Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin H Muhammad Hilmi mengatakan, pihaknya memerlukan petugas yang memiliki keahlian penjinak binatang berbahaya atau pawang.
Menurut dia di Banjarmasin, Kamis, petugas penjinak binatang berbahaya yang skala profisional belum dimiliki pihaknya saat ini.
"Hanya keberanian petugas kita saja misalnya ada menangani binatang jenis ular atau tawon di lingkungan masyarakat," paparnya.
Misalnya, kata Hilmi, tidak lama tadi adanya laporan masyarakat di SDN Kelayan Barat 3 Banjarmasin adanya sarang tawon di pohon lingkungan sekolah, khawatirnya akan membahayakan siswa.
"Petugas kita langsung ke lapangan, dengan hanya peralatan seadanya, kita lakukan pengusiran kumpulan tawon tersebut," paparnya.
Hilmi mengakui, untuk penanganan tawon madu yang cukup berbahaya karena bisa menyengat tersebut, pihaknya belum memiliki pakaian khusus dan peralatan pembasminya.
"Termasuk juga petugas kita bukan ahlinya menangani ini, hanya dengan modal keberanian saja melakukannya, syukurnya bisa, bagaimana kalau ada jenis tawon yang lebih ganas, tentu harus yang profisional," ucapnya.
Karena daerah Banjarmasin masuk daerah rawa, ujar Hilmi, banyak juga jenis hewan ular, khususnya jenis kobra.
"Ini perlu juga pawang ahlinya, perlengkapan alat penangkapnya, jadi akan datang akan kita penuhi ini," bebernya.
Di Banjarmasin, kata dia, karena sebagai kota sungai, tidak menuntut kemungkinan adanya binatang jenis buaya, perlu disiapkan juga pawangnya.
"Kita hanya memiliki 15 petugas tim reaksi cepat, tentu ini perlu pengembangan lagi kedepan," ujarnya.
Untungnya, kata Hilmi, Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi, memiliki tenaga relawan yang tergabung di Badan Pemadam Kebakaran (BPK) yang jumlahnya mencapai 450 BPK.
"Dan rata-rata anggota BPK di daerah kita ini sangat tinggi sosialnya, ada kejadian bencana atau lainnya, cepat mereka beraksi menolong, ini sangat membantu kita," ujarnya.
Hilmi mengungkapkan, pihaknya terus berupaya untuk melakukan pembinaan terhadap anggota BPK dan rescue di daerah ini, meskipun anggaran tahun ini cukup minim, yakni, Rp1,5 miliar.
"Untuk armada rescue yang kita miliki, di darat hanya satu unit mobil dan dua motor trail, di sungai satu unit speed boat dan perahu lipat, ini yang bisa kita maksimalkan," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Menurut dia di Banjarmasin, Kamis, petugas penjinak binatang berbahaya yang skala profisional belum dimiliki pihaknya saat ini.
"Hanya keberanian petugas kita saja misalnya ada menangani binatang jenis ular atau tawon di lingkungan masyarakat," paparnya.
Misalnya, kata Hilmi, tidak lama tadi adanya laporan masyarakat di SDN Kelayan Barat 3 Banjarmasin adanya sarang tawon di pohon lingkungan sekolah, khawatirnya akan membahayakan siswa.
"Petugas kita langsung ke lapangan, dengan hanya peralatan seadanya, kita lakukan pengusiran kumpulan tawon tersebut," paparnya.
Hilmi mengakui, untuk penanganan tawon madu yang cukup berbahaya karena bisa menyengat tersebut, pihaknya belum memiliki pakaian khusus dan peralatan pembasminya.
"Termasuk juga petugas kita bukan ahlinya menangani ini, hanya dengan modal keberanian saja melakukannya, syukurnya bisa, bagaimana kalau ada jenis tawon yang lebih ganas, tentu harus yang profisional," ucapnya.
Karena daerah Banjarmasin masuk daerah rawa, ujar Hilmi, banyak juga jenis hewan ular, khususnya jenis kobra.
"Ini perlu juga pawang ahlinya, perlengkapan alat penangkapnya, jadi akan datang akan kita penuhi ini," bebernya.
Di Banjarmasin, kata dia, karena sebagai kota sungai, tidak menuntut kemungkinan adanya binatang jenis buaya, perlu disiapkan juga pawangnya.
"Kita hanya memiliki 15 petugas tim reaksi cepat, tentu ini perlu pengembangan lagi kedepan," ujarnya.
Untungnya, kata Hilmi, Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi, memiliki tenaga relawan yang tergabung di Badan Pemadam Kebakaran (BPK) yang jumlahnya mencapai 450 BPK.
"Dan rata-rata anggota BPK di daerah kita ini sangat tinggi sosialnya, ada kejadian bencana atau lainnya, cepat mereka beraksi menolong, ini sangat membantu kita," ujarnya.
Hilmi mengungkapkan, pihaknya terus berupaya untuk melakukan pembinaan terhadap anggota BPK dan rescue di daerah ini, meskipun anggaran tahun ini cukup minim, yakni, Rp1,5 miliar.
"Untuk armada rescue yang kita miliki, di darat hanya satu unit mobil dan dua motor trail, di sungai satu unit speed boat dan perahu lipat, ini yang bisa kita maksimalkan," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019