dapat bekerja di Ruby.
Meski tugas utamanya perawatan, namun semua bidang pekerjaan lainnya di Ruby juga harus dipelajari. Sehingga dia mendapat banyak ilmu dan pengalaman selama empat tahun bekerja.
"Pokoknya kita dibekali semua jadi di sini benar-benar satu tim yang tidak terpisahkan antara tugas operasi dan maintenance. Kemudian tugas-tugas tambahan seperti standar operasi helideck kita juga di-training untuk Offshore Helideck Assistant (HDA), assistant crane operator atau asisten operator derek hingga training untuk memasuki tangki vessel dan juga bikin perancah," paparnya.
Selanjutnya yang tak kalah pentingnya harus dikuasai yaitu penanggulangan keadaan darurat seperti jika terjadi kebakaran atau kebocoran gas, hingga memberikan pertolongan pertama kepada rekan kerja yang mengalami kecelakaan.
Baca juga: Merah Putih berkibar di Anjungan Lepas Pantai Ruby
Terletak di antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi, berjarak 275 kilometer dari tenggara kota Balikpapan dan 90 kilometer dari timur Kotabaru, menuju lokasi Ruby gas field memang paling efektif ditempuh melalui jalur udara menggunakan helikopter. Sedangkan jika harus jalur laut, maka waktu tempuhnya terbilang cukup lama dan tidak efektif bagi pekerja saat pergantian sif kerja, apalagi jika dalam kondisi darurat seperti kecelakaan dan sebagainya.
Rosyid pun menikmati pekerjaannya sekarang. Meski jauh di tengah laut, namun pengaturan sif kerja dua minggu masuk dan dua minggu libur, terasa nyaman baginya jika dibanding pada pekerjaan sebelumnya sebagai operator di tambang batubara yang dua bulan kerja dan 15 hari libur.
Suka dua diakuinya pasti ada dalam setiap pekerjaan. Apalagi harus jauh dari sang istri, Nia Nurmaya yang baru dinikahinya tahun 2018 lalu.
"Kalau duka jelas jauh dari keluarga. Rasa jenuh pasti ada di tengah laut begini. Namun alhamdulilah perusahaan juga memfasilitasi dengan jaringan internet khusus hingga kita tetap bisa komunikasi dengan istri dan kawan-kawan di darat," bebernya.
Rosyid kini tak sendiri. Ada dua putra Kotabaru lainnya juga mengikuti jejaknya, yakni David Supriyadi dan Sahriwan. Dia pun berharap ke depannya semakin banyak pemuda di Bumi Saijaan bisa bergabung.
Baca juga: Kementerian ESDM menasionalkan pengelolaan migas
"Kita harus bisa buktikan, putra daerah bisa bersaing. Insya Allah risiko pekerjaan di tengah laut sesuai dengan kesejahteraan yang diperoleh, jadi saya sendiri sangat terbantu adanya perusahaan ini," tuturnya.
Harapan Rosyid dan juga pekerja lainnya di Ruby, masih bisa bekerja terus selama sumber gas masih ada dan bahkan bisa semakin bertambah pengeborannya untuk mendukung ketahanan energi nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019