Angka kematian Neonatus di Kabupaten Kotabaru periode 2018 sebesar 12,87 per 1000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi sebesar 15,21 per 1000 kelahiran hidup.
"Penyebab kematian neonatal tertinggi adalah asfiksia sebesar 17,95 persen dan kelainan kongenital sebesar 15,38 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotabaru H Aklhmad Rivai di Kotabaru, Selasa.
Rivai menjelaskan, untuk mengurangi angka kematian bayi tersebut, Dinas Kesehatan Kotabaru melakukan berbagai upaya, diantanya menggelar workshop penanganan bayi Asfiksia dan pemanfaatan buku Kesahatan Ibu dan Anak (KIA) bagi bidan di Kotabaru.
Dikatakan, Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara sepontan dan teratur, hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna, tambah Rivai dalam siaran persnya.
Peserta Workshop dihadiri sebanyak 56 bidan dari 28 Puskesmas se Kabupaten Kotabaru dengan narasumber dr. Muhammad Azharry Rully, Sp.A dari RSUD Kotabaru, dengan tujuan memberikan pencerahan dan pembekalan kepada Bidan dalam penanganan bayi asfiksia sehingga dapat dihindari kematian bayi baru lahir.
Dia mengungkapkan, berdasarkan data Kabupaten Kotabaru tahun 2018, bahwa Angka Kematian Neonatus sebesar 12,87 per 1000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Bayi sebesar 15,21 per 1000 Kelahiran Hidup, dimana penyebab kematian neonatal tertinggi adalah asfiksia sebesar 17,95% dan kelainan kongenital sebesar 15,38%.
Beberapa faktor penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir diantaranya adalah faktor ibu seperti pendarahan abnormal, demam selama persalinan insfeksi berat (malaria, TBC, HIV).
Kehamilan lewat waktu atau sesudah 42 minggu kehamilan; faktor tali pusat seperti lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat; faktor bayi seperti bayi prematur atau sebelum 37 minggu kehamilan, persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu), kelainan bawaan, air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
Gejala dan tanda-tanda asfiksia diantaranya tidak bernapas atau bernapas megap-megap, warna kulit kebiruan, kejang, dan penurunan kesadaran. Untuk itu, bayi yang dilahirkan dengan kondisi asfiksia sangat penting untuk mendapatkan bantuan pernapasan. Ini bisa mencegah masalah otak yang bisa terjadi pada bayi karena tidak mendapatkan oksigen yang cukup.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"Penyebab kematian neonatal tertinggi adalah asfiksia sebesar 17,95 persen dan kelainan kongenital sebesar 15,38 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotabaru H Aklhmad Rivai di Kotabaru, Selasa.
Rivai menjelaskan, untuk mengurangi angka kematian bayi tersebut, Dinas Kesehatan Kotabaru melakukan berbagai upaya, diantanya menggelar workshop penanganan bayi Asfiksia dan pemanfaatan buku Kesahatan Ibu dan Anak (KIA) bagi bidan di Kotabaru.
Dikatakan, Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara sepontan dan teratur, hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna, tambah Rivai dalam siaran persnya.
Peserta Workshop dihadiri sebanyak 56 bidan dari 28 Puskesmas se Kabupaten Kotabaru dengan narasumber dr. Muhammad Azharry Rully, Sp.A dari RSUD Kotabaru, dengan tujuan memberikan pencerahan dan pembekalan kepada Bidan dalam penanganan bayi asfiksia sehingga dapat dihindari kematian bayi baru lahir.
Dia mengungkapkan, berdasarkan data Kabupaten Kotabaru tahun 2018, bahwa Angka Kematian Neonatus sebesar 12,87 per 1000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Bayi sebesar 15,21 per 1000 Kelahiran Hidup, dimana penyebab kematian neonatal tertinggi adalah asfiksia sebesar 17,95% dan kelainan kongenital sebesar 15,38%.
Beberapa faktor penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir diantaranya adalah faktor ibu seperti pendarahan abnormal, demam selama persalinan insfeksi berat (malaria, TBC, HIV).
Kehamilan lewat waktu atau sesudah 42 minggu kehamilan; faktor tali pusat seperti lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat; faktor bayi seperti bayi prematur atau sebelum 37 minggu kehamilan, persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu), kelainan bawaan, air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
Gejala dan tanda-tanda asfiksia diantaranya tidak bernapas atau bernapas megap-megap, warna kulit kebiruan, kejang, dan penurunan kesadaran. Untuk itu, bayi yang dilahirkan dengan kondisi asfiksia sangat penting untuk mendapatkan bantuan pernapasan. Ini bisa mencegah masalah otak yang bisa terjadi pada bayi karena tidak mendapatkan oksigen yang cukup.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019