Harga gabah pada tingkat petani di Kalimantan Selatan, walau belakangan ini menurun, seiring musim panen di beberapa wilayah provinsi tersebut, tapi masih diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Namun petani mengeluh, karena harga jual gabah mereka pada musim panen sekarang mengalami penurunan berkisar antara 10 - 15 persen, bila dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, demikian keterangan petani kepada pers, Sabtu.
Sebagaimana penuturan keluarga Etin, warga tani dari Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kalsel, harga gabah kering panen belakangan ini cuma sekitar Rp40.000/blek (kaleng isi 20 liter) atau lebih kurang tujuh kilogram setara beras.
Sedangkan sebelumnya, untuk jenis padi serupa, yaitu siam unus (kualitas medium), yang merupakan varietas lokal seharga Rp50.000/blek, dan bahkan bisa lebih lagi atau mencapai Rp55.000/blek.
Begitu pula harga padi varietas lokal jenis "unus mayang" atau kualitas premium, untuk "usang` (berumur setahun) pada tingkat petani sekitar Rp9.300/Kg dan "hanyar" (baru dipanen) lebih kurang Rp8.100/Kg.
Sementara HPP berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2012, yang berlaku sejak 1 Maret lalu, untuk gabah kering giling (gkg) Rp3.300/Kg atau Rp6.600/Kg setara beras.
Beberapa wilayah di Kabupaten Banjar, kini sedang panen raya, seperti di Kecamatan Gambut, Sungai Tabuk, Kertak Hanyar, Aluh-Aluh dan Kecamatan Beruntung Baru.
Selain itu, beberapa wilayah di Kabupaten Barito Kuala (Batola) Kalsel juga kini sedang panen raya, seperti di Kecamatan Mandastana, Wanaraya dan Kecamatan Alalak.
Kabupaten Banjar dan Batola merupakan lumbung padi Kalsel, sebagai penyangga ketahanan pangan provinsi tersebut, serta menjadi penyumbang ketahanan pangan nasional.
Sentra produksi padi di Kalsel yang juga punya andil dalam ketahanan pangan daerah dan nasional, selain Kabupaten Banjar dan Batola, yaitu Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS) serta Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Selain itu, Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Utara (HSU), Tanah Laut (Tala) dan Kabupaten Balangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012
Namun petani mengeluh, karena harga jual gabah mereka pada musim panen sekarang mengalami penurunan berkisar antara 10 - 15 persen, bila dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, demikian keterangan petani kepada pers, Sabtu.
Sebagaimana penuturan keluarga Etin, warga tani dari Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kalsel, harga gabah kering panen belakangan ini cuma sekitar Rp40.000/blek (kaleng isi 20 liter) atau lebih kurang tujuh kilogram setara beras.
Sedangkan sebelumnya, untuk jenis padi serupa, yaitu siam unus (kualitas medium), yang merupakan varietas lokal seharga Rp50.000/blek, dan bahkan bisa lebih lagi atau mencapai Rp55.000/blek.
Begitu pula harga padi varietas lokal jenis "unus mayang" atau kualitas premium, untuk "usang` (berumur setahun) pada tingkat petani sekitar Rp9.300/Kg dan "hanyar" (baru dipanen) lebih kurang Rp8.100/Kg.
Sementara HPP berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2012, yang berlaku sejak 1 Maret lalu, untuk gabah kering giling (gkg) Rp3.300/Kg atau Rp6.600/Kg setara beras.
Beberapa wilayah di Kabupaten Banjar, kini sedang panen raya, seperti di Kecamatan Gambut, Sungai Tabuk, Kertak Hanyar, Aluh-Aluh dan Kecamatan Beruntung Baru.
Selain itu, beberapa wilayah di Kabupaten Barito Kuala (Batola) Kalsel juga kini sedang panen raya, seperti di Kecamatan Mandastana, Wanaraya dan Kecamatan Alalak.
Kabupaten Banjar dan Batola merupakan lumbung padi Kalsel, sebagai penyangga ketahanan pangan provinsi tersebut, serta menjadi penyumbang ketahanan pangan nasional.
Sentra produksi padi di Kalsel yang juga punya andil dalam ketahanan pangan daerah dan nasional, selain Kabupaten Banjar dan Batola, yaitu Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS) serta Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Selain itu, Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Utara (HSU), Tanah Laut (Tala) dan Kabupaten Balangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012