Banjarmasin (ANTARA) - Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang kini berjumlah lebih empat juta jiwa dan tersebar pada 13 kabupaten/kota beberapa tahun belakangan "demam" tanaman hidroponik.
"Guna mengkalibrasi atau mengakomodasi mereka yang lagi demam tanaman hidroponik tersebut, kami membetuk wadah/organisasi," ujar Wakil Ketua Asosiasi Petani Hidroponik Organik Tanaman Pangan dan Hortikultura (Aphothik) Kalsel Hero Wongso Negara di Banjarbaru, Senin.
"Alhamdulillah ada perhatian dari berbagai pihak dalam upaya pembinaan dan pengembangan petani hidroponik organik tanaman pangan dan hortikultura di Banua kita," ujar laki-laki yang tinggal di Komplek Pondok Idaman Banjarbaru (sekitar 29 kilometer dari Banjarmasin) tersebut.
Sebagai contoh, belum lama ini (25/10) melalui fasilitasi dari Pertamina, anggota Aphothik Kalsel mendapatkan perhatian mencegah gangguan hama dan penyakit tanaman seperti ulat, belalang serta walang sangit (belahu).
Selain itu, upaya menjaga dan meningkatkan produksi agar jangan terjadi kelangkaan. "Karena kebanyakan masyarakat sekarang cenderung terhadap hasil tanaman organik atau tanpa pestisida," tuturnya.
"Mengingat dalam keadaan pandemi COVID-19, sehingga peserta pelatihan terbatas hanya 30 orang di antaranya dari Kabupaten Tapin, Kotabaru dan Kabupaten Tanah Laut (Tala), serta Banjarbaru sendiri," lanjutnya.
Mengenai harga dan pemasaran, dia menyatakan, hal itu relatif tidak ada masalah karena penggemar/penyuka hasil tanaman organik belakangan ini tampaknya terus bertambah.
Selain itu, beberapa tempat perbelanjaan modern antara lain Hypermart siap menampung atau bekerjasama menjualkan hasil tanaman organik seperti sayur-mayur, demikian Wongso.
"Demam" tanaman organik hidroponik
Senin, 26 Oktober 2020 5:55 WIB