Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan drg Rosehan Adhani mengatakan, pihaknya akan meningkatkan anggaran kampanye kesehatan sebagai upaya pencegahan dan promosi kesehatan secara bertahap sehingga pada 2014 anggaran tersebut mencapai 50 persen.

Selama ini, kata Rosehan di Amuntai, Kamis, anggaran pencegahan dan kampanye atau promisi tentang menjalani hidup sehat sangat minim, yaitu hanya 20 persen dari seluruh anggaran kesehatan pada APBD Kalimantan Selatan, sedang untuk upaya pengobatan atau kuratif mencapai 80 persen.

"Padahal presentase penduduk yang sakit biasanya hanya sekitar 15 hingga 20 persen, sedang jumlah penduduk yang tidak sakit jauh lebih besar mencapai 80 persen," kata Rosihan saat menghadiri rapat kerja kesehatan kabupaten (Rakerkescab) di Amuntai.

Maka upaya menjaga kesehatan, lanjut Rosehan, jangan hanya terfokus pada 20 persen penduduk yang sakit ini, sehingga melupakan 80 persen yang sehat.

Karena itu, kata dia, saat ini dikenal dengan istilah "paradigma sehat" yang menjadi acuan kinerja jajaran kesehatan kedepannya dengan titik berat pendekatan preventif dan promotif.

Karena itu tambah Rosehan, anggaran sektor kesehatan seharusnya lebih dominan untuk upaya preventif dan promotif ini, sedang upaya pencegahan akan diserahkan kepada rumah sakit yang diharapkan menjadi badan layanan umum daerah (BLUD) yang anggarannya terpisah dari APBD.

"Sehingga anggaran sektor kesehatan sepenuhnya bisa dikonsentrasikan untuk upaya-upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan," katanya.

Lebih lanjut, kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel ini, bahwa yang terpenting dalam upaya pembangunan bidang kesehatan adalah menumbuhkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, sesuai dengan visi dan misi kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan Masyarakat Kalsel sehat, mandiri dan berkeadilan.

Apalagi, tambah Rosehan, setiap tahun kasus penyakit menular dan tidak menular cenderung mengalami peningkatan,

"Jika kita hanya terfokus untuk menangani pengobatan penyakit, namun melupakan aspek sosialisasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat maka upaya pembangunan bidang kesehatan ini tidak akan mencapai kemajuan seperti yang diharapkan," katanya.

Kebiasaan buang air besar (BAB) di sungai, katanya, merupakan contoh nyata prilaku dan kebiasaan masyarakat yang harus bertahap untuk dihilangkan, demikian pula prilaku merokok yang berdampak bagi kesehatan harus dikurangi melalui upaya-upaya promotif.

"Saat ini masyarakat Kalsel yang merokok sudah mencapai 30 persen dan kebanyakan perokok ini melakukan aktivitasnya didalam rumah sehingga isteri, anak dan keluarga mereka turut terpapar asap rokok berikut dampaknya," kata Rosehan.

Selain itu meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes dan lainnya muncul akibat prilaku dan gaya hidup yang harus terus disadarkan oleh jajaran kesehatan karena penyakit-penyakit ini sudah menjadi ancaman nomor satu di Indonesia.

Demikian pula aspek kesehatan lingkungan dan sanitasi berperan besar menyumbang penyakit menular seperti diare, malaria dan lainnya sehingga pada 2013 nanti Dinkes Kalsel akan melaksanakan program seribu jamban yang akan dibagian kepada masyarakat di empat kabupaten, yakni HSS, HSU, Kabupaten Banjar dan Barito Kuala.

"Bagi masyarakat yang masih belum memiliki akses saluran air bersih melalui program ini juga sekaligus akan dibangunkan saluran air bersih," katanya.

Kadinkes HSU drg H Isnur Hatta mengharapkan jajaran kesehatan untuk fokus menangani setidaknya dua masalah terkait peningkatan kesehatan lingkunganyakni mengubah prilaku BAB di sungai dan peningkatan kualitas air bersih,

"Jika dua hal ini saja bisa kita perbaiki maka akan banyak jenis penyakit yang bisa kita hindar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat," katanya.

Pewarta:

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012