Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Petani kelapa sawit di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan sejak awal Juni 2018 mulai resah, karena harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit mengalami penurunan secara bertahap mulai dari Rp1.500 per kg hingga menjadi Rp600 per kilogram.
Abu Azzam, salah seorang petani sawit di kawasan Karang Payau, Kecamatan Kelumpang Hulu, Jumat mengaku secara berangsur-ansur mengalami penurunan pendapatan dari hasil panen sawitnya.
"Pada pekan pertama Juni harga sawit delapan ratusan rupiah per kilo, padahal pada panen sebelumnya harga seribu lebih per kilonya," katanya.
Lebih parah lagi, harga TBS sawit yang terjadi di kawasan Kelumpang Selatan, seperti di Desa Pantai Baru, Desa Bumi Asing, Pembelacanan hingga Desa Tanjung Pangga, karena harga anjlok hingga Rp600 per kilogramnya.
Seperti yang dialami Ummi Nabil, harga panen sawit miliknya hanya dibeli Rp650 per kg, bahkan ada informasi itu akan kembali turun pada panen berikutnya.
"Informasi yang kami dengar, turunnya harga sawit karena banyak pabrik yang masih tutup sejak libur lebaran," katanya.
Tapi anehnya lanjut dia, meski belum libur lebaran, kondisi harga TBS juga sudah turun, dari sebelumnya Rp1.250 per kg menjadi hanya Rp800 an saja," ungkap Ummi.
Hal senada dijelaskan Abah Sri, warga Desa Cantung, menurutnya penurunan harga TBS dalam beberapa waktu belakangan disebabkan belum beroperasinya sejumlah pabrik CPO di daerahnya.
"Kata tengkulak, harga sawit yang rendah karena banyak yang panen, sementara hanya pabrik-pabrik tertentu yang mau membeli," jelasnya.
Akibat dari situasi tersebut, keberadaan sawit melimpah sehingga harga anjlok, terserah pabrik menentukan harga.
Bagi petani, dari pada tidak ada yang beli, ya lebih baik dijual seadanya meski keputusan itu berat karena harus menanggung biaya yang tidak sedikit.
"Dari pada buah busuk tidak dipanen, lebih baik dipanen walaupun harus berbagi dengan biaya operasional yang tidak sedikit," katanya.
Sementara Kepala Dinas perkebunan Kotabaru, tidak berhasil dikonfirmasi, ketika dihubungi melalu i telepon selulernya sedang tidak aktif.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Abu Azzam, salah seorang petani sawit di kawasan Karang Payau, Kecamatan Kelumpang Hulu, Jumat mengaku secara berangsur-ansur mengalami penurunan pendapatan dari hasil panen sawitnya.
"Pada pekan pertama Juni harga sawit delapan ratusan rupiah per kilo, padahal pada panen sebelumnya harga seribu lebih per kilonya," katanya.
Lebih parah lagi, harga TBS sawit yang terjadi di kawasan Kelumpang Selatan, seperti di Desa Pantai Baru, Desa Bumi Asing, Pembelacanan hingga Desa Tanjung Pangga, karena harga anjlok hingga Rp600 per kilogramnya.
Seperti yang dialami Ummi Nabil, harga panen sawit miliknya hanya dibeli Rp650 per kg, bahkan ada informasi itu akan kembali turun pada panen berikutnya.
"Informasi yang kami dengar, turunnya harga sawit karena banyak pabrik yang masih tutup sejak libur lebaran," katanya.
Tapi anehnya lanjut dia, meski belum libur lebaran, kondisi harga TBS juga sudah turun, dari sebelumnya Rp1.250 per kg menjadi hanya Rp800 an saja," ungkap Ummi.
Hal senada dijelaskan Abah Sri, warga Desa Cantung, menurutnya penurunan harga TBS dalam beberapa waktu belakangan disebabkan belum beroperasinya sejumlah pabrik CPO di daerahnya.
"Kata tengkulak, harga sawit yang rendah karena banyak yang panen, sementara hanya pabrik-pabrik tertentu yang mau membeli," jelasnya.
Akibat dari situasi tersebut, keberadaan sawit melimpah sehingga harga anjlok, terserah pabrik menentukan harga.
Bagi petani, dari pada tidak ada yang beli, ya lebih baik dijual seadanya meski keputusan itu berat karena harus menanggung biaya yang tidak sedikit.
"Dari pada buah busuk tidak dipanen, lebih baik dipanen walaupun harus berbagi dengan biaya operasional yang tidak sedikit," katanya.
Sementara Kepala Dinas perkebunan Kotabaru, tidak berhasil dikonfirmasi, ketika dihubungi melalu i telepon selulernya sedang tidak aktif.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018