Pagi di wilayah Waduk Riam Kanan di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan sangat terasa sejuk.
 
Pada November 2023, waduk yang berfungsi sebagai Perusahaan Listrik Tenaga Air (PLTA) milik pemerintah tersebut sedang surut.

Baca juga: Riam Kanan miliki empat pulau jadi situs Geopark Meratus
 
Saat mengarungi waduk tersebut menggunakan transportasi sungai atau perahu kelotok, terlihat banyak pepohonan mati yang sudah berusia puluhan tahun masih berdiri kokoh muncul di tengah danau.
 
Ini gambaran dulunya di bawah wadak tersebut merupakan hutan yang rindang sebelum di tenggelamkan karena dibangun bendungan yang diresmikan pada 1973.
 
Waduk Riam Kanan memunculkan banyak pulau dari kejadian itu, di mana ini bagian pesonanya selain airnya yang jernih, banyak terlihat hutan rindang dan perbukitan atau pegunungan mengelilinginya.
 
Salah satu pulau yang menarik perhatian pada pelayanan di waduk Riam Kanan itu adalah Pulau Rusa yang menggambarkan hutan pinus yang rindang.
 
Pulau Rusa menurut cerita warga di sana dulunya lebih dikenal Pulau Pinus, sebelum adanya penangkaran hewan rusa yang dilakukan Pemprov Kalsel hingga di namakan menjadi Pulau Rusa.

Baca juga: Pulau rusa destinasi wisata alam baru Kalsel
 
Pulau yang menjadi bagi wilayah Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar itu sudah lama menjadi objek wisata di Waduk Riam Kanan.
 
Objek wisata Pulau Rusa pun kini lebih menjadi perhatian setelah menjadi salah satu dari 54 situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional ditetapkan pada 2018.
 
Pulau Rusa merupakan Geopark Meratus dari rute Timur yang bertema "Pelayaran Mengesankan Menembus Sejarah Bumi dan Manusia".
 
Pulau Rusa menjadi bagian situs yang diajukan untuk diakui UNESCO Global Geopark (UGGp).
 
Karena Pulau Rusa bagian Pegunungan Meratus yang dalam ilmu geologi dinyatakan sebagai pegunungan yang terbentuk dari susunan kerak samudera yang disebut ophiolite, yang terangkat ke permukaan sejak 200-150 juta tahun lalu.

Baca juga: Eloknya panorama Geopark Meratus dari sisi timur di Riam Kanan
 
Pulau Rusa atau Pulau Ulin di wilayah Waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar, Kalsel yang menjadi situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional, Rabu (29/11/2023). (ANTARA/Sukarli)
 
Konservasi Ulin
 
Pulau Rusa kini memiliki nama baru, yakni, Pulau Ulin, karena ditetapkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Pusat Konservasi Tanaman Kayu Ulin atau kayu besi yang diberi nama Borneo Zwageri Island.
 
Penyebutan Pulau Rusa menjadi Pulau Ulin baru diresmikan pada 28 November 2023 oleh Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor diwakili Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalsel Hj Raudatul Jannah didampingi Sekdaprov Kalsel Roy Suryo Anwar dan Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Fathimatuzzahra.
 
Situs Pulau Ulin dalam penjelasan resmi Badan Pengelolaan Geopark Meratus merupakan situs geologi yang secara geografi terletak pada koordinat berlokasi 3 derajat 32' 4.10 Lintang Selatan serta 150 derajat 1' 39.06 Bujur Timur.
 
Situs ini memiliki arti Bukit Matang Keladan yang ibarat menara pandang untuk menikmati hamparan danau Riam Kanan.
 
Terjadinya pulau ini tersusun atas bebatuan hasil kejadian bumi yang berasal dari formasi Paau yang berumur 59-65 juta tahun lalu. Luas pulau 4,5 hektare.
 
Kesuburan tanah di pulau ini dinyatakan Pemprov Kalsel cocok untuk tempat konservasi tanaman kayu ulin yang merupakan pohon endemik hutan hujan tropis khas Pegunungan Meratus.

Baca juga: Sensasi mancing malam di Waduk Riam Kanan Kalsel
 
Pohon Ulin merupakan salah satu pohon asli dari hutan tropika basah Indonesia dan tumbuh endemik di pulau Kalimantan.
 
Kayu ulin sebagai salah satu penyusun hutan hujan tropis Kalimantan oleh International Union of Conservation (IUCN) tahun 2003 telah dimasukkan kategori Vunearble termasuk jenis yang akan terancam punah.
 
Pohon Ulin memiliki ciri-ciri tinggi bisa mencapai 35--50 meter, panjang batang cabang bisa mencapai 5--20 meter, diameter bisa mencapai 60--80 centimeter dan bisa mencapai 120 centimeter.
 
Sebagai pohon yang sangat dicari untuk pembangunan rumah dan lainnya karena kayu yang tahan lama hingga populasinya terus berkurang.
 
Karena Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor menginginkan Pulau Ulin sebagai pusat konservasi bukan hanya untuk penghijauan semata.
 
Tetapi untuk melestarikan tanaman endemik asli Kalimantan yang sekarang mulai hampir punah.
 
Pohon ulin memang sangat baik untuk penghijauan jangka panjang. Di samping menahan air dan tanah, kemudian juga pohon ulin memiliki daya cegah untuk menahan erosi maupun tanah longsor.
 
Apalagi kata Gubernur yang lebih akrab disapa Paman Birin tersebut bahwa keberadaan pohon ulin mengurangi pemanasan global, serta menjaga iklim untuk tetap stabil.

Baca juga: Mahasiswa Planologi NU tanam pohon di Hulu Waduk Riam Kanan
 
Menurut dia, dengan kebersamaan semua pihak, Banua (Kalsel) akan meraih sukses dalam melakukan rehabilitasi hutan dan lahan, terutama dengan gerakan revolusi hijau yang telah terbukti mampu merehabilitasi hutan dan lahan yang sangat besar.
 
Karena berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, luas lahan kritis di Kalimantan Selatan tahun 2013 lebih dari 642.580 hektare.
 
Namun setelah digalakkan program revolusi hijau oleh Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor pada 2017 hingga berjalan kini sangat signifikan mengurangi luas lahan kritis.
 
Bahkan data hingga 2022, luas lahan kritis di Kalsel tinggal 458.478 hektare.
 
Dengan demikian, sejak 2013 hingga 2022, Kalsel mampu menurunkan lahan kritis hingga seluas 184.102 hektare.
 
"Gerakkan revolusi Hijau terus ditingkatkan hingga lahan kritis di provinsi ini makin menipis," demikian kata Paman Birin.

Baca juga: Air Waduk Riam Kanan dialirkan basahi lahan terbakar di bandara
 
Pohon mati yang masih kokoh tegak selama puluhan tahun di tengah Waduk Riam Kanan Kabupaten Banjar, Kalsel sebagai situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional, Rabu (29/11/2023). (ANTARA/Sukarli)

 

Pewarta: Sukarli

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023