Barabai (ANTARA) - Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Kabupaten Hulu Sungai Tengah (SPPG HST) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), menekankan menjaga kualitas menu Makan Bergizi Gratis (MBG) guna mencegah keracunan terhadap siswa penerima manfaat.
"Seluruh kegiatan produksi, hingga distribusi makanan diatur dengan standar operasional prosedur (SOP) yang diawasi langsung oleh tim lapangan hingga tenaga ahli gizi, guna menjamin kualitas masakan MBG," kata Kepala SPPG Banua Jingah HST Rahmi Hidayat di Barabai, Selasa.
Baca juga: Bupati HST tekankan kualitas dalam rakor optimalkan program MBG
Rahmi menerangkan dapur SPPG Banua Jinga yang melayani 3.399 penerima manfaat tersebut berlokasi di Jalan Surapati, Desa Banua Jingah RT 07 RW 03, Perumahan Griya Banua Muhibbin, Kecamatan Barabai.
"Para penerima manfaatnya terdiri dari siswa PAUD, TK, SD, SMP, SMA/MA serta kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di wilayah PKK Ayuang," ujar Rahmi.
Untuk mengantisipasi risiko keracunan, pihaknya menekankan strategi manajemen berbasis sistem keamanan pangan yang berfokus pada lima langkah utama.
Pertama, pengendalian bahan baku, yakni inspeksi ketat terhadap bahan masuk, pemisahan jalur penyimpanan antara gudang kering dan basah serta memastikan seluruh bahan yang digunakan aman dan segar.
Kedua, menjaga kebersihan dan higiene dengan mewajibkan seluruh karyawan mencuci tangan, menggunakan seragam bersih serta melakukan sanitasi area dapur dan peralatan secara rutin.
Baca juga: Dandim 1002/HST luncurkan program MBG di MAN 4
Ketiga, menerapkan sistem pemisahan makanan untuk mencegah kontaminasi silang antara bahan mentah dan matang dengan penggunaan alat dan area berbeda.
Keempat, kontrol suhu kritis, memastikan makanan dimasak hingga suhu minimal 70 derajat celcius dan mempertahankan suhu aman selama penyimpanan.
Kelima, pengawasan ketat, berupa audit mendadak, uji organoleptik sebelum distribusi serta kolaborasi dengan BPOM dan Dinas Kesehatan.
“Sekarang kami juga mewajibkan seluruh vendor dan dapur mitra memiliki sertifikasi higiene sanitasi, di dalamnya termasuk pelatihan karyawan sebagai penjamah makanan yang baik dan benar,” lanjut Rahmi.
Kemudian, Rahmi menambahkan pihaknya melibatkan 50 karyawan dengan pembagian tugas yang jelas satu asisten lapangan, 10 tim persiapan, delapan tim produksi, 12 tim packing, empat tim distribusi, 10 tim pencuci ompreng, dua petugas kebersihan, serta masing-masing satu orang manajer, ahli gizi dan akuntan.
Rahmi juga menambahkan, proses produksi bahan makanan dilakukan dengan sistem yang disiplin dan berurutan.
Baca juga: Dandim 1002/HST beri pengarahan peserta SPPI terkait MBG
“Biasanya barang datang siang, dan kami memastikan semua bahan segar. Tim persiapan mulai bekerja pukul 16.00 Wita sore untuk menyiapkan bahan dan tumisan. Tim produksi mulai jam 01.00 Wita dini hari untuk memasak nasi, lauk dan sayur. Kemudian, tim packing mulai pukul 04.00 Wita pagi untuk menyiapkan makanan yang siap dikirim,” ungkap Rahmi.
Selanjutnya, sistem pendistribusian makanan dilakukan dengan pembagian waktu berdasarkan kelompok penerima manfaat dan dibagi tiga kloter.
“Kloter pertama untuk PAUD, TK dan SD dikirim pukul 08.00 pagi, karena waktu makan anak-anak sekitar jam 10.15 Wita. Kloter kedua untuk SMP dan MTs pukul 10.30 Wita karena mereka makan sekitar jam 12.00 Wita sebelum Zuhur. Sementara kloter ketiga untuk SMA dan MA pukul 12.00 Wita, sebab mereka makan setelah Zuhur sekitar jam 13.00 Wita,” papar Rahmi.
Dengan sistem kerja yang tertata, pengawasan ketat dan penerapan prinsip keamanan pangan yang konsisten, dapur SPPG Banua Jingah berkomitmen menjaga profesionalitas dan kualitas masakan MBG HST agar aman, bergizi dan layak konsumsi bagi seluruh penerima manfaat.
