Oleh Hasan Zainuddin

Warga Penghuni wilayah paling selatan pulau terbesar Indonesia Kalimantan, kini kian terusik penularan penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), padahal belakangan kian gencar penanggulangan berbagai penyakit menular lainnya guna menuju masyarakat sehat.


Terungkapnya penyakit tersebut tentu menimbulkan tanda tanya besar banyak pihak mengingat wilayah ini termasuk wilayah agamis.

Mengapa penyakit yang sebagian besar berjangkit di lokasi pristitusi merebak di wilayah yang sebenarnya "mengharamkan" lokalisasi.

Kasus HIV/AIDS menimbulkan dugaan adanya praktek pristitusi terselubung di tempat-tempat terselubung pula, yang menerpa wilayah ini, dan ditengarai selain ditempat hiburan malam, perhotelan, kafe-kafe, lokasi karaoke atau bahkan di lokasi pertambangan batubara yang menjamur di wilayah Kalsel.

Konon banyak pekerja tambang berasal dari luar daerah bekerja di Kalsel tanpa isteri,kemudian "jajan" ke lokasi "remang-remang" ilegal dekat tambang, atau lokasi lain yang bisa menyebarkan penularan panyakit menakutkan itu.

Penularan ini pula diduga akibat kian merebaknya penyalahgunaan narkoba melalui jarum suntik, serta kegiatan seks yang menyimpang.

Peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS di Kalsel ternyata menjadi sorotan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi.

Saat mengunjungi Banjarmasin (27/2) lalu menyatakan jika angka tersebut terus meningkat, maka akan menjadi bencana bagi Kalsel.

"Ini merisaukan, kalau HIV/AIDS tidak dikendalikan, maka capaian pengurangan penyakit menular lainnya tidak berguna," ujarnya dihadapan Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin dan jajaran kesehatan setempat.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, dari 2002 hingga 2012, angka kasus HIV/AIDS sudah menembus melebihi angka 200 kasus, dan Itupun diduga, masih banyak kasus HIV/AIDS yang belum terdata.

Padahal dalam kasus penyakit tersebut biasanya satu orang yang terdata diduga masih ada sepuluh orang lainnya yang terjangkit tapi belum diketahui,dengan demikian tentu mengusik ketentraman warga yang selama ini sudah merasa agak "aman" dengan kian berkurangnya serangan penyakit, TBC, DBD, malaria, dan penyakit menular lainnya.

Apalagi berdasarkan data kasus HIV/AIDS justru paling banyak menular dikalangan generasi muda yang sebenarnya menjadi pemegang tongkat estapet pembangunan wilayah 13 kabupaten dan kota serta berpenduduk 3,6 juta jiwa itu.

Yang merisaukan pula kasus HIV/AIDS di Kalsel juga menyerang ibu rumah tangga, yang sebenarnya kelompok yang jauh darikegiatan yang bisa menularkan HIV/AIDS.

Kasus HIV di Kalimantan Selatan tertinggi terdapat pada remaja usia produktif yang berumur antara 20-29 tahun yaitu mencapai 50 persen dari total kasus HIV hingga Desember 2012 sebanyak 325 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Akhmad Rusdianyah di Banjarmasin, Kamis mengatakan, berdasarkan estimasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) nasional pada 2009, di Kalimantan Selatan terdapat 948 orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

"Sejak 2002 sampai dengan Desember 2012 sudah ditemukan atau dilaporkan HIV/AIDS sebanyak 587 kasus atau 61,9 persen dari estimasi yang ditetapkan tersebut," katanya.

Khusus HIV/AIDS, kata dia, prosentase kumulatif HIV tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun, sebanyak 40,6 persen, selanjutnya umur 30-39 tahun sebanyak 18,6 persen, dan 40-49 senbanyak 4,9 persen.

Dari 325 kasus HIV tersebut, sebanyak 68,3 persen terjadi pada perempuan, terutama pada penjaja seks komersial sebanyak 183 kasus, 17,8 persen pada laki-laki dan sisanya 13,9 persen tidak diketahui.

Selanjutnya, yang sangat memprihatinkan, penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh tersebut kini juga sudah menyerang ibu rumah tangga dengan kasus yang telah ditemukan sebanyak 18 orang.

Penyakit ini juga ditemukan pada warga binaan sebanyak 44 orang dan tenaga non profesional 22 kasus.

Jumlah kasus HIV tertinggi, tambah Rusdiansyah, di Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 149 kasus, Kota Banjarmasin 68 kasus, Banjarbaru, 36 kasus, Kotabaru 16 kasus dan Kabupaten Banjar 13 kasus.

Sedangkan untuk AIDS, sampai dengan Desember 2012 mencapai 262 kasus, dengan kasus tertinggi terjadi pada ibu rumah tangga sebanyak 41 kasus, tenaga non profesional 34 kasus, penjaja seks 18 kasus dan lain-lain 9 kasus.

Daerah terbanyak penderita AIDS yaitu, Banjarmasin, 121 kasus, Banjarbaru, 25 kasus, Tanah Bumbu 25 kasus, Kotabaru, 16 kasus, dan Tabalong sebanyak 13 kasus.

Menurut Rusdiansyah, faktor resiko penularan AIDS tertinggi adalah hubungan seks tidak aman yaitu 88,2 persen dan melalui jarum suntik narkoba dan lainnya sebanyak 11,7 persen.

Pencegahan

Pihak Dinas Kesehatan Kalsel sendiri selalu melakukan penyuluhan agar penyakit tersebut tidak meluas, terutama penyuluhan di kalangan pelajar,mahasiswa, dan masyarakat umum, khususnya mereka yang beresiko tinggi terjangkit virus yang belum ada obatnya tersebut.

Bahkan di Kalsel dan beberapa kabupaten dan kota di wilayah ini membentuk sebuah lembaga khusus menanggulangi penyakit ini yaitu Komisi Penanggulangan Aids (KPA) , serta lembaga lainnya.

Kota Banjarmasin yang juga banyak kasus HIV/AIDS sudah mengantisipasi penularan tersebut dengan berbagai cara, salah satunya mengkhususnya sebuah Puskesmas untuk melakukan perawatan penyakit tersebut.

Puskesmas yang dipilih melakukan penanganan penyakitHIV/AIDS adalah Puskesmas Pekauman, dimana petugasnya dilatih mengenai penangananh HIV/AIDS serta dilengkapi dengan berbagai peralatan.

Di Banjarmasin sendiri penanggulangan penyakit HIV/AIDS terlihat kian gencar saja, dengan melakukan sosialisasi terhadap masyarakat luas hingga ke daerah pinggiran, ke tempat hiburan malam, lembaga pemasyarakatan, serta pengambilan simpel darah.

Untuk mencegah penularan penyakit ini di Banjarmasin, yakni membentuk aturan melalui Perda.

  "Melihat sudah banyaknya warga Banjarmasin terjangkit HIV/AIDS, maka dipandang perlu adanya aturan berupa Perda guna menangkal penyakit itu," kata anggota DPRD Banjarmasin, M Dafik As'ad.

DPRD Kalsel juga tak tinggal diam, bersama instansi/pihak terkait akan membahas masalah HIV/AIDS. "Ya nanti kita bicarakan dengan pimpinan dewan atau ketua komisi, untuk mengundang instansi/pihak terkait permasalahan HIV/AIDS," ujar Wakil Ketua Komisi IV bidang kesra DPRD Kalsel H Budiman Mustafa.

Kasus HIV/AIDS ini juga mencuat kepermukaan saat seminar kependudukan kerjasama antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalsel dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) setempat.

Dalam seminar tersebut meminta BKKBN meningkatkan perannya terutama menggalakan pemakaian kondom, atau memberikan penyuluhan yang lebih gencar lagi mengenai kesehatan alat produksi (Kespro).

Kepala BKKBN Kalsel, Sunarto mengakui masalah HIV/AIDS telah menjadi perhatian, tetapi porsi program penanggulangan penyakit tersebut relatif agak kecil dibandingkan program lainnya.

  Masalah pemakaian kondom atau KB pria bagian dari upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS, begitu juga mengenai masalah-masalah kesehatan reproduksi yang selalu ditekankan terjangkitnya penyakit kelamin termasuk HIV/ADIS.   

Pewarta:

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2013