Paringin, (Antaranews Kalsel) - Zenit atau biasa disebut dengan pil jin, menjadi momok menakutkan bagi para guru, orangtua bahkan masyarakat, karena peredarannya semakin tidak terkendali dan telah banyak merusak generasi muda, bukan hanya fisik tetapi juga mental.
Bahkan, kini banyak diinformasikan, peredaran pil yang bisa membuat saraf manusia rusak tersebut, mulai beredar di sekolah.
Membuktikan kebenaran informasi dan dugaan peredaran pil sedian farmasi tersebut beredar di sekolah, wartawan Antaranews Kalsel, Rolly Supriadi berusaha menelusuri ke beberapa sekolah di Kota Paringin.
Hari pertama, investigasi dilakukan di salah satu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terkemuka di kota tambang tersebut.
Sore itu, Kamis (19/10) sekitar pukul 16.00 - 18.30 Wita, salah satu sekolah yang didatangi sedang melakukan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh sebagian siswa.
Di sekolah tersebut, Wartawan berusaha mengorek informasi dari beberapa siswa, yang diduga mengetahui lokasi yang menjadi tempat untuk mengonsumsi zenit.
Awalnya, tidak ada siswa yang bersedia memberikan informasi bahkan sebagian memilih menghindar dan pulang ke rumah.
Namun, setelah dilakukan pendekatan lebih intensif, dengan mendatangi ke rumah salah seorang siswa dan mengadakan perjanjian, tidak akan membongkar identitas pemberi informasi, akhirnya anak tersebut, bersedia memberikan petunjuk.
Ia akhirnya mau menunjukkan lokasi di mana banyak ditemukan bungkus obat tersebut. Dengan meminta untuk menyembunyikan nama, identitas dan nama sekolah untuk menjaga nama baik sekolah tersebut, dan melindungi siswa-siswi lainnya, sang informen, akhirnya bersedia membimbing wartawan Antara ke lokasi.
Bahkan, kini banyak diinformasikan, peredaran pil yang bisa membuat saraf manusia rusak tersebut, mulai beredar di sekolah.
Membuktikan kebenaran informasi dan dugaan peredaran pil sedian farmasi tersebut beredar di sekolah, wartawan Antaranews Kalsel, Rolly Supriadi berusaha menelusuri ke beberapa sekolah di Kota Paringin.
Hari pertama, investigasi dilakukan di salah satu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terkemuka di kota tambang tersebut.
Sore itu, Kamis (19/10) sekitar pukul 16.00 - 18.30 Wita, salah satu sekolah yang didatangi sedang melakukan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh sebagian siswa.
Di sekolah tersebut, Wartawan berusaha mengorek informasi dari beberapa siswa, yang diduga mengetahui lokasi yang menjadi tempat untuk mengonsumsi zenit.
Awalnya, tidak ada siswa yang bersedia memberikan informasi bahkan sebagian memilih menghindar dan pulang ke rumah.
Namun, setelah dilakukan pendekatan lebih intensif, dengan mendatangi ke rumah salah seorang siswa dan mengadakan perjanjian, tidak akan membongkar identitas pemberi informasi, akhirnya anak tersebut, bersedia memberikan petunjuk.
Ia akhirnya mau menunjukkan lokasi di mana banyak ditemukan bungkus obat tersebut. Dengan meminta untuk menyembunyikan nama, identitas dan nama sekolah untuk menjaga nama baik sekolah tersebut, dan melindungi siswa-siswi lainnya, sang informen, akhirnya bersedia membimbing wartawan Antara ke lokasi.
WC
Lokasi pertama yang ditunjukkan adalah di belakang sekolah, di lokasi tersebut, terlihat banyak bekas bungkus obat jenis dextro dan zenith atau carnophen yang bertebaran.
Setelah itu lokasi selanjutnya adalah di WC sekolah, yang lokasinya cukup tersembunyi. Di sekitar lokasi tersebut terdapat empat bilik WC.
Salah satu WC yang berada di paling ujung, ditemukan puluhan bungkus obat terlarang itu. Kondisi WC yang cukup memprihatinkan dengan plafon yang sudah rusak, serta dinding antarbangunan yang sedikit terbuka, membuat tempat tersebut, tampaknya menjadi lokasi favorit para pemakai untuk membuang bungkus obat terlarang tersebut.
Di lokasi tersebut, ditemukan puluhan bungkus obat-obatan terlarang seperti obat zenith, dan beberapa jenis dextro, bertebaran di lantai, di plafon, dan di sela dinding dekat WC yang menembus kandang ayam warga.
Siswa yang menunjukkan lokasi tersebut mengatakan, bahwa ia sudah melaporkan tentang temuannya itu bahkan dia juga sudah membawa sebagian barang bukti bungkus obat-obatan tersebut, kepada guru yang piket.
Selain itu, tambahnya, dia juga telah mengirimkan foto dan informasi tersebut ke group media sosial khusus sekolah, saat jam sekolah berlangsung, yaitu sekitar pukul 10.00 Wita.
