Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Tim Pengendali Inflasi Daerah Kalimantan Selatan mampu mengendalikan inflasi daerah yang selama ini selalu terjadi saat bulan puasa Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri akibat kenaikan harga kebutuhan pokok.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan di Banjarmasin, Kamis mengatakan berbagai kebijakan yang telah dilakukan TPID bersama dinas dan instansi terkait, terbukti mampu menekan kenaikan harga kebutuhan pokok di pasar.

Beberapa kebijakan tersebut, antara lain pengamanan stok kebutuhan pokok dan jalur distribusi, agar tetap terjaga, sehingga tidak terjadi kelangkaan.

Operasi pasar murah yang dilakukan hampir di seluruh wilayah Kalimantan Selatan, selama satu bulan penuh, juga menjadi faktor pendukung utama, terjaganya inflasi hingga saat ini.

Kepala Dinas Perdagangan Pemprov Kalsel, Birhasani saat diskusi dengan Bank Indonesia dan wartawan Kamis siang mengatakan, sejak seblum puasa hingga saat ini, pihaknya selalu aktif melakukan pemantaun di pasar-pasar.

"Kami dikatakan sebagia "pemadam kebakaran", saat barang naik baru turun, itu sama sekali tidak benar, setiap hari kami memantau stok kebutuhan pokok, sehingga semuanya bisa terkendali hingga saat ini," katanya.

Menurut dia, operasi pasar yang dilakukan oleh Disperindag bersama pihak terkait lainnya, kata dia, juga telah mampu menjadi kondisi harga di pasar tetap stabil dan terjaga.

Keberhasilan kebijakan tersebut, tambah dia, merupakan bukti pernyataan, bahwa kenaikan harga saat puasa dan lebaran adalah hal yang biasa.

"Kenaikan harga, walaupun saat menjelang lebaran sekalipun bukan hal yang biasa, tetapi hal luar biasa, yang harus dikendalikan dan terbukti itu bisa dilakukan, dengan kerja keras semua pihak terkait," katanya.

Berdasarkan data Bank Indonesia, tingkat inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada bulan Juni 2017 sebesar 4,20 persen, menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 4,28 persen.

Secara bulanan, tingkat inflasi pada periode lebaran Idul Fitri 1438 hijriah, tercatat sebesar 0,96 persen, lebih rendah dari kisaran tingkat inflasi hari raya tiga tahun terakhir 1,06 persen. Rendahnya inflasi pada perayaan Idul Fitri kali ini didukung oleh deflasi komponen volatile foods sebesar 0,09 persen. Ini sejalan dengan tren penurunan tingkat inflasi pangan dalam tiga tahun terakhir.

Tekanan inflasi lebih didorong oleh komponen administered prices yang mengalami inflasi 3,34 persen. Inflasi inti hari raya juga relatif stabil.

Fakta tersebut, menunjukkan terimplementasi dengan baiknya gabungan kebijakan pengendalian inflasi oleh TPID, baik melalui Bulog, Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel, Polda Provinsi Kalsel, Bank Indonesia, dan berbagai pihak lainnya.

Tren penurunan ini tidak lepas dari kerja keras TPID melalui implementasi strategi dan bauran kebijakan dalam harga seperti Toko Tani Indonesia (TTI), Rumah Pangan Kita (RPK), pemberlakukan Harga Eceran Tertinggi (HET), sidak pasar, dan penguatan koordinasi pengendalian harga antar instansi.

Hingga pasca Lebaran kali ini, inflasi administered prices masih menjadi perhatian, khususnya inflasi angkutan udara. Dalam tiga periode Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri (2015, 2016, 2017), angkutan udara selalu muncul sebagai penyumbang inflasi pada komponen administered prices.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017