Pembenahan teratai oleh FKH, Minggu, berlokasi di Sungai Tatas, depan rumah kediaman Gubernur Kalsel atau belakang Masjid Raya Sabilal Muhtadin, kata anggota FKH Syahrial Pratama.
Pembenahan tersebut, yaitu menambal sulam serta membuang tanaman yang mati serta membuang sampah plastik serta sampah lainnya. Banyaknya sampah mengganggu tanaman teratai dan kurang indah dilihat.
"Kami yakin dengan ditumbuhi tanaman teratai anak sungai yang membelah wilayah kota akan indah dan teduh," kata anggota yang lain Zany Taluk.
Menurut mereka ketimbang air sungai kecil di kota itu terlihat keruh dan kotor atau ditumbuhi gulma enceng gondok atau keyapu lebih baik ditanami teratai yang bewarna ungu, merah atau putih pasti sungai-sungai ini akan indah.
Penanaman teratai di Sungai Banjarmasin oleh FKH sudah beberapa kali. Sebelumnya di kolam Unlam, Jalan A Yani depan gedung TVRI, serta di Jalan Gatoet Soebroto.
Penanaman tersebut dilakukan di sungai yang tidak dilalui perahu atau jukung karena kalau sungai yang masih berfungsi sebagai alur lalu-lintas ditanami teratai akan mengganggu alur tersebut.
Dipilihnya teratai karena selain indah ternyata tanaman ini juga bermanfaat untuk menjernihkan air sungai, menghilangkan bau amis air sungai, merupakan habitat biota air seperti ikan, selain bisa diolah sayuran dan obat-obatan.
Yang penting teratai juga bisa menyerap polutan (racun udara) serta memproduksi oksigen yang banyak diperlukan oleh makhluk hidup di muka bumi ini.
Melihat kenyataan itu wajar saja teratai dibudidayakan di kota ini dan rencana penanaman adalah sepanjang sungai kiri dan kanan jalan protokol, seperti sungai Jalan A Yani, sungai Jl Gatot Soebroto, sungai Jalan Teluk Dalam, sungai di Unlam, sungai Jalan Brigjen Hasan Basri dan sungai lainnya.
Sebelumnya FKH sudah menanam ribuan pohon trembesi, pinang, rambai, ketapang, pucuk merah, puring, lukut, putat, bintaro, kelapa gading berbagai lokasi untuk mendukung Kota Banjarmasin sebagai kota hijau (green city).