Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota Banjarmasin menghentikan program pembudidayaan ikan haruan atau gabus yang sempat berjalan dari 2014 hingga 2016.
Kepala Distankan Kota Banjarmasin Lauhem Mahfuzi di Banjarmasin, Rabu, menyatakan, tahun ini tidak ada program untuk kelanjutan budidaya ikan haruan itu.
"Itukan ikan buas, tidak bisa sebenarnya dibudidayakan, karena pakannya perlu alami," ujarnya.
Lauhem yang pada Maret 2017 menduduki Kadistankan tersebut menyatakan akan memfokuskan program pembudidayaan ikan sungai yang benar-benar bisa dibudidayakan, tidak haruan.
Menurut dia, ikan-ikan yang mudah dibudidayakan itu adalah jenis ikan patin, lele dan nila.
"Budidaya ikan-ikan ini sistem kolam pelastik yang kita kembangkan," tuturnya.
Dia mengungkapkan, ada sekitar 10 kelompok tani ikan yang dibantu Distankan tahun ini untuk budidaya ikan-ikan dengan sistem kolam pelastik tersebut.
"Satu kelompok tani itu dibantu sekitar Rp10-15 juta, pada APBD murni tahun ini," bebernya.
Sebagaimana diketahui, program pembudidayaan ikan haruan dimulai Distankan sekitar tahun 2014 hingga 2016 saat kepala dinasnya Doyo Pudjadi.
Ikan yang memiliki kandungan albumen tinggi dan hidup di daerah rawa ini dipercaya lebih menjanjikan secara ekonomi, karena banyak digemari masyarakat.
Bahkan, program pembudidayaan ikan haruan oleh Distankan Kota Banjarmasin ini sempat buming hingga kenasional, karena jenis ikan ini masuk sulit dibudidayakan, lantaran hidup alami.
Bahkan diklaim daerah lain terkesan dengan keberhasilan Pemkot Banjarmasin yang bisa membudidayakan ikan jenis air tawar yang kebanyakan hidup di daerah rawa-rawa ini.
Lantaran ikan gabus ini harga jualnya cukup tinggi, karena sudah mulai sulit didapatkan, apalagi sejumlah makanan khas Kalsel bermenu ikan ini, seperti katupat kandangan dan nasi kuning.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017
Kepala Distankan Kota Banjarmasin Lauhem Mahfuzi di Banjarmasin, Rabu, menyatakan, tahun ini tidak ada program untuk kelanjutan budidaya ikan haruan itu.
"Itukan ikan buas, tidak bisa sebenarnya dibudidayakan, karena pakannya perlu alami," ujarnya.
Lauhem yang pada Maret 2017 menduduki Kadistankan tersebut menyatakan akan memfokuskan program pembudidayaan ikan sungai yang benar-benar bisa dibudidayakan, tidak haruan.
Menurut dia, ikan-ikan yang mudah dibudidayakan itu adalah jenis ikan patin, lele dan nila.
"Budidaya ikan-ikan ini sistem kolam pelastik yang kita kembangkan," tuturnya.
Dia mengungkapkan, ada sekitar 10 kelompok tani ikan yang dibantu Distankan tahun ini untuk budidaya ikan-ikan dengan sistem kolam pelastik tersebut.
"Satu kelompok tani itu dibantu sekitar Rp10-15 juta, pada APBD murni tahun ini," bebernya.
Sebagaimana diketahui, program pembudidayaan ikan haruan dimulai Distankan sekitar tahun 2014 hingga 2016 saat kepala dinasnya Doyo Pudjadi.
Ikan yang memiliki kandungan albumen tinggi dan hidup di daerah rawa ini dipercaya lebih menjanjikan secara ekonomi, karena banyak digemari masyarakat.
Bahkan, program pembudidayaan ikan haruan oleh Distankan Kota Banjarmasin ini sempat buming hingga kenasional, karena jenis ikan ini masuk sulit dibudidayakan, lantaran hidup alami.
Bahkan diklaim daerah lain terkesan dengan keberhasilan Pemkot Banjarmasin yang bisa membudidayakan ikan jenis air tawar yang kebanyakan hidup di daerah rawa-rawa ini.
Lantaran ikan gabus ini harga jualnya cukup tinggi, karena sudah mulai sulit didapatkan, apalagi sejumlah makanan khas Kalsel bermenu ikan ini, seperti katupat kandangan dan nasi kuning.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017