Balangan, (Antaranews Kalsel) - Warga Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, mulai tenang, karena lalu lalang truk angkutan semen berkapasitas besar mulai berangsur-angsur berkurang di jalan nasional A Yani Bumi Sanggam.
Seperti diketahui, pabrik semen PT Conch South Kalimantan yang beroperasi di Desa Saradang, Kecamatan Haruai, Tabalong, Kalsel ini mulai menurunkan produksinya dari 3.200 ton menjadi 2.500 ton per hari karena kendala pendistribusian.
Disinyalir pengurangan ini imbas dari protes warga Kabupaten Tabalong dan Balangan, baik di daerah maupun di Provinsi Kalimantan Selatan.
Sesuai keterangan Yandri, perwakilan PT Conch, saat ini para distributor mulai menggunakan angkutan mobil yang lebih kecil seperti truk puso untuk menghindari aksi protes warga.
"Soal angkutan semen memang tanggungjawab para distributor dan kami sudah mengingatkan untuk mengangkut sesuai ketentuan," jelas Yandri.
Wakil Ketua DPRD Balangan, M Noor Iswan, menyambut baik kesadaran para pelaku ekspidisi dan perusahaan, agar tidak merugikan masyarakat lainnya demi kelancaran usaha.
Adanya pabrik PT Conch sebut Iswan sapaan akrab politisi PKS ini, sangat bagus untuk iklim investasi di Kalimantan, selain harga yang cukup bersaing pula.
"Namun begitu, jangan sampai berdirinya sebuah perusahaan itu merugikan masyarakat lainnya, baik pihak perusahaan maupun distributor dan pihak ekspedisi atau angkutan, haruslah pula mempertimbangkan serta memperhatikan masyarakat lainnya yang mendapat imbas negatif," ujarnya.
Jangan sampai perusahaan tersebut benar-benar dituntut untuk tutup seperti di wilayah lainnya, karena akan banyak karyawan, sopir angkutan, yang akan kehilangan pendapatan.
"Mari sama-sama kita perhatikan kearifan lokal, warga pun harus bisa pula menahan diri, agar tidak terjadi konflik antara warga yang merasa dirugikan dengan pihak-pihak yang mengambil keuntungan dan mempunyai kepentingan," imbaunya.
Untuk diketahui, dampak dari pengurangan produksi, PT Conch pun memperlambat kecepatan mesin pengolahan semennya.
Padahal perusahaan asal Tiongkok itu, menargetkan bisa produksi hingga 7.000 ton per hari dengan mengoperasikan kedua mesinnya.