Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor berharap generasi muda bisa lebih mencintai seni budaya dan sastra karena akan mampu menjadi salah satu sarana untuk membangun dan meningkatkan budi pekerti dan sikap saling menghargai.

Menurut Gubernur di Banjarmasin Rabu, budaya dan sastra, bisa menjadi salah satu benteng bagi generasi muda, untuk menangkal dampak negatif arus globalisasi yang kini terjadi, seperti maraknya peredaran narkoba dan lainnya.

"Kita sangat mendukung upaya berbagai pihak, utamanya para budayawan untuk terus mengenalkan sastra kepada masyarakat dan generasi muda," katanya.

Salah satu upaya untuk melestarikan sastra tersebut, tambah dia, Pemprov Kalsel, selalu berupaya mendukung setiap kegiatan sastra yang digelar oleh berbagai pihak terkait.

Seperti kegiatan tadarus sastra, yang digelar di Banjarbaru, beberapa waktu lalu. Terhadap kegiatan tersebut, gubernur sangat mengapresiasi kepada sastrawan, seniman dan budayawan atas inisiasi diselenggarakannya tadarus puisi.

Sebagai wujud penghargaan atas kegiatan pelestarian sastra dan budaya itu, gubernur juga turut membacakan puisi dengan judul langit Kalimantan .

Menurut gubernur, tadarus puisi dan sastra merupakan kegiatan positif yang memiliki makna penting bagi pelestarian sastra dan budaya.

"Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sangat mengapresiasi kegiatan sastra seperti ini, karena bukan hanya sebagai upaya melestarikan karya sastra, tetapi juga sarana merekatkan silaturahmi para sastrawan, budayawan dan seniman," katanya.
 
. (Antaranews Kalsel/Humpro kalsel)

Melalui karya sastra, seniman bisa secara kritis menyuarakan kebenaran tentang fenomena sosial.

Selain itu, melalui karya- karya kritis itulah para sastrawan, budayawan dan seniman turut berperan penting membangun Banua.

Gubernur mengaku, sangat mencintai sastra, karena melalui sastra tersebut, dirinya kini bisa mencapai mimpi yang telah dia cita-citakan.

Menurut dia, kecintaan dirinya terhadap seni berawal perjalanan karir hidupnya. Diceritakan, pada tahun 1985, usai menamatkan pendidikan di SMPN 10 Banjarmasin ia ingin melanjutkan ke SMAN 5.

Namun cita - cita untuk melanjutkan sekolah nyaris tidak tewujud, karena saat itu dirinya tidak memiliki uang pendaftaran Rp 22 ribu.

Melalui sebuah lomba puisi dalam rangkaian kegiatan MTQ di Kota Banjarmasin, ia terpilih sebagai juara satu.

Panitia memberikan hadiah satu "tape recorder", yang kemudian dijual kepada tetangganya, yang bernama Ibu Badriah, dengan harga Rp22 ribu.

"Uang hasil penjualan tape itu langsung saya daftarkan untuk melanjutkan ke SMAN 5 Banjarmasin.Jadi ringkasnya dari puisi saya bisa sekolah," kenangnya.


 

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018