Hari Koperasi di Indonesia lahir dari kongres koperasi yang pertama kali diadakan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 12 Juli 1947 diinisiasi oleh Bapak Koperasi Indonesia Mohammad Hatta (Bung Hatta).
Mengusung tema “Reformasi Total Koperasi di Era Revolusi Industri 4.0” Hari Koperasi ke - 72 ini diharapkan koperasi dapat beradaptasi dengan era industri yang semakin maju, sehingga tidak tergilas oleh perubahan zaman yang semakin dinamis.
Tak hanya di level nasional, reformasi juga dilakukan Koperasi serba usaha Sungai Kihung Lestari Kabupaten Balangan.
Baca juga: Pendidik Sebaya program YABN jauhkan remaja dari narkoba
Koperasi di Desa Kalahiang ini terus berusaha tumbuh di tengah kemajuan zaman yang kian pesat dengan mengedepankan potensi lokal.
"Kita mengembangkan sektor pertanian sebagai unit usaha di.koperasi," jelas Ketua Koperasi Sungai Kihung Arsyad.
Potensi lokal yang jadi unit usaha Arsyad dan kawan - kawan yakni jual beli bibit karet unggul, produksi asap cair sebagai bahan pengental karet, hingga jual beli bahan olah karet (bokar).
Baca juga: Siswa kelas sains Inkuiri ikuti eksplorasi ke sawah
Mengingat sekitar 90 persen warga Desa Kalahiang merupakan petani karet.
Memproduksi asap cair salah satu inovasi baru yang dimiliki Koperasi Sungai Kihung Lestari sekaligus upaya dalam menjawab permasalahan utama petani karet kebanyakan yakni harga jual karet yang cenderung rendah.
“Harga jual karet lebih tinggi karena lateks karet yang dibekukan dengan asap cair mampu meningkatkan kualitas karet dengan kadar K3 80 persen," jelas Arsyad.
Menigkatkan harga karet seiring kualitas yang baik akan mendongkrak pendapatan petani.
Karena dengan asap cair dapat meningkatkan kualitas hasil karet masyarakat untuk dijual dengan harga yang lebih tinggi sehingga tentunya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Terlebih koperasi dapat memproduksi asap cair 70 liter per minggunya dan kemudian dapat dijual pula kemasyarakat.
"Dengan campuran asap cair harga karet yang awalnya Rp 6000 per kilogram bisa meningkat menjadi Rp. 10.000 per kilogram Tambah Asyad.
Masyarakat sekitarpun mulai merasakan dampak positif dari kehadiran Koperasi Sungai Kihung Lestari ini, seperti harga jual beli karet yang sedikit demi sedikit kembali stabil.
Baca juga: Mesiwah Pare Gumboh, bentuk syukur Dayak Deah Balangan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Mengusung tema “Reformasi Total Koperasi di Era Revolusi Industri 4.0” Hari Koperasi ke - 72 ini diharapkan koperasi dapat beradaptasi dengan era industri yang semakin maju, sehingga tidak tergilas oleh perubahan zaman yang semakin dinamis.
Tak hanya di level nasional, reformasi juga dilakukan Koperasi serba usaha Sungai Kihung Lestari Kabupaten Balangan.
Baca juga: Pendidik Sebaya program YABN jauhkan remaja dari narkoba
Koperasi di Desa Kalahiang ini terus berusaha tumbuh di tengah kemajuan zaman yang kian pesat dengan mengedepankan potensi lokal.
"Kita mengembangkan sektor pertanian sebagai unit usaha di.koperasi," jelas Ketua Koperasi Sungai Kihung Arsyad.
Potensi lokal yang jadi unit usaha Arsyad dan kawan - kawan yakni jual beli bibit karet unggul, produksi asap cair sebagai bahan pengental karet, hingga jual beli bahan olah karet (bokar).
Baca juga: Siswa kelas sains Inkuiri ikuti eksplorasi ke sawah
Mengingat sekitar 90 persen warga Desa Kalahiang merupakan petani karet.
Memproduksi asap cair salah satu inovasi baru yang dimiliki Koperasi Sungai Kihung Lestari sekaligus upaya dalam menjawab permasalahan utama petani karet kebanyakan yakni harga jual karet yang cenderung rendah.
“Harga jual karet lebih tinggi karena lateks karet yang dibekukan dengan asap cair mampu meningkatkan kualitas karet dengan kadar K3 80 persen," jelas Arsyad.
Menigkatkan harga karet seiring kualitas yang baik akan mendongkrak pendapatan petani.
Karena dengan asap cair dapat meningkatkan kualitas hasil karet masyarakat untuk dijual dengan harga yang lebih tinggi sehingga tentunya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Terlebih koperasi dapat memproduksi asap cair 70 liter per minggunya dan kemudian dapat dijual pula kemasyarakat.
"Dengan campuran asap cair harga karet yang awalnya Rp 6000 per kilogram bisa meningkat menjadi Rp. 10.000 per kilogram Tambah Asyad.
Masyarakat sekitarpun mulai merasakan dampak positif dari kehadiran Koperasi Sungai Kihung Lestari ini, seperti harga jual beli karet yang sedikit demi sedikit kembali stabil.
Baca juga: Mesiwah Pare Gumboh, bentuk syukur Dayak Deah Balangan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019