Bank Indonesia wilayah Kalimantan Selatan merangkul para ulama untuk membantu mengampanyekan belanja bijak selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri 1440 untuk menekan laju inflasi di daerah.
Kepala Perwakilan BI Kalsel Herawanto pada pertemuan dengan sejumlah ulama dan organisasi keislaman Kalimantan Selatan di Banjarmasin Senin mengatakan, peran ulama dan pondok pesantren sangat strategis untuk mengajak masyarakat agar lebih bijaksana dalam berbelanja.
Upaya tersebut, tambah dia, sebagai langkah Bank Indonesia dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalsel, untuk menekan harga kebutuhan pokok di daerah.
Menurut Herawanto, semakin tinggi konsumsi masyarakat, akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok yang pada akhirnya akan meningkatkan inflasi.
Melalui kampanye belanja bijak, tambah dia, diharapkan akan menumbuhkan kesadaran, bahwa masyarakat tidak perlu berbelanja secara berlebihan, tetapi belanja sesuai dengan keperluan atau kebutuhan saja.
Sehingga, tambah dia, sangat penting bagi seluruh TPID se-Kalimantan Selatan mengimbau seluruh lapisan masyarakat agar berperan dalam pengendalian inflasi melalui bijak belanja.
"Imbauan dapat dilakukan melalui kalangan ulama yang dalam bulan Ramadhan ini banyak melakukan interaksi langsung dengan masyarakat," katanya.
Selain mengimbau untuk belanja bijak, tambah dia, BI juga mendorong agar masyarakat bersedia untuk membeli daging beku, untuk menekan kenaikan permintaan daging segar.
Menurut Herawanto, daging beku sama baiknya dengan daging segar, baik itu kualitas daging maupun gizinya.
Menurut dia, selama ini, daging segar menjadi salah satu komponen pangan yang menyebabkan terjadinya inflasi, terutama menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri.
"Bila masyarakat bersedia membeli daging beku, maka inflasi karena komoditas daging dapat terkontrol," katanya.
Selain itu, tambah dia, BI juga mendorong agar pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait, mengembangkan program Rumah Pangan Lestari (RPL) melalui pemanfaatan lahan milik instansi dan pendiversifikasian komoditas.
Program tersebut perlu dijalankan untuk meningkatkan produksi pangan, terutama untuk beberapa komoditas penyebab inflasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kepala Perwakilan BI Kalsel Herawanto pada pertemuan dengan sejumlah ulama dan organisasi keislaman Kalimantan Selatan di Banjarmasin Senin mengatakan, peran ulama dan pondok pesantren sangat strategis untuk mengajak masyarakat agar lebih bijaksana dalam berbelanja.
Upaya tersebut, tambah dia, sebagai langkah Bank Indonesia dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalsel, untuk menekan harga kebutuhan pokok di daerah.
Menurut Herawanto, semakin tinggi konsumsi masyarakat, akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok yang pada akhirnya akan meningkatkan inflasi.
Melalui kampanye belanja bijak, tambah dia, diharapkan akan menumbuhkan kesadaran, bahwa masyarakat tidak perlu berbelanja secara berlebihan, tetapi belanja sesuai dengan keperluan atau kebutuhan saja.
Sehingga, tambah dia, sangat penting bagi seluruh TPID se-Kalimantan Selatan mengimbau seluruh lapisan masyarakat agar berperan dalam pengendalian inflasi melalui bijak belanja.
"Imbauan dapat dilakukan melalui kalangan ulama yang dalam bulan Ramadhan ini banyak melakukan interaksi langsung dengan masyarakat," katanya.
Selain mengimbau untuk belanja bijak, tambah dia, BI juga mendorong agar masyarakat bersedia untuk membeli daging beku, untuk menekan kenaikan permintaan daging segar.
Menurut Herawanto, daging beku sama baiknya dengan daging segar, baik itu kualitas daging maupun gizinya.
Menurut dia, selama ini, daging segar menjadi salah satu komponen pangan yang menyebabkan terjadinya inflasi, terutama menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri.
"Bila masyarakat bersedia membeli daging beku, maka inflasi karena komoditas daging dapat terkontrol," katanya.
Selain itu, tambah dia, BI juga mendorong agar pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait, mengembangkan program Rumah Pangan Lestari (RPL) melalui pemanfaatan lahan milik instansi dan pendiversifikasian komoditas.
Program tersebut perlu dijalankan untuk meningkatkan produksi pangan, terutama untuk beberapa komoditas penyebab inflasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019