Jakarta (ANTARA) - Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan membaiknya proyeksi perekonomian global dan kemajuan dalam vaksinasi COVID-19 telah mendorong imbal hasil (yield) obligasi di kawasan Asia Timur.
"Pasar obligasi terus tumbuh di kawasan Asia Timur yang berkembang, sehingga kawasan ini mampu memobilisasi pendanaan bagi pemulihan yang berkelanjutan dari pandemi," kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada dalam pernyataan di Jakarta, Jumat.
Sawada, mengutip laporan terbaru Asia Bond Monitor, menambahkan pasar obligasi dalam mata uang lokal di kawasan ini tumbuh hingga mencapai 20,1 triliun dolar AS sampai dengan akhir 2020.
Selain itu, tambah dia, sejumlah pembenahan yang dilakukan otoritas terkait untuk mengatasi pandemi telah membuat sentimen investor dan kondisi keuangan juga makin membaik.
"Gerakan vaksinasi yang berhasil, kebijakan moneter yang akomodatif, serta pelonggaran pembatasan telah mendorong kegiatan ekonomi dan mempercepat laju pemulihan," katanya.
Laporan terbaru Asia Bond Monitor mencakup negara Asia Timur seperti Republik Rakyat China (RRC), Hong Kong, Korea Selatan, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Laporan ini mencatat bahwa peluncuran vaksin yang sudah dimulai di sebagian besar negara di kawasan ini, telah meningkatkan keyakinan pasar terhadap kinerja perekonomian.
Namun, pada saat bersamaan, ketidakpastian situasi pandemi, terutama terkait varian baru dan kemungkinan kembali melonjaknya jumlah kasus, terus membebani proyeksi perkembangan ke depan.
Laporan tersebut juga mencatat sejumlah risiko seperti akses vaksin yang belum merata dan potensi penyesuaian harga aset akibat naiknya taraf suku bunga jangka panjang.
Imbal hasil obligasi pemerintah di sebagian besar perekonomian maju dan pasar Asia Timur yang berkembang tercatat mengalami kenaikan antara 31 Desember 2020 dan 15 Februari 2021.
Sementara itu, sentimen yang lebih baik telah mendongkrak sebagian besar pasar saham dan mata uang regional. Aliran modal ke bursa saham dan obligasi di kawasan ini juga pulih pada triwulan IV-2020.
Pasar obligasi dalam mata uang lokal di kawasan Asia Timur yang mencapai 20,1 triliun dolar AS pada akhir Desember 2020, lebih tinggi 3,1 persen dari triwulan sebelumnya dan lebih tinggi 18,1 persen dari tahun sebelumnya.
Besarnya nilai pasar obligasi tumbuh hingga mencapai setara 97,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) kawasan ini pada akhir triwulan IV-2020. Penerbitan obligasi dalam mata uang lokal mencapai nilai 2 triliun dolar AS.
Obligasi pemerintah mendominasi porsi obligasi di kawasan ini dengan nilai 12,4 triliun dolar AS sampai dengan akhir Desember, sedangkan obligasi perusahaan mencapai nilai 7,7 triliun dolar AS.
RRC masih menjadi pemegang pasar obligasi terbesar di wilayah ini, dengan porsi mencapai 77,4 persen dari seluruh obligasi di seluruh negara-negara Asia Timur.
Di Indonesia, pasar obligasi dalam mata uang lokal tumbuh 10 persen dari triwulan sebelumnya atau merupakan tingkat pertumbuhan tercepat hingga mencapai 321,5 miliar dolar AS sampai akhir Desember 2020.
Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh naiknya kebutuhan pembiayaan pemerintah demi mendukung langkah stimulus dan upaya pemulihan di tengah wabah COVID-19.
Keseluruhan jumlah obligasi pemerintah Indonesia tumbuh 11,6 persen dari triwulan sebelumnya hingga mencapai 291,2 miliar dolar AS sampai dengan akhir Desember. Secara tahunan, obligasi pemerintah tumbuh 33,6 persen.
Namun, obligasi perusahaan turun 3,4 persen secara triwulanan sampai dengan akhir Desember 2020 akibat penurunan penerbitan dan kenaikan jumlah obligasi yang jatuh tempo.
Edisi terbaru Asia Bond Monitor menampilkan analisis yang menjabarkan perbedaan antara pasar obligasi perusahaan di Asia Timur dan Amerika Latin serta kaitannya dengan ketahanan keuangan.
Laporan tersebut juga memasukkan tiga bagian khusus, yaitu obligasi lingkungan, sosial, dan tata kelola di pasar ASEAN+3, perkembangan terbaru di bidang obligasi sosial, dan hasil dari survei likuiditas pasar obligasi tahunan AsianBondsOnline 2020.