Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Kebun Raya Banua (KRB) Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bakal dikembangkan sebagai kebun raya dengan tema tanaman obat-obatan yang kini banyak ditemukan di pegunungan Meratus.
Kepala UPT Kebun Raya Banua, Agung Santoso di Banjarbaru Senin mengatakan, berbeda dengan kebun raya di daerah lain, KR Banua akan difokuskan pada pengembangan tanaman obat-obatan, yang merupakan salah satu kekayaan alam Kalsel yang cukup besar.
"Setiap KR memiliki tema, kalau KR Banua temanya adalah pengembangan tanaman obat-obatan, yang tanaman tersebut banyak terdapat di Pegunungan Meratus," katanya.
Mendukung pengembangan tersebut, kata dia, saat ini berbagai infrastruktur telah dibangun, seperti bangunan berupa rumah jamu, spa, dan beberapa infrastruktur untuk penelitian berbagai tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
Menurut Agung, saat ini pihaknya sedang melengkapi berbagai sarana pendukung seperti jalan, tempat istirahat, sarana bermain, termasuk taman tematik aromatik.
Hal tersebut diutarakan Agung saat berdialog dengan wartawan yang tergabung dalam komunitas jurnalis pena hijau Indonesia (Kojhi) Kalsel.
Dialog dilakukan, setelah komunitas ini menanam puluham bibit pohon di areal taman, bersama Kepala Badan Kesbangpol Kalsel, Hemansyah Manaf sekaligus pembina kojhi Kalsel.
Menurut Agung, dibanding Kebun Raya LIPI Bogor, Kebun Raya Banua, masih jauh tertinggal, karena usia yang sangat muda dan baru 40 Ha dibuka dari total lahan seluas 100 hektare yang disiapkan.
Agung mengungkapkan, perjuangan mewujudkan KBR Banua cukup sulit, bahkan banyak pihak meragukan, kalau ada tanaman bisa hidup di lahan KBR yang disiapkan pemerintah, mengingat kultur tanah yang berbeda dengan KBR Bogor, yang sudah dibangun sejak 200 tahun.
Meski demikian, tambah dia, pihaknya terus berbenah, karena sudah sekitar 200 jenis tanaman yang sudah ditanam, dari total tanaman sebanyak 500jenis tanaman khas Kalsel.
Beberapa tanaman khas yang sudah ditanam, antara lain kalangkala, ulin, dan berbagai jenis tanaman obat-obatan khas lainnya. Selain itu juga tanaman anggrek, yang kini sudah ada 30 jenis.
"Kami bekerja serius pagi dan sore hari, walaupun diawasi pembangunannya kalau kurang bagus," kata Agung.
Dia mengakui, masih banyak kekurangan dan kendala seperti masalah listrik, air dan lain-lain dalam pengembangan KR Banua.
Agung juga mempersilahkan, pihak swasta menanam sebagian CSR-nya, atau ingin adopsi tanaman. Pihaknya sudah membangun aula dan dapat digunakan untuk acara umum.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Kepala UPT Kebun Raya Banua, Agung Santoso di Banjarbaru Senin mengatakan, berbeda dengan kebun raya di daerah lain, KR Banua akan difokuskan pada pengembangan tanaman obat-obatan, yang merupakan salah satu kekayaan alam Kalsel yang cukup besar.
"Setiap KR memiliki tema, kalau KR Banua temanya adalah pengembangan tanaman obat-obatan, yang tanaman tersebut banyak terdapat di Pegunungan Meratus," katanya.
Mendukung pengembangan tersebut, kata dia, saat ini berbagai infrastruktur telah dibangun, seperti bangunan berupa rumah jamu, spa, dan beberapa infrastruktur untuk penelitian berbagai tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
Menurut Agung, saat ini pihaknya sedang melengkapi berbagai sarana pendukung seperti jalan, tempat istirahat, sarana bermain, termasuk taman tematik aromatik.
Hal tersebut diutarakan Agung saat berdialog dengan wartawan yang tergabung dalam komunitas jurnalis pena hijau Indonesia (Kojhi) Kalsel.
Dialog dilakukan, setelah komunitas ini menanam puluham bibit pohon di areal taman, bersama Kepala Badan Kesbangpol Kalsel, Hemansyah Manaf sekaligus pembina kojhi Kalsel.
Menurut Agung, dibanding Kebun Raya LIPI Bogor, Kebun Raya Banua, masih jauh tertinggal, karena usia yang sangat muda dan baru 40 Ha dibuka dari total lahan seluas 100 hektare yang disiapkan.
Agung mengungkapkan, perjuangan mewujudkan KBR Banua cukup sulit, bahkan banyak pihak meragukan, kalau ada tanaman bisa hidup di lahan KBR yang disiapkan pemerintah, mengingat kultur tanah yang berbeda dengan KBR Bogor, yang sudah dibangun sejak 200 tahun.
Meski demikian, tambah dia, pihaknya terus berbenah, karena sudah sekitar 200 jenis tanaman yang sudah ditanam, dari total tanaman sebanyak 500jenis tanaman khas Kalsel.
Beberapa tanaman khas yang sudah ditanam, antara lain kalangkala, ulin, dan berbagai jenis tanaman obat-obatan khas lainnya. Selain itu juga tanaman anggrek, yang kini sudah ada 30 jenis.
"Kami bekerja serius pagi dan sore hari, walaupun diawasi pembangunannya kalau kurang bagus," kata Agung.
Dia mengakui, masih banyak kekurangan dan kendala seperti masalah listrik, air dan lain-lain dalam pengembangan KR Banua.
Agung juga mempersilahkan, pihak swasta menanam sebagian CSR-nya, atau ingin adopsi tanaman. Pihaknya sudah membangun aula dan dapat digunakan untuk acara umum.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016