Marabahan, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, mengembangkan biogas dari kotoran sapi untuk membantu peternak meningkatkan kesejahteraan hidup dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitarnya.
Kabid Produksi Peternakan Dinas Peternakan Batola Heni Diyah Istiningsih di Marabahan Rabu mengatakan, pengembangan biogas kotoran sapi tersebut antara lain dikembangkan oleh Kelompok Tani Tinombala Desa Danda Jaya.
Menurut dia, pengembangan biogas tersebut, mulai dirintis oleh peternak pada 2012. Saat itu, peternak memanfaatkan tiga unit alat untuk memanfaatkan limbah sapi yang ada di sekitar daerah itu.
Selanjutnya, pemanfaatan limbah korotan sapi untuk biogas terus berkembang, karena terbukti mampu membantu warga mengurangi pengeluaran bahan bakar untuk masak, apalagi adanya kebijakan konvesi minyak gas ke minyak, semakin banyak masyarakat yang tertarik memanfaatkan biogas kotoran sapi tersebut.
Hingga saat ini, sudah ada 33 unit alat biogas yang dikelola oleh kelompok peternak dan rumah tangga yang memelihara ternak sapi. Kini sebanyak 50 kepala keluarga di daerah Dandan Jaya, telah menikmat gas secara gratis.
"Total kepala keluarga di daerah tersebut, sebanyak 900 KK dan baru 50 KK yang memanfaatkan biogas tersebut, selanjutnya akan kita usulkan ke dinas terkait program ini untuk ditambah," katanya.
Peneliti Madya dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Eni Siti Rohaini mengatakan, saat ini pihaknya terus berupaya membantu peternak maupun petani, untuk memanfaatkan teknologi dalam pngembangan pengelolaan pupuk organik, pihaknya juga membantu pemasarannya.
Menurut dia, pemanfaatan teknologi sangat penting dilakukan, untuk meningkatkan produksi serta membantu petani mencari terobosan baru dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
Selain di Batola, BPTP juga membina petani di tujuh kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Tengah. Kabupaten lainya, seperti Hulu Sungai Selatan, Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, dan Tapin juga dikembangkan beberapa potensi pertanian lainnya.
Sebelumnya, Peternak di Kabupaten Barito Kuala, sukses mengembangkan pupuk organik dari limbah kotoran sapi yang mampu meningkatkan produksi padi hingga 20 persen dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia.
Ketua Kelompok Tani Tinombala Desa Dandan Jaya Sodikun mengatakan, selain meningkatkan produksi padi, pupuk organik produksi kelompok peternak di daerahnya juga bisa mempercepat pertumbuhan, seperti untuk penyemaian padi yang seharusnya 20 hari, bisa dilakukan hanya 17 hari.
"Bukan hanya itu, kini produksi pupuk organik dari limbah kotoran sapi tersebut, juga menjadi salah satu usaha baru bagi peternak sebagai pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan," katanya.
Ia menjelaskan sebelumnya limbah ternak tersebut dikeluhkan warga sekitar, karena bau yang tidak sedap dan menyengat, mencemari udara di daerah tersebut.