Kepala Dinas Koperasi, UMK dan Ketenaga Kerjaan Kota Banjarmasin Priyo Eko menyebutkan, ada sekitar 25 unit koperasi yang bergotong royong untuk mendanai dibangunnya restoran terapung di Sungai Martapura.
Pasalnya, kata dia, saat berada di Balaikota, Rabu, untuk pembangunan restoran terapung itu memerlukan dana yang sangat besar.
"Beli tongkangnya saja sudah ratusan juta itu," ujarnya.
Menurut dia, pengadaan tongkang yang besarnya 15x45 meter untuk tempat restoran terapung itu murni dari dana iuran gotong royong koperasi, harganya sekitar Rp360 juta.
"Itu pun dinilai harga besi rongsokan, sebab beratnya lebih 100 ton," paparnya.
Memang, kata Priyo, pembuatan restoran terapung ini sangatlah mahal, bahkan saat pihaknya stadi banding ke Kota Palembang, itu yang investasi sebanyak lima pengusaha besar.
"Sebab mereka sampai patungan dana satu orangnya untuk buat restoran terapung itu sekitar Rp3 miliar," tutur Priyo.
Di Banjarmasin ini, ujar dia, tidak akan seperti itu pastinya, karena tidak memungkinkan para koperasi mengeluarkan dana sebesar tersebut, karenanya akan dibuat seefektif mungkin dengan dana tersedia.
"Saya tidak tahu berapa besaran para koperasi itu memiliki dana saat ini, tapi kita yakin mereka akan berhasil membangunnya," tutur Priyo.
Sebab, kata dia, target yang ditetapkan adanya restoran terapung ini rampung pas dirayakannya hari jadi Kota Banjarmasin yang ke-493 pada 24 September 2019.
"Pak wali kota ingin makan siang di sana nantinya usai upacara harjad itu," paparnya.
Priyo menyatakan, pemerintah kota akan memudahkan perizinan pembangunan restoran terapung ini.
"Tapi tetap mempertahankan masalah kelestarian lingkungan dan pengelolaan limbahnya," tutur Priyo.
Karena adanya restoran terapung ini penting bagi Kota Banjarmasin, yakni, untuk mendukung kota ini yang ikon wisatanya adalah sungai Martapura.
"Jangan hanya dilihat kapal saja, tapi ada kemajuan dilengkapi wisata kuliner restoran terapung, ini sudah direncanakan lama," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Pasalnya, kata dia, saat berada di Balaikota, Rabu, untuk pembangunan restoran terapung itu memerlukan dana yang sangat besar.
"Beli tongkangnya saja sudah ratusan juta itu," ujarnya.
Menurut dia, pengadaan tongkang yang besarnya 15x45 meter untuk tempat restoran terapung itu murni dari dana iuran gotong royong koperasi, harganya sekitar Rp360 juta.
"Itu pun dinilai harga besi rongsokan, sebab beratnya lebih 100 ton," paparnya.
Memang, kata Priyo, pembuatan restoran terapung ini sangatlah mahal, bahkan saat pihaknya stadi banding ke Kota Palembang, itu yang investasi sebanyak lima pengusaha besar.
"Sebab mereka sampai patungan dana satu orangnya untuk buat restoran terapung itu sekitar Rp3 miliar," tutur Priyo.
Di Banjarmasin ini, ujar dia, tidak akan seperti itu pastinya, karena tidak memungkinkan para koperasi mengeluarkan dana sebesar tersebut, karenanya akan dibuat seefektif mungkin dengan dana tersedia.
"Saya tidak tahu berapa besaran para koperasi itu memiliki dana saat ini, tapi kita yakin mereka akan berhasil membangunnya," tutur Priyo.
Sebab, kata dia, target yang ditetapkan adanya restoran terapung ini rampung pas dirayakannya hari jadi Kota Banjarmasin yang ke-493 pada 24 September 2019.
"Pak wali kota ingin makan siang di sana nantinya usai upacara harjad itu," paparnya.
Priyo menyatakan, pemerintah kota akan memudahkan perizinan pembangunan restoran terapung ini.
"Tapi tetap mempertahankan masalah kelestarian lingkungan dan pengelolaan limbahnya," tutur Priyo.
Karena adanya restoran terapung ini penting bagi Kota Banjarmasin, yakni, untuk mendukung kota ini yang ikon wisatanya adalah sungai Martapura.
"Jangan hanya dilihat kapal saja, tapi ada kemajuan dilengkapi wisata kuliner restoran terapung, ini sudah direncanakan lama," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019