Jakarta (ANTARA) - Grup band The Panturas menghadirkan album kedua berjudul "Ombak Banyu Asmara" dengan musik bernuansa rock kontemporer.
Pada album ini The Panturas keluar dari tradisi band surf rock kebanyakan untuk menghasilkan musik yang eksplosif yang menantang dan kaya.
"Kami menyebutnya kelab rock selancar kontemporer yang berbasis pada garage rock dan percampuran unsur punk," ujar Reza "Gogon" Patria, bassis The Panturas dalam siaran resminya pada Jumat.
Album ini dibuka oleh komposisi instrumentalia berjudul "Area Lepas Pantai", The Panturas memberi transisi sempurna dari polosnya debut "Mabuk Laut" menuju sepuluh lagu yang secara aransemen digubah dengan menghadirkan ragam budaya yang ada.
"Kami banyak mendengarkan referensi baru di luar wilayah surf music puritan, semisal Takeshi Terauchi atau Yanti Bersaudara. 'Ombak Banyu Asmara' coba mendobrak kebiasaan yang sudah pernah Panturas lakukan sebelumnya. Kami tidak ingin tertebak," kata Surya "Kuya" Fikri Asshidiq, drummer The Panturas.
The Panturas seperti menciptakan dunia kecil di atas kapalnya. Ketika menceritakan seorang bandit penipu di perantauan dalam lagu "Tipu Daya", mereka melukiskannya lewat corak melodi calypso Karibia yang perkusif dengan harmonisasi koor vokal ala Wilmoth Houdini bergitar fusion Turki dan rock selancar Jepang.
Kemudian muncul kisah tragis tentang "Jim Labrador" seorang preman fiktif yang DNA karakter penokohannya dicomot dari Hercules, Anwar Congo, dan Sugali.
Ada juga "Balada Semburan Naga" yang mengawinkan unsur oriental Mandarin dengan gambang kromong di mana Adipati, vokalis band hc/punk The Kuda diundang sebagai tamu duel bagi vokalis Abyan "Acin" Zaki Nabilio dan sukses mengimpersonifikasi selera humor cablak Benyamin S.
Jurus duet selanjutnya hadir pada nomor pamungkas berjudul "Masalembo", menggamit Nesia Ardi dari NonaRia yang bernyanyi genit bak June Carter menaklukkan karnival broadway.
Unsur Sunda terdapat di lagu "Menuju Palung Terdalam" dan keroncong gipsi dalam "Tafsir Mistik", serta beberapa tembang instrumental lain pada "Intana"
Semua eksplorasi tersebut lantas dilengkapi sebuah lagu pop bergaya sengau yang nantinya akan dibuatkan film pendek, berjudul "All I Want". Album ini diproduseri oleh Lafa Pratomo