"Bukan hanya kali ini kami dapatkan, tapi bahkan hampir setiap hari. Sebelumnya juga kepala sekolah pernah langsung mendapatkan banyak barang bukti bungkus pil zentih pada jam sekolah, itupun atas laporan warga sekitar," katanya.
Para dewan guru juga telah mendesak agar ada langkah-langkah lanjutan terhadap peristiwa itu, tetapi sampai kini belum ada bukti nyata memberantasnya.
"Selain itu mereka juga sering mengonsumsi obat flu dan obat batuk melebihi dosis hingga teler", ungkapnya.
Bahkan lanjutnya, sering ada siswa yang sedang dalam pengaruh obat saat jam sekolah, meski pihak dewan guru mengetahuinya, namun cukup sulit bagi mereka mengatasinya. Pihak sekolah juga pernah bekerja sama dengan BNN dan aparat setempat, namun mungkin belum ditemukan siapa pemakai dan pengedarnya.
Kepala SLTA itu saat dikonfirmasi melalui selulernya mengatakan, baru mendapatkan laporan, dan belum bisa memberikan penjelasan, karena sedang berada di Banjarmasin.
"Saya masih ada di Banjarmasin tugas luar, hingga Sabtu (21/10) saya baru pulang. Hal ini merupakan tanggung jawab saya dan dewan guru, akan saya pelajari dulu dan rapatkan dengan dewan guru serta guru BP", terangnya singkat.
Setelah itu lokasi selanjutnya adalah di WC sekolah, yang lokasinya cukup tersembunyi. Di sekitar lokasi tersebut terdapat empat bilik WC.
Salah satu WC yang berada di paling ujung, ditemukan puluhan bungkus obat terlarang itu. Kondisi WC yang cukup memprihatinkan dengan plafon yang sudah rusak, serta dinding antarbangunan yang sedikit terbuka, membuat tempat tersebut, tampaknya menjadi lokasi favorit para pemakai untuk membuang bungkus obat terlarang tersebut.
Di lokasi tersebut, ditemukan puluhan bungkus obat-obatan terlarang seperti obat zenith, dan beberapa jenis dextro, bertebaran di lantai, di plafon, dan di sela dinding dekat WC yang menembus kandang ayam warga.
Siswa yang menunjukkan lokasi tersebut mengatakan, bahwa ia sudah melaporkan tentang temuannya itu bahkan dia juga sudah membawa sebagian barang bukti bungkus obat-obatan tersebut, kepada guru yang piket.
Selain itu, tambahnya, dia juga telah mengirimkan foto dan informasi tersebut ke group media sosial khusus sekolah, saat jam sekolah berlangsung, yaitu sekitar pukul 10.00 Wita.
"Bukan hanya kali ini kami dapatkan, tapi bahkan hampir setiap hari. Sebelumnya juga kepala sekolah pernah langsung mendapatkan banyak barang bukti bungkus pil zentih pada jam sekolah, itupun atas laporan warga sekitar," katanya.
Para dewan guru juga telah mendesak agar ada langkah-langkah lanjutan terhadap peristiwa itu, tetapi sampai kini belum ada bukti nyata memberantasnya.
"Selain itu mereka juga sering mengonsumsi obat flu dan obat batuk melebihi dosis hingga teler", ungkapnya.
Bahkan lanjutnya, sering ada siswa yang sedang dalam pengaruh obat saat jam sekolah, meski pihak dewan guru mengetahuinya, namun cukup sulit bagi mereka mengatasinya. Pihak sekolah juga pernah bekerja sama dengan BNN dan aparat setempat, namun mungkin belum ditemukan siapa pemakai dan pengedarnya.
Kepala SLTA itu saat dikonfirmasi melalui selulernya mengatakan, baru mendapatkan laporan, dan belum bisa memberikan penjelasan, karena sedang berada di Banjarmasin.
"Saya masih ada di Banjarmasin tugas luar, hingga Sabtu (21/10) saya baru pulang. Hal ini merupakan tanggung jawab saya dan dewan guru, akan saya pelajari dulu dan rapatkan dengan dewan guru serta guru BP", terangnya singkat.
SLTP
Sementara itu, sesuai keterangan warga sekitar, ketika wartawan Antara diajak ke lokasi lainnya, di salah satu sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) yang juga cukup terkenal, wartawan Antara juga menemukan tempat banyak ditemukan bungkus obat tersebut, yaitu di sekitar kebun pisang dekat persawahan warga di belakang sekolah.
Warga sekitar menerangkan, lokasi itu menjadi lokasi favorit para pelajar tingkat pertama tersebut berkumpul pada jam sekolah.
"Kami tidak tahu apakah bungkus obat tersebut merupakan milik mereka atau bukan," jelasnya singkat menutup pembicaraan, karena sudah terdengar adzan Magrib.
Warga sekitar menerangkan, lokasi itu menjadi lokasi favorit para pelajar tingkat pertama tersebut berkumpul pada jam sekolah.
"Kami tidak tahu apakah bungkus obat tersebut merupakan milik mereka atau bukan," jelasnya singkat menutup pembicaraan, karena sudah terdengar adzan Magrib.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017