Bank Tabungan Negara (BTN) telah membentuk Pusat Finansial Perumahan dalam rangka mengantisipasi perkembangan kebutuhan perumahan dan memberikan nasihat untuk rumah yang cocok bagi generasi milenial.
"BTN sudah mengantisipasi perkembangan milenial. Kami sudah punya lembaga Housing Finance Center (HFC), yang melakukan riset tentang perumahan," kata Direktur Utama BTN Maryono dalam Indonesia Housing Forum di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, kajian yang dilakukan antara lain terkait jumlah kebutuhan rumah bagi milenial serta tren peningkatan laju pertumbuhan indeks harga rumah.
Selain itu, ujar dia, lembaga tersebut juga berfungsi sebagai lembaga pelatihan atau sebagai penasihat, seperti kepada generasi milenial agar mereka mendapatkan rumah yang sesuai dengan kebutuhan.
"Kami tidak menawarkan milenial untuk mendapatkan KPR, tetapi membantu memberikan suatu informasi atau nasihat seperti apa sih rumah yang layak," kata Dirut BTN.
Maryono juga mengatakan tren laju pertumbuhan BTN House Price Index (HPI) terus meningkat.
Kabupaten Batang, Jawa Tengah menjadi kabupaten dengan BTN HPI tertinggi di atas Jakarta Timur.
Peningkatan BTN HPI itu didorong oleh banyaknya proyek infrastruktur yang telah diselesaikan pemerintah pada triwulan I 2019.
Dengan pertumbuhan BTN HPI yang mulai menanjak, Maryono menilai diperlukan sejumlah terobosan baik dari sisi permintaan maupun pasokan.
"Generasi milenial akan menjadi tulang punggung dari perekonomian bangsa, karena akan mendominasi sekitar 34 persen dari populasi penduduk Indonesia pada tahun 2020, sehingga seluruh stakeholder bidang properti harus bisa menyelaraskan strategi serta kebijakan dengan kebutuhan dan karakter generasi milenial," katanya.
Berdasarkan survei yang digelar HFC terhadap 270 responden berusia 21-35 tahun yang dipilih dari wilayah padat penduduk seperti Jabodetabek, Jawa Timur (Surabaya-Sidoarjo) dan Batam, generasi milenial ingin memiliki rumah tapak dengan harga terjangkau, dan dengan tenor kredit pemilikan rumah (KPR) selama 10-15 tahun serta cicilan yang sesuai dengan kemampuan.
"Produk KPR yang diinginkan milenial harus mudah dipahami, sesuai dengan kemampuan keuangan mereka serta harus sudah disiapkan atau dimulai sejak mereka duduk dibangku SMA atau perguruan tinggi lewat produk tabungan untuk KPR," kata Maryono.
Ia memaparkan, BTN menyediakan produk tabungan untuk KPR yaitu Si Muda Rumahku Tabungan untuk pemilikan rumah bagi mahasiswa dan pemuda, dan produk KPR Gaesss, yaitu produk KPR yang dikemas dengan KPR Zero yang memiliki fitur kemudahan bagi milenial.
Sejumlah fitur kemudahan itu seperti cuti cicilan hingga 2 tahun serta persyaratan yang mudah diantaranya debitur harus berusia di antara 21 hingga 30 tahun, memiliki pendapatan/gaji tetap dan minimal sudah bekerja 1 tahun di perusahaan yang sama dan mendaftarkan aplikasi KPR Gaeesss di www.btnproperti.co.id.
"Sejak diluncurkan pada bulan Oktober tahun lalu hingga Mei tahun ini kredit yang disalurkan lewat KPR Gaesss mencapai Rp6,9 triliun. Adapun dari Januari hingga Mei tahun ini KPR Gaess mencatat outstanding kredit sebesar Rp3,83 triliun dan ditargetkan bisa mencapai sekitar Rp7 triliun hingga akhir tahun 2019," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"BTN sudah mengantisipasi perkembangan milenial. Kami sudah punya lembaga Housing Finance Center (HFC), yang melakukan riset tentang perumahan," kata Direktur Utama BTN Maryono dalam Indonesia Housing Forum di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, kajian yang dilakukan antara lain terkait jumlah kebutuhan rumah bagi milenial serta tren peningkatan laju pertumbuhan indeks harga rumah.
Selain itu, ujar dia, lembaga tersebut juga berfungsi sebagai lembaga pelatihan atau sebagai penasihat, seperti kepada generasi milenial agar mereka mendapatkan rumah yang sesuai dengan kebutuhan.
"Kami tidak menawarkan milenial untuk mendapatkan KPR, tetapi membantu memberikan suatu informasi atau nasihat seperti apa sih rumah yang layak," kata Dirut BTN.
Maryono juga mengatakan tren laju pertumbuhan BTN House Price Index (HPI) terus meningkat.
Kabupaten Batang, Jawa Tengah menjadi kabupaten dengan BTN HPI tertinggi di atas Jakarta Timur.
Peningkatan BTN HPI itu didorong oleh banyaknya proyek infrastruktur yang telah diselesaikan pemerintah pada triwulan I 2019.
Dengan pertumbuhan BTN HPI yang mulai menanjak, Maryono menilai diperlukan sejumlah terobosan baik dari sisi permintaan maupun pasokan.
"Generasi milenial akan menjadi tulang punggung dari perekonomian bangsa, karena akan mendominasi sekitar 34 persen dari populasi penduduk Indonesia pada tahun 2020, sehingga seluruh stakeholder bidang properti harus bisa menyelaraskan strategi serta kebijakan dengan kebutuhan dan karakter generasi milenial," katanya.
Berdasarkan survei yang digelar HFC terhadap 270 responden berusia 21-35 tahun yang dipilih dari wilayah padat penduduk seperti Jabodetabek, Jawa Timur (Surabaya-Sidoarjo) dan Batam, generasi milenial ingin memiliki rumah tapak dengan harga terjangkau, dan dengan tenor kredit pemilikan rumah (KPR) selama 10-15 tahun serta cicilan yang sesuai dengan kemampuan.
"Produk KPR yang diinginkan milenial harus mudah dipahami, sesuai dengan kemampuan keuangan mereka serta harus sudah disiapkan atau dimulai sejak mereka duduk dibangku SMA atau perguruan tinggi lewat produk tabungan untuk KPR," kata Maryono.
Ia memaparkan, BTN menyediakan produk tabungan untuk KPR yaitu Si Muda Rumahku Tabungan untuk pemilikan rumah bagi mahasiswa dan pemuda, dan produk KPR Gaesss, yaitu produk KPR yang dikemas dengan KPR Zero yang memiliki fitur kemudahan bagi milenial.
Sejumlah fitur kemudahan itu seperti cuti cicilan hingga 2 tahun serta persyaratan yang mudah diantaranya debitur harus berusia di antara 21 hingga 30 tahun, memiliki pendapatan/gaji tetap dan minimal sudah bekerja 1 tahun di perusahaan yang sama dan mendaftarkan aplikasi KPR Gaeesss di www.btnproperti.co.id.
"Sejak diluncurkan pada bulan Oktober tahun lalu hingga Mei tahun ini kredit yang disalurkan lewat KPR Gaesss mencapai Rp6,9 triliun. Adapun dari Januari hingga Mei tahun ini KPR Gaess mencatat outstanding kredit sebesar Rp3,83 triliun dan ditargetkan bisa mencapai sekitar Rp7 triliun hingga akhir tahun 2019," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019