Varietas jeruk Limau Siam Mahang atau lebih dikenal dengan Limau Mahang sangat populer dulunya, menjadi salah satu buah khas lokal di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), selain Rambutan Zainal dan Durian Matuala di daerah setempat.

Disebabkan perubahan iklim, adanya bencana banjir, maupun kekeringan berdampak berkurangnya varietas ini di lahan pertanian petani, juga tergusur tanaman cabe, sehingga buah lokal ini mulai jarang bisa didapati di pasar-pasar maupun di toko buah.

"Dulu ketika kekeringan banyak pohon limau kita yang mati, diperparah banjir beberapa tahun lalu, jadi kita memanfaatkan galangan di sawah yang dulu di tanami limau diganti cabe," ujar warga Mahang Hair, Selasa.

Baca juga: Barabai "Banjir" Limau Mahang

Dijelaskan dia, secara ekonomis memang lebih menguntungkan menanam cabe ketimbang Limau Mahang, maka banyak warga yang mengalihkan lahan ditanami cabe ketimbang mempertahankan pohon limau.

Kalaupun ada yang menanam bibit pohon limau juga dari cangkokan atau okulasi, biasa didatangkan dari Marabahan, Barito Kuala, di mana bentuk buah dan rasanya juga berbeda dengan Limau Mahang.

Limau Mahang memiliki masa berbuah musiman atau tidak berbuah terus menerus, namun apabila berbuah biasanya akan berbuah lebat, bahkan petani biasanya terpaksa menahan dahan berbuah jangan patah dengan batang kayu saking lebatnya buah.

Baca juga: Durian Mantuala Buah surga dari HST

Ciri Limau Mahang kulitnya tipis, berwarna hijau kekuning-kuningan, terkadang terdapat bintik-bintik hitam yang menandakan kealamian buah tanpa penyemprotan dan zat kimia, isinya padat dan sampai ampas pun masih terasa manis.

"Kadang ada saja di pasar yang jualan menyebut jualan Limau Mahang, padahal dari bentuk dan rasa sudah diketahui bukan Limau Mahang, tapi dari varietas lain yang didatangkan dari luar daerah ," ujar warga lainnya Juhran.

Menurut dia, Limau Mahang memang harusnya bisa dilestarikan karena merupakan varietas lokal, namun terkendala memang di pembibitan, pencangkokan hanya bisa dilakukan dipohon indukan Limau Mahang, dan diketahui indukan pohon sudah jarang.

Baca juga: Inspirasi Bisnis - Petani dari HST raup omset ratusan juta dari rambutan

Sebelumnya, di tahun 2012 silam, Dinas Pertanian dan Tanaman Holtikultura (Distan HT) HST telah mendaftarkan varietas buah tersebut dengan nama varietas Limau Siam Mahang.

Dan telah dilakukan tes DNA atas varietas lokal jeruk ini, dan hasilnya secara genetik didapat fakta memiliki perbedaan dengan Limau Siam Banjar karena memiliki keunggulan tersendiri.

Keunggulan terletak pada kulit tipis, menempel ke isi, serat pada kulit mudah dilepas dan tidak pahit, kadar air  yang dimiliki tinggi dan semakin tua buahnya juga semakin berisi atau tidak kempis.

Baca juga: Mantuala Buah Unggulan HST

Pohon jeruk yang dijadikan sampel tes DNA berada di Desa Mahang Paku, Kecamatan Pandawan, HST, di batang tanaman berusia tua dan masih produktif, berbuah rata-rata 20 kilogram di musim panen.

Dengan didaftarkannya varietas siam mahang tersebut menambah ragam buah lokal, dan saat itu diinformasikan sudah ada sekitar 20 penangkar yang mengembangkan bibit Limau Mahang.
 

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023