Palembang, (Antaranews Kalsel) - Bank Indonesia mendorong masyarakat kota menggencarkan program "urban farming" yakni mengajak kalangan rumah tangga menanam cabai untuk ikut menjaga inflasi bahan kebutuhan pokok.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan Rudi Khairudin, di Palembang, Sabtu, mengatakan cabai merupakan salah satu komponen kebutuhan pokok masyarakat yang sangat rentan mengalami gejolak harga, sehingga membutuhkan upaya terus menerus untuk menjaganya.

"Setelah diluncurkan beberapa waktu lalu, kini BI fokus menyosialisasikannya ke masyarakat," kata Rudi.

Ia menjelaskan Kota Palembang saat ini bergerak menjadi kota metropolitan sebenarnya sudah dapat mengendalikan inflasi, bahkan bisa lebih rendah dari angka rata-rata nasional yakni dari 3,11 persen per tahun.

Akan tetapi, menurutnya lagi, kota ini bukan tanpa ancaman inflasi. Seperti halnya kota-kota lain di Indonesia diketahui bahwa ketika ada gagal panen atau persoalan distribusi dan transfortasi maka akan memicu inflasi. Kebutuhan cabai di Palembang diketahui mencapai 25 ton/hari.

"Jika ibu-ibu rumah tangga menanam sendiri cabai tentunya mereka tidak akan lagi membeli di pasar, dengan begitu permintaan akan menurun dan secara otomatis harga akan turun. Itu harapannya," kata dia pula.

Ia mengatakan pilot proyek urban farming ini telah dilakukan sejak tahun lalu, yakni di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dengan membangun kluster cabai dan klaster bawang merah.

Sejauh ini upaya tersebut cukup berpengaruh dalam menjaga tekanan inflasi karena seperti diketahui kebutuhan cabai di Palembang masih didukung oleh daerah lain, yakni Brebes, Jawa Tengah.

"Melihat respons positif ini, BI menggandeng Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, dan ibu-ibu PKK di Palembang untuk mengedukasi 255 orang ibu rumah tangga guna menggaungkan urban farming itu," kata dia pula./f

Pewarta: Dolly Rosana

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017