Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan berhasil menekan jumlah balita penderita gizi buruk selama sepuluh tahun terakhir dari 19 kasus dengan 7 kematian di 2008 menjadi 5 kasus tanpa kematian di 2017.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Agus Fidliansyah di Amuntai, Senin mengatakan, sejak 2010 dibentuk Panti Pemulihan Gizi (PPG) atau Theuprapatic Feeding Center (TFC) di Puskesmas Rawat Inap Alabio Kecamatan Sungai Pandan.
"Pemulihan balita gizi buruk dilakukan secara intensif melalui panti ini sehingga status gizi membaik dengan cepat," ujar Agus.
Menurut Agus, keberadaan PPG ini merupakan bantuan DHS-2 Provinsi Kalimantan Selatan yang pada tahun berikutnya penganggaran dilakukan melalui APBD HSU.
Promosi pencegahan status gizi buruk juga dilakukan melalui penyuluhan Keluarga sadar gizi (Kadarzi) di 60 desa setiap tahunnya.
"Melalui kegiatan Kadarzi dilakukan penimbangan balita setiap bulan, penggalakan Air Susu Ibu ekskusif, pemberian makanan bergizi, suplemen dan lainnya," terangnya.
Melalui promosi dan konseling Air Susu Ibu (ASI) ekslusif di setiap Puskesmas di Kabupaten HSU sudah ada tenaga konselor ASI yang dilatih secara bertahap sejak 2011.
Jumlah tenaga konselor sesuai data 2015 sebanyak 82 orang terdiri 3 dokter, 24 tenaga gizi dan 55 bidan. Pada tahun 2016 diterbitkan Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2016 tentang ASI ekalusif sebagai dukungan kebijakan dalam peningkatan pemberian dan perlindungan bayi untuk mendapatkan ASI ekslusif.
"Makanan pendamping ASI berupa biscuit juga selalu diberikan agar balita tidak mengalami kekurangan gizi," pungkasnya.
Menurut dia, kasus balita gizi buruk yang meninggal dunia biasanya disertai penyakit-penyakit kronis seperti anemia, diare berulang, tumor abdomen dan pneumonia.
Kasus gizi buruk yang ditemukan akut disebabkan keluarga yang mempunyai balita tidak rutin melakukan pemantauan pertumbuhan balita ke pos pelayanan terpadu (posyandu) sehingga tidak terdeteksi secara cepat bahwa balita mengalami kekurangan gizi.
"Sejak 2010 kita melakukan operasi timbang balita dua kali dalam setahun disemua desa pada Bulan Maret dan September dengan tujuan penemuan kasus balita gizi buruk, serta kunjungan kerumah-rumah untuk menimbang dan mengukur berat dan tinggi badan balita sehingga bisa menentukan status gizinya," katanya.