Banjarbaru, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mensosialisasikan pendidikan inklusif kepada masyarakat sehingga mengetahui adanya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Ketua Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif Kota Banjarbaru Sartiyuni di Banjarbaru, Selasa mengatakan, peserta sosialisasi adalah Ketua RT dan Ketua RW se-Kecamatan Landasan Ulin.
"Kami mengundang Ketua RT dan Ketua RW menjadi peserta sosialisasi agar mereka mengetahui program pendidikan inklusif dan menyampaikannya kepada masyarakat sekitar," ujarnya.
Menurut Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru itu, tujuan sosialisasi juga menambah wawasan peserta agar mengetahui pendidikan inklusif bagi Anak Berkebutuhan khusus (ABK).
Dijelaskan, Banjarbaru ditetapkan sebagai kota pendidikan inklusif dan hal itu harus diketahui masyarakat sehingga bisa menyekolahkan anak berkebutuhan khusus di sekolah umum.
"Sekolah umum harus menerima ABK yang ingin mengikuti pendidikan tanpa tidak membedakan dengan anak normall. Syaratnya, sekolah memiliki guru khusus menangani mereka," ungkapnya.
Ditekankan Sartiyuni, sekolah inklusif berbeda dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) karena merupakan sekolah umum yang menerima anak berkebutuhan khusus sebagai peserta didik.
Disebutkan, ABK memiliki karakter dan hambatan menerima pelajaran dan mereka memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus sesuai kemampuan dan potensi dirinya.
"Contohnya tunanetra memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille (tulisan timbul) dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat (bahasa tubuh)," ucapnya.
Narasumber kegiatan Husnul Khatimah mengatakan, masyarakat harus mendapatkan informasi yang lengkap tentang layanan pendidikan inklusif yang dijalankan di Kota Banjarbaru.
"Masyarakat bisa terlibat, berperan aktif dan ikut berpartisipasi dalam upaya menciptakan iklim pendidikan kondusif sehingga seluruh anak bisa mendapatkan hak pendidikan," ujarnya.
Dikatakan, masyarakat bisa memberi dukungan melalui kemampuannya dalam perencanaan, pengawasan dan evaluasi program sehingga pendidikan inklusif berjalan baik dan lancar.
"Masyarakat diharapkan jadi motor penggerak kesadaran setiap keluarga untuk lebih peduli dalam mempersiapkan generasi penerus yang lebih baik melalui pendidikan," katanya.