Petani kelapa sawit khususnya anggota koperasi KUD Gajah Mada di Kelumpang Hilir, Kotabaru, Kalimantan Selatan, resah memasuki masa paceklik tiga bulan terakhir.

"Bagaimana tidak resah, kebun plasma yang dikelola KUD Gajah Mada hasilnya minim, sementara kebun swadaya yang dikelola sendiri hasilnya masih lumayan," kata anggota KUD Gajah Mada, Abu Bakar, di Kotabaru, Senin.

Dia menjelaskan, tiga bulan terakhir hasil pendapatan kebun plasma kelapa sawit hasilnya sangat minim, kisaran kurang dari Rp1 juta per hektare.

Bahkan, pada September hasil kebun plasma di Bumi Asih Kelumpang Selatan minus Rp250 ribu per ha dan Oktober dan November hasil sawit yang diterima petani kisaran Rp500 ribu-Rp600 per ha.

Pendapatan tersebut, kata dia, jauh lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan bulan sebelumnya masih diatas Rp1 juta per hektare.

Bahkan pada saat panen raya kelapa sawit, pendapatan petani sawit anggota kredit koperasi primer untuk anggota (KKPA) tahap II dapat mencapai kisaran Rp1,25 juta hingga Rp2,3 juta per ha.

Menurutnya pendapatan anggota KKPA KUD Gajah Mada, menurut Rochmad, disebabkan jumlah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit berkurang akibat kemarau panjang.

Berbeda dengan petani sawit anggota KKPA, mereka hanya menerima "bersih" pendapatan dari KUD Gajah Mada sebagai pengelola kebun plasma.

Akibat menurunnya pendapatan itu, para petani sawit mulai berusaha untuk mencari kerja sampingan, agar dapat menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Sebagian mereka bekerja menjadi buruh tani menanam padi dan sayuran dengan mendapatkan upah sekitar Rp50 ribu per hari," kata Sunarto, yang juga petani sawit swadaya.

Seorang petani swadaya, Narso, mengatakan, untuk hasil petani kelapa sawit swadaya yang dikelola sendiri hasilnya masih sekitar Rp1 juta per ha./C*C

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2011