Dengan mengutip "Kalam Hikmah" ibnu Athaillah Askandari, seorang ahli sofi dunia Islam itu . Ustadz keluaran "Darul Musthafa" Hadramaut Yaman tersebut mengatakan, konsumsi rohani harus yang baik-baik dan benar.
Ibnu Athaillah Askandari ahli Sofi dunia Islam Abad XII - XIII, lahir di Aleksandria, Mesir Tahun 1260 dan meninggal dunia di Kairo Mesir Tahun 1309.
Pasalnya, menurut ustadz bergelar Sarjana Hukum Islam (SHI) itu, kalau konsumsi rohani tidak baik dan benar atau cuma terkadang saja bisa berdampak negatif, baik pada diri sendiri maupun orang lain.
Sebagai contoh, kalau mobil yang biasanya menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa bensin, jika bercampur air kendaraan bermotor itu bisa mogok atau rusak. "Padahal air tersebut misalnya baik, tapi tidak buat bahan bakar mobil," katanya.
Terkait aturan Allah SWT, putra Tuan Guru Haji Haderawi itu, mengatakan bahwa atas segala kepatuhan atau tidaknya akan terpulang kepada hamba Nya.
"Karena Allah SWT telah menyatakan dalam Al Qur'an bahwa Dia (Allah) menciptakan jin dan manusia untuk mengabdi (patuh) kepada Nya," kutip Ustadz Walad.
Sedangkan Allah tidak berhajat atas ketaatan/kepatuhan hamba Nya. *Ketaatan hamba Nya, Allah tidak memetik keuntungan, begitu pula sebaliknya ketidakpatuhan hamba Nya tak membuat Allah rugi," tegas Ustadz Walad.
"Sementara orang tidak mengagungkan atau mematuhi ketentuan Allah bukanlah hamba Nya," lanjut ustadz yang mengisi pengajian rutin di Masjid Al Falah tersebut tiap Subuh Senin (jika tidak berhalangan).
Sebelum mengakhiri tausiyah, Ustadz Walad menyinggung makna Syawal yang arti peningkatan
Oleh karenanya, dia berharap, setelah melaksanakan peribadahan selama Ramadhan pada bulan Syawal ada peningkatan, bukan sebaliknya.
"Kalau tanpa peningkatan, apalagi sampai menurun, berarti peribadahan selama Ramadhan tidak membekas atau kurang membuahkan hasil," demikian Ustadz Walad.