Amuntai, (Antaranews Kalsel) -Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan mencanangkan Gerakan Revolusi Hijau tingkat Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Pencanangan dilaksanakan seiring Peringatan Hari Lingkungan Hidup se Dunia ke 46 yang dilaksanakan di Kawasan Candi Agung Amuntai.
Kepala Dinas Perumahan, Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Risnaidy di Amuntai, Selasa mengatakan, Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup begitu cepat terjadi sehingga perlu aksi cepat untuk mengatasinya.
Kepala Dinas Perumahan, Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Risnaidy di Amuntai, Selasa mengatakan, Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup begitu cepat terjadi sehingga perlu aksi cepat untuk mengatasinya.
"Lahan kritis di Kalimantan Selatan kalsel mencapai 35000 hektar, perlu 20 tahun untuk melakukan penutupan lahan," ujar Risnaidy.
Risnaidy mengatakan, gerakan revolusi hijau yang digaungkan Gubernur Kalsel perlu terus dilakukan seumur hidup demi kelangsungan hidup anak cucu.
Berdasarkan riset, kata Risnady, setiap manusia membutuhkan sedikitnya tiga pohon besar untuk asupan oksigen setiap hari, jika jumlah pohon berkurang maka akan mengancam kelangsungan hidup manusia.
Aksi penghijauan diharapkan dapat memperbaiki kualitas lahan yang kritis di Kalsel, dimana Indeks kualitas lahan di Kalsel menempati peringkat ke-24 di Indonesia.
Seiring Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia aksi penghijauan di Kabupaten HSU ditandai dengan penanaman sejumlah bibit pohon langka di Kawasan Candi Agung Amuntai seperti bibit pohon Belangiran, Kastuti, Jelutung, dan Ulin.
Gerakan penanaman pohon dilakukan oleh Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRD, Forkopimda dan Komunitas hijau dari Kabupaten HSU dan Balangan.
Selain masalah lahan kritis, katanya, permasalahan lingkungan juga terkait dengan sampah plastik yang sulit diurai oleh mikroorganisme.
"Jumlah sampah yang dihasilkan Masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara diperkirakan sebanyak 110 ton per hari termasuk diantara sampah plastik," katanya.
Diakuinya jika pengelolaan sampah baru mencapai 40 persen karena keterbatasan sarana dan prasarana.
Bupati Abdul Wahid berterima kasih kepada Forum komunitas hijau Rarawa Kabupaten HSU bersama Dinas Perumahan, Permukiman dan Lingkungan Hidup yang sudah melaksanakan kegiatan ini.
Wahid mengatakan, kepedulian terhadap perbaikan lingkungan hidup diharapkan bisa mengurangi dampak pemanasan global.
"Sekarang ini sudah bisa kita rasakan perubahan iklim yang terjadi, cuaca semakin panas, frekuensi bencana banjir yang terus meningkat menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia," katanya.
Berdasarkan riset, kata Risnady, setiap manusia membutuhkan sedikitnya tiga pohon besar untuk asupan oksigen setiap hari, jika jumlah pohon berkurang maka akan mengancam kelangsungan hidup manusia.
Aksi penghijauan diharapkan dapat memperbaiki kualitas lahan yang kritis di Kalsel, dimana Indeks kualitas lahan di Kalsel menempati peringkat ke-24 di Indonesia.
Seiring Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia aksi penghijauan di Kabupaten HSU ditandai dengan penanaman sejumlah bibit pohon langka di Kawasan Candi Agung Amuntai seperti bibit pohon Belangiran, Kastuti, Jelutung, dan Ulin.
Gerakan penanaman pohon dilakukan oleh Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRD, Forkopimda dan Komunitas hijau dari Kabupaten HSU dan Balangan.
Selain masalah lahan kritis, katanya, permasalahan lingkungan juga terkait dengan sampah plastik yang sulit diurai oleh mikroorganisme.
"Jumlah sampah yang dihasilkan Masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara diperkirakan sebanyak 110 ton per hari termasuk diantara sampah plastik," katanya.
Diakuinya jika pengelolaan sampah baru mencapai 40 persen karena keterbatasan sarana dan prasarana.
Bupati Abdul Wahid berterima kasih kepada Forum komunitas hijau Rarawa Kabupaten HSU bersama Dinas Perumahan, Permukiman dan Lingkungan Hidup yang sudah melaksanakan kegiatan ini.
Wahid mengatakan, kepedulian terhadap perbaikan lingkungan hidup diharapkan bisa mengurangi dampak pemanasan global.
"Sekarang ini sudah bisa kita rasakan perubahan iklim yang terjadi, cuaca semakin panas, frekuensi bencana banjir yang terus meningkat menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia," katanya.
Wahid berharap adanya Program Adiwiyata disekolah-sekolah dapat mempersiapkan generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018