Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek mengatakan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) Kalimantan Selatan, saat ini berada di posisi 31 dari 34 provinsi di Indonesia.


"Saya tadi bicara dengan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Resnawan, bahwa IPKM Kalsel masih diurutan ke 31 nasional, sehingga harus dilakukan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut," kata Menkes usai dialog tentang berbagai persolan program kesehatan dengan kepala daerah dan insan kesehatan Kalimantan Selatan di Banjarmasin Rabu.

Berbagai program kesehatan, tambah dia, harus didukung penuh oleh pemerintah daerah dan masyarakat, sehingga kondisi kesehatan warga Kalsel, akan terus membaik.

Wakil Gubernur Kalsel Rudy Resnawan yang juga hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut mengatakan, berbagai program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat telah dilakukan.

Beberapa program yang kini terus diupayakan adalah, terpenuhinya satu desa satu bidan, untuk menekan angka kematian ibu dana anak.

"Keberadaan bidan dan tim kesehatan lain yang turun ke desa, diharapkan akan mampu mengubah pola pikir masyarakat sekaligus mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, terutama saat masyarakat memerlukan pertolongan dengan cepat," katanya.

Menurut Wagub, pemerintah kabupaten, harus berani mengambil tindakan inisiatif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, antara lain dengan menempatkan dokter di puskesmas-puskesmas yang ada, bahkan tidak hanya satu dokter satu puskesmas, tetapi bisa lebih.

Sebab tambah dia, Puskemas merupakan salah satu ujung tombak suksesnya berbagai program kesehatan masyarakat, baik itu untuk tindakan preventif atau pencegahan maupun pengobatan.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan M Muslim mengatakan, masih rendahnya IPKM Kalsel, karena masih banyaknya indikator kesehatan yang belum terpenuhi.

Faktor penyebab rendahnya IPKM Kalsel antara lain, masih tingginya tingkat kematian ibu dan bayi, kasus gizi buruk juga masih cukup banyak, masalah pola hidup masyarakat yang kurang memperhatikan masalah kesehatan dan lingkungan.

Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yaitu indikator komposit yang menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan, dirumuskan dari data kesehatan berbasis komunitas yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dan Survei Potensi Desa (Podes).

Ada 24 indikator kesehatan yang digunakan dalam IPKM dengan nilai korelasi UHH yang tertinggi. Indikator kesehatan tersebut adalah prevalensi balita gizi buruk dan kurang, prevalensi balita sangat pendek dan pendek.

Kemudian prevalensi Balita sangat kurus dan kurus, prevalensi balita gemuk, prevalensi diare, prevalensi pnemonia, prevalensi hipertensi, prevalensi gangguan mental, prevalensi asma, prevalensi penyakit gigi dan mulut, prevalensi disabilitas, prevalensi cedera, prevalensi penyakit sendi.

Selain itu, prevalensi ISPA, proporsi perilaku cuci tangan, proporsi merokok tiap hari, akses air bersih, akses sanitasi, cakupan persalinan oleh nakes, cakupan pemeriksaan neonatal-1, cakupan imunisasi lengkap, cakupan penimbangan balita, ratio Dokter/Puskesmas, dan ratio bidan/desa.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017