Jakarta (ANTARA) - Kantor Staf Presiden mendorong Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk memangkas atau mempersingkat waktu tunggu pengisian stok minyak goreng di jaringan mini market atau toko swalayan, agar kelangkaan di toko ritel-ritel modern bisa teratasi.
"Waktu tunggu pengisian stok yang saat ini sekitar 2-3 hari tidak sebanding dengan tingginya daya beli masyarakat. Ini yang membuat minyak goreng sulit ditemukan. KSP harap waktu tunggu itu dipersingkat," ujar Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono, dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.
Edy mengatakan KSP juga mendorong Kemendag segera mengambil langkah, bekerja sama dengan produsen minyak goreng agar kelangkaan segera bisa diatasi.
Menurut Edy, jaringan ritel modern sudah mengikuti ketentuan pemerintah dengan menjual minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi (HET). Meskipun di satu sisi terjadi kekosongan stok di banyak toko swalayan, terutama karena masyarakat banyak yang membeli secara berlebihan.
"Kita mengimbau masyarakat untuk membeli minyak sesuai keperluan dan tidak perlu berlebihan karena hanya akan memperburuk situasi," ujar Edy.
Secara nasional, kata dia, rata-rata harga minyak goreng juga telah mengalami penurunan, meskipun masih di level harga yang lebih tinggi daripada HET. Kondisi ini disebabkan ketentuan HET yang terlihat belum efektif di pasar-pasar tradisional.
"Kebijakan tersebut sudah mulai terlihat efektivitas nya, meskipun belum optimal seperti yang diharapkan. KSP terus melakukan monitoring termasuk di dalamnya mengevaluasi efektivitas kebijakan yang diambil," jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menerapkan harga eceran tertinggi minyak goreng di berbagai kemasan di pasar tradisional maupun di ritel modern pada 1 Februari 2022.
Untuk minyak goreng curah ditetapkan HET sebesar Rp11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp14.000 per liter.