Sejumlah petani di Kotabaru, Kalimantan Selatan, sejak beberapa tahun lalu mengganti tanaman lada yang hasil panennya tidak menentu dengan tanaman karet dan kelapa sawit.

"Di desa kami tidak ada lagi kebun lada. Semuanya sudah diganti dengan tanaman getah (karet), kelapa sawit dan sebagian sayur-mayur," kata Habibah, mantan Kelapa Desa Pembelacanan, Kelumpang Selatan, di Kotabaru, Jumat..

Senada dengan Habibah, mantan petani lada asal Langadai, Kelumpang Hilir, H Rusman menambahkn, ratusan hektare kebun ladanya di Langadai kini sudah diganti dengan tanaman karet dan sayur mayur.

"Petani selalu merugi karena hasil panen lada tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini, dimana harga barang-barang yang terus naik," kata dia.

Rusman mengungkapkan, pada era tahun 80-an tanaman lada menjadi tanaman utama bagi petani tradisional di Kecamatan Kelumpang Selatan, Kelumpang Hilir dan beberapa kecamatan lain di Kotabaru, karena hasilnya cukup menjanjikan.

Bahkan, sempat tersebar image di masyarakat, orang tidak akan bisa berangkat ibadah haji, jika tidak menanam lada, karena biaya berangkat haji cukup besar.

Saat itu, harga lada cukup menjanjikan, demikian Rusman yang kini kini bekerja sebagai pengirim barang sembilan bahan pokok dari Kotabaru ke Langadai dan sekitarnya.

Dia mengakui kalau biaya naik haji keluarganya ketika itu diperoleh dari hasil bertanam lada di atas kebun warisan orang tuanya di Langadai.

"Itu dulu, sedang berkebun lada belakangan ini tidak lagi menguntungkan, meskipun harga lada telah mencapai Rp55 ribu per kg," ucapnya.

Sehubungan dengan itu, Rusman mengaku terpaksa beralih dengan menanam karet dan sayur-mayur, terlebih setelah masuk tanaman karet dengan menggunakan bibit unggul, hasil getahnya berlipat ganda dibandinkan dengan  karet biasa.

Karenanya, tidak sedikit masyarakat di Langadai yang kini semakin bergairah menanam karet dan kelapa sawit untuk mengganti kubun yang biji buahnya pedas itu. (B/C)

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011