Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan Fajar Desira mengatakan pihaknya serius mengembangkan dan mempercepat pembangunan Kawasan Industri Khusus Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, untuk mendorong percepatan pertumbuhan industri di daerah ini.
Menurut Fajar pada acara "Road to Indonesia Development Forum (IDF) 2018" wilayah Kalimantan dan Sulawesi, di Banjarmasin, Rabu, mengatakan saat ini sudah ada investor lokal yang siap mengembangkan kawasan tersebut.
"Luas lahan Kawasan Industri Batulicin awalnya hanya 500 hektare, kini bertambah seluas 2 ribu hektare setelah masuknya investor lokal," katanya.
Menurut Fajar, awalnya industri baja Batulicin sempat berproduksi, namun karena harga produksi yang dihasilkan oleh Perusahaan Krakatau Steel anjlok di pasaran, maka kini produksi tersebut berhenti sementara.
Namun tambah dia, kini pemerintah terus mendorong, agar kawasan industri tersebut bisa terus berkembang, sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kawasan Industri Batulicin, tambah dia, merupakan kawasan industri yang akan fokus dikembangkan dalam rencana pembangunan 2018.
"Sebagian besar infrastruktur di kawasan industri Batulicin sudah siap, antara lain lahan seluas 500 hektare, sudah ada badan pengelolaannya, pelabuhan, dan bandara. Selain itu rekomendasi "anchor industry" atau pengelola kawasan juga sudah siap," katanya.
Pemerintah bersama pihak terkait, tinggal mendorong dan melengkapi segala kekurangan yang ada untuk mengembangkan industri baja di daerah tersebut.
Pemerintah provinsi, tambah dia, akan berupaya menggandeng pihak-pihak terkait, seperti untuk pengembangan industrinya akan menggandeng Kementerian Perindustrian,pengembangan palabuhan menggandeng Pelindo, pengembangan bandara, dan menggandeng Angkasa Pura.
Sebelumnya, Bank Indonesia Kalimantan Selatan mendorong beroperasinya kembali perusahaan PT Meratus Jaya Iron Steel (MJIS) untuk mendukung tumbuhnya investasi di kawasan industri Tanah Bumbu.
Saat ini PT MJIS telah berhenti produksi akibat harga baja yang terlalu rendah. Kondisi tersebut membuat investor lain yang berminat membangun pabrik masih terbatas.
KI Batulicin terdapat berbagai masalah cukup krusial yang harus mendapatkan perhatian seluruh pihak terkait.
Persoalan tersebut antara lain, masih minimnya infrastruktur, untuk itu kini pemerintah sedang berupaya menyelesaikan infrastruktur/fasilitas kawasan industri sehingga dapat lebih menarik bagi investor untuk membangun pabrik di kawasan tersebut.
KI Kabupaten Tanah Bumbu seluas 3.432 hektare, terbagi dalam dua kawasan, yaitu seluas 2.477 Ha blok II Sungai Dua dan 955 Ha Blok eksKapet.
Khusus pengelola Blok eksKapet Batulicin dilaksanakan oleh Batulicin Jaya Utama (BJU), yang merupakan perusahaan BUMD.
Karena BUMD maka operasionalnya menjadi terbatas, karena kapasitas modalnya tergantung pada APBD, sementara pembangunan infrastruktur/fasilitas KI membutuhkan dana sangat besar.
Karena memiliki keterbatasan permodalan, sehingga berdampak pada lambannya kemajuan pembangunan fasilitas dan kelengkapan kawasan industri.
Selain itu, proses pembebasan lahan kawasan industri berjalan lambat, karena terkendala antara lain resistensi harga dari pemilik lahan.
Infrastruktur dalam kawasan industri, juga banyak terkendala, baik itu pasokan listrik, air dan gas, serta lambannya pembangunan infrastruktur lainnya.
Selain itu, ketersediaan jalan penghubung yang masih minim, juga level kedalaman laut untuk keperluan arus transportasi ekspor.
Persoalan promosi juga masih sangat minim, sehingga informasi tentang keberadaan kawasan industri Batulicin belum dikenal luas.
Proses penyiapan lahan KI juga terkendala aturan lintas sektoral seperti PermenATR/BPN, mengenai izin lokasi maksimal 400 hektare, sementara KI-PSN umumnya lebih dari seribu hektare.
Sementara, yang ditunjuk untuk menjadi pengelola Blok Sungai Dua, Rencana oleh Grup Jhon Lin Next Development.
Saat ini, diblok tersebut sedang dalam proses penyelesaian penyiapan lahan untuk Politeknik Batulicin, yang ditargetkan pada 2018 ini mulai dibangun.
Kemudian, penyempurnaan jalan dalam kawasan KI setelah selesainya pengerasan jalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Menurut Fajar pada acara "Road to Indonesia Development Forum (IDF) 2018" wilayah Kalimantan dan Sulawesi, di Banjarmasin, Rabu, mengatakan saat ini sudah ada investor lokal yang siap mengembangkan kawasan tersebut.
"Luas lahan Kawasan Industri Batulicin awalnya hanya 500 hektare, kini bertambah seluas 2 ribu hektare setelah masuknya investor lokal," katanya.
Menurut Fajar, awalnya industri baja Batulicin sempat berproduksi, namun karena harga produksi yang dihasilkan oleh Perusahaan Krakatau Steel anjlok di pasaran, maka kini produksi tersebut berhenti sementara.
Namun tambah dia, kini pemerintah terus mendorong, agar kawasan industri tersebut bisa terus berkembang, sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kawasan Industri Batulicin, tambah dia, merupakan kawasan industri yang akan fokus dikembangkan dalam rencana pembangunan 2018.
"Sebagian besar infrastruktur di kawasan industri Batulicin sudah siap, antara lain lahan seluas 500 hektare, sudah ada badan pengelolaannya, pelabuhan, dan bandara. Selain itu rekomendasi "anchor industry" atau pengelola kawasan juga sudah siap," katanya.
Pemerintah bersama pihak terkait, tinggal mendorong dan melengkapi segala kekurangan yang ada untuk mengembangkan industri baja di daerah tersebut.
Pemerintah provinsi, tambah dia, akan berupaya menggandeng pihak-pihak terkait, seperti untuk pengembangan industrinya akan menggandeng Kementerian Perindustrian,pengembangan palabuhan menggandeng Pelindo, pengembangan bandara, dan menggandeng Angkasa Pura.
Sebelumnya, Bank Indonesia Kalimantan Selatan mendorong beroperasinya kembali perusahaan PT Meratus Jaya Iron Steel (MJIS) untuk mendukung tumbuhnya investasi di kawasan industri Tanah Bumbu.
Saat ini PT MJIS telah berhenti produksi akibat harga baja yang terlalu rendah. Kondisi tersebut membuat investor lain yang berminat membangun pabrik masih terbatas.
KI Batulicin terdapat berbagai masalah cukup krusial yang harus mendapatkan perhatian seluruh pihak terkait.
Persoalan tersebut antara lain, masih minimnya infrastruktur, untuk itu kini pemerintah sedang berupaya menyelesaikan infrastruktur/fasilitas kawasan industri sehingga dapat lebih menarik bagi investor untuk membangun pabrik di kawasan tersebut.
KI Kabupaten Tanah Bumbu seluas 3.432 hektare, terbagi dalam dua kawasan, yaitu seluas 2.477 Ha blok II Sungai Dua dan 955 Ha Blok eksKapet.
Khusus pengelola Blok eksKapet Batulicin dilaksanakan oleh Batulicin Jaya Utama (BJU), yang merupakan perusahaan BUMD.
Karena BUMD maka operasionalnya menjadi terbatas, karena kapasitas modalnya tergantung pada APBD, sementara pembangunan infrastruktur/fasilitas KI membutuhkan dana sangat besar.
Karena memiliki keterbatasan permodalan, sehingga berdampak pada lambannya kemajuan pembangunan fasilitas dan kelengkapan kawasan industri.
Selain itu, proses pembebasan lahan kawasan industri berjalan lambat, karena terkendala antara lain resistensi harga dari pemilik lahan.
Infrastruktur dalam kawasan industri, juga banyak terkendala, baik itu pasokan listrik, air dan gas, serta lambannya pembangunan infrastruktur lainnya.
Selain itu, ketersediaan jalan penghubung yang masih minim, juga level kedalaman laut untuk keperluan arus transportasi ekspor.
Persoalan promosi juga masih sangat minim, sehingga informasi tentang keberadaan kawasan industri Batulicin belum dikenal luas.
Proses penyiapan lahan KI juga terkendala aturan lintas sektoral seperti PermenATR/BPN, mengenai izin lokasi maksimal 400 hektare, sementara KI-PSN umumnya lebih dari seribu hektare.
Sementara, yang ditunjuk untuk menjadi pengelola Blok Sungai Dua, Rencana oleh Grup Jhon Lin Next Development.
Saat ini, diblok tersebut sedang dalam proses penyelesaian penyiapan lahan untuk Politeknik Batulicin, yang ditargetkan pada 2018 ini mulai dibangun.
Kemudian, penyempurnaan jalan dalam kawasan KI setelah selesainya pengerasan jalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018