Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono, menyampaikan ekspor dan harga Sawit membaik, ini dilihat jika dibandingkan dengan bulan Mei 2020, produksi CPO pada bulan Juni adalah 4.096 ribu ton atau naik 13,5 persen.
Ia mengatakan, konsumsi dalam negeri turun 3,5 persen menjadi 1.331 ribu ton, ekspor naik signifikan 13,9 persen menjadi 2.767 ribu ton, dan harga CPO masih menunjukkan kenaikan dari rata-rata USD 526 pada bulan Mei menjadi USD 602 per ton-Cif Rotterdam pada bulan Juni.
"Nilai ekspor juga naik dari USD 1,474 milyar menjadi USD 1,624 milyar," katanya, dalam konferensi pers GAPKI tentang kinerja industri Sawit Indonesia semester I tahun 2020 secara virtual.
Dijelaskan dia, apabila dibandingkan Januari-Juni 2019, produksi CPO dan PKO Januari-Juni 2020 sebesar 23.504 ribu ton adalah 9,2 persen lebih rendah.
Baca juga: Gapki optimis sawit bertahan di tengah pandemi COVID-19
Sementara, konsumsi dalam negeri sebesar 8.665 ribu ton atau 2,9 persen lebih tinggi, volume ekspor adalah 15.503 ribu ton atau 11,7 persen lebih rendah dan nilai ekspornya 6,4 persen lebih tinggi menjadi senilai USD 10.061 juta.
Produksi bulan Juni yang lebih tinggi dari bulan Mei 2020. diduga selain karena carry over produksi bulan Mei yang terkendala karena lebaran, juga sebagian provinsi telah masuk ke periode trend produksi naik.
"Konsumsi dalam negeri bulan Juni yang masih lebih rendah dibandingkan dengan bulan Mei, diduga masih disebabkan oleh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," katanya.
Adapun konsumsi untuk pangan turun 3,9 persen menjadi 638 ribu ton, persentase penurunan konsumsi pangan lebih rendah dari rata-rata penurunan 3 bulan sebelumnya sebesar 5,4 persen.
Konsumsi Biodiesel pada Juni turun sebesar 5,4 persen dari bulan Mei menjadi 551 ribu ton. Dibandingan dengan Januari-Juni 2019, konsumsi biodiesel 2020 adalah 25 persen lebih tinggi dikarenakan implementasi program B30.
Begitupun, konsumsi dalam negeri bulan Juni untuk oleokimia masih naik dengan 6,8 persen apabila dibandingkan bulan Mei, meskipun dengan laju yang lebih rendah.
"Kenaikan ekspor cukup tinggi pada bulan Juni, setelah turun pada bulan sebelumnya. Kenaikan terjadi pada CPO 31 persen, refined palm oil 10,2 persen, minyak laurik enam persen dan juga adanya ekspor biodiesel," katanya.
Baca juga: Mukti Sardjono : Sawit Indonesia menyongsong awal tahun yang lebih menjanjikan
Menurut dia, kenaikan terbesar untuk ekspor dengan tujuan India sebesar 52 persen menjadi 583 ribu ton, Afrika 43,3 persen menjadi 271 ribu ton, China 33 persen menjadi 440 ribu ton.
Selanjutnya, Pakistan dengan 32 persen menjadi 203 ribu ton. Kenaikan ekspor CPO ke India mencapai 206 ribu ton dari total kenaikan sebesar 200 ribu ton, namun terjadi penurunan pada ekspor produk lain terutama refined palm oil.
Kegiatan ekonomi China, India dan banyak negara lain mulai pulih sehingga permintaan akan minyak nabati untuk kebutuhan domestiknya mulai naik. Kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih.
"Sehingga ke depan permintaan minyak sawit untuk pangan diperkirakan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel. Kenaikan permintaan dan membaiknya harga minyak bumi diperkirakan akan menyebabkan harga minyak nabati naik," katanya